Mohon tunggu...
Johan Arifin
Johan Arifin Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Kementerian Agama Kab. Kapuas

Sejenak aku kisahkan tentang diriku padamu, agar kau tau siapa aku, bagaimana hidupku, karena kau tak akan pernah bertanya bagaimana rasanya menjadi aku.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ngabuburit Jadi Lebih Bermakna

13 Juni 2018   09:07 Diperbarui: 14 Juni 2018   12:35 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senin, 11/06/2018. Sudah beberapa hari ini, di Desa Tanah Bangkang cuaca serasa membakar diri. Saking panasnya jadi serba salah mau berdiam diri di mana. Di kamar, di ruang tamu, atau di dapur, aha... ternyata semua tempat tak luput dari "panas" sampai-sampai emosi juga ikut-ikutan panas.

Hmm.... mungkin ide yang patut dipertimbangkan saat aku melihat seekor kucing yang sedang tidur di balik bak mandi, atau sekalian saja berendam, hehe.... Puasa dalam  keadaan seperti itu butuh kesabaran yang luar biasa. Aku memilih untuk berdiam diri di rumah dan tidak beraktivitas diluar. Selain untuk menghindari sengatan panasnya sinar matahari juga untuk menghemat tenaga yang sudah mulai menurun.

Hari ini, 12/06/2018, aku sedikit beruntung, karena cuaca tidak se ekstrem kemarin. Langit nampak mendung dan sesekali diselingi rintik hujan. Hanya saat sore hari matahari mulai memancarkan terangnya. Kesempatan itu tidak aku sia-siakan begitu saja untuk ngabuburit. Kalau biasanya orang lebih banyak menunggu sore dengan sekedar jalan-jalan atau nongkrong sambil mempelototin hp ditangan. Nah... ngabuburit kali ini aku mengajak kedua anakku untuk mengunjungi sebuah tempat produksi kolang kaling di desa kelahiranku. Selain menambah wawasan bagi mereka, juga untuk memberikan pengalaman sederhana bagaimana proses produksi dan darimana kolang kaling berasal.

Kami mengunjungi tempat Abah Yudi, beliau sudah sejak lama memproduksi kolang kaling, bahkan sejak aku sekolah SD. Dan tidak hanya saat bulan Ramadhan saja, dihari-hari lain beliau juga memproduksinya, hanya saja kolang kaling yang diproduksi tidak sebanyak pada bulan Ramadhan. Pada bulan Ramadhan biasanya permintaan terhadap kolang kaling meningkat. Sehingga produksi kolang kaling mencapai dua sampai tiga kali lipat dari biasanya. Sebuah anugerah bagi keluarga beliau karena di bulan penuh rahmat ini beliau sedang menangguk rupiah.

Peralatan yang beliau gunakan cukup sederhana, sebuah drum bekas untuk merebus, tungku yang terbuat dari tanah liat, dan beberapa pisau khusus untuk mengupas dan mencongkel buah kolang kaling. Kolang kaling berasal dari buah pohon Aren. Buahnya yang muda dilepaskan dari tangkainya dan di rebus. Perebusan tidak hanya bertujuan agar kolang kaling bisa dikonsumsi, tetapi juga  untuk menghilangkan getah pada buah yang membuat kulit kita sangat gatal dan korosif. Perebusannya bisa mencapai 4 hingga 5 jam baru bisa matang, tergantung banyak tidaknya buah yang direbus.

Setelah matang dengan ditandai buah layu dan kulitnya berwarna coklat, maka buahnya diangkat dan didinginkan. Setelah dingin barulah dibelah dengan pisau khusus agar tidak merusak isi buah. Kolang kaling yang sudah dipisah dari kulitnya segera direndam kedalam air agar tetap segar dan tidak berubah warna. Warna akan sedikit biru kehitaman apabila kolang kaling dibiarkan tanpa direndam dengan air. Kelihatannya sih mudah, namun saat aku mencoba mengupas dan memisahkan kolang kaling dari kulitnya ternyata cukup sulit. Mungkin karena baru sekali dan belum terbiasa.

Buah yang berwarna putih transfaran ini mempunyai rasa yang unik menyegarkan sehingga bisa diolah menjadi berbagai makanan, minuman, manisan hingga camilan. Dari informasi saudaraku di Cikole, namanya Siti Hawa, kolang kaling enak dikonsumsi dengan rebusan fanta. Wah..... jadi penasaran. Kalau sebagai campuran kolak, minuman segar, ataupun camilan menurutku sudah biasa. Yang ini, aku baru mendengar, sepertinya penuh sensasi sehingga aku segera mencobanya.

kolang-kaling-fanta-dok-pribadi-jofin-5b21fe905e137359ed271744.jpg
kolang-kaling-fanta-dok-pribadi-jofin-5b21fe905e137359ed271744.jpg
Campurkan kolang kaling dengan fanta secukupnya, tambahkan satu sendok makan gula pasir kemudian direbus hingga cairan fanta mengental. Angkat dan letakan pada suhu ruangan hingga asapnya hilang. Masukkan ke dalam kulkas dan biarkan hingga dingin. Kolang kaling fanta siap dikonsumsi. Rasanya yang asem manis sepertinya sangat cocok untuk teman berbuka puasa di saat cuaca sedang panas. Mau mencoba ???

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun