Bagi mereka dunia yang ada atau alam semesta yang tampak di hadapan mereka bukan hal yang biasa. Alam semesta penuh dengan berbagai keajaiban, teka-teki, keheranan dan karena itu perlu terus-menerus didekati.
Para filsuf ini berupaya menjaga kepekaan akan perasaan heran dan rasa takjub saat memandang alam.
Mereka berusaha menjaga kepekaan yang lazim dapat dilihat dalam diri anak-anak. Pada masa kanak-kanak, dunia di mata anak tampak muncul sebagai sesuatu yang baru, sekaligus membangkitkan keheranan.
Apa yang kebanyakan diterima sebagai hal yang biasa oleh orang-orang dewasa, justru dilihat sebagai sesuatu yang menakjubkan bagi anak-anak.
Saat kecil saya sangat takjub melihat bapak mencukur kumis dengan alat cukur yang lucu. Kadang heran melihat burung terbang dan hinggap di jendela rumah, atau melihat bulan purnama terbit saaat senja.
Saya tiba-tiba  bisa berpikir tentang banyak sekali hal saat memandang semuanya itu. Imajinasi bermunculan tanpa henti di kepala kanak-kanak saya.
 Seringkali saat menanyakan hal-hal tersebut pada orang dewasa, saya selalu merasa tidak puas dengan jawaban yang diberikan.
 Orang tua atau orang-orang dewasa sering menjawab serampangan saja saat saya menanyakan sesuatu yang menurut mereka sudah menjadi hal yang biasa.
Kebiasaan saat melihat matahari terbit atau bulan muncul saat senja, atau pun burung terbang, terasa sebagai suatu rutinitas otomatis.
Sering orang dewasa tidak mempertanyakan hal-hal biasa ini karena bagi mereka alam semesta sudah diterima sebagai yang "seharusnya demikian".
Para filsuf lewat pertanyaan filsafat membongkar cukup banyak hal. Berbekal kepekaan rasa dan pertanyaan, seperti yang dimiliki anak-anak, mereka menemukan keasikan melihat hukum-hukum alam berproses.