Mohon tunggu...
Johan Arifin
Johan Arifin Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Kementerian Agama Kab. Kapuas

Sejenak aku kisahkan tentang diriku padamu, agar kau tau siapa aku, bagaimana hidupku, karena kau tak akan pernah bertanya bagaimana rasanya menjadi aku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

7 Hari di Cikole; Dalam Perjalanan

29 Desember 2017   15:18 Diperbarui: 29 Desember 2017   16:04 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kemacetan di Jakarta (Dokumentasi Pribadi, 16/12/2017)

Perjalanan kami dari Jakarta ke Cikole kali ini sungguh melelahkan, waktu yang ditempuh ternyata tidak sesuai dengan perkiraan karena perjalanan tidak lancar, rute tercepat  sekitar 3 jam 18 menit seharusnya sudah tiba ditempat tujuan kata mbah Google. Tapi karena jalanan macet mau tidak mau harus ditempuh selama 6 jam lebih, dari Bandara Soekarno Hatta pukul 12 siang dan tiba di Lembang pukul 8 malam padahal mobil yang kami tumpangi berhenti hanya untuk mengisi bensin dan makan Baso.

Aduuhhh..... aku baru merasakan bagaimana susahnya sebagai pengguna jalan di Jakarta, sepertinya kemacetan sudah menjadi makanan pokok bagi mereka. Kata saudara sepupuku kemacetan ini masih belum parah, kalau sudah parah mobil hanya bisa berjalan senti demi senti. Pernyataan itu membuat aku berpikir bahwa belum parah saja sudah seperti ini apalagi kalau parah ditambah lagi cuaca sangat panas begini, ah.... aku tidak bisa membayangkan apa jadinya kalau terjadi macet total.

Akhirnya sang sopir bergerak keluar dari jalan tol dan mengambil jalan lain. Perlahan-lahan mobil meluncur dan akhirnya tibalah kami disebuah pasar tradsional yakni pasar Purwakarta dan terus meluncur ke Wanayasa. Perjalanan melewati Wanayasa ternyata cukup menantang dan memicu adrenalin karena jalanan yang tidak mulus dan sempit, selain itu jalan berkelok-kelok menanjak dan menurun cukup ekstrim.

Gelap perlahan mulai menutupi hari yang lelah, senjapun berganti dengan malam, sang sopir sepertinya sudah tidak sabar lagi untuk tiba ditujuan, mobil dijalankan dengan cepat, sepertinya sopir tidak perduli dengan perut kami yang serasa mau putus saja, saat ditikungan sopir berani menyalip mobil lain walaupun sedang berpapasan dengan mobil berlawanan arah, sehingga membuat kami para penumpang terkadang bergumam karena takut. Aha... kepalaku mulai pusing, perutku rasanya sudah turun naik mengikuti tanjakan dan turunan jalan, sepertinya isi perutku akan keluar, ealaahhh.... si sulung duluan muntah, tambah berputar-putarlah rasanya kepala ini.

Aku beberapa kali meminta kepada sopir agar mampir sebentar untuk mencari makanan, namun sepertinya tidak ada tempat yang pas untuk memarkir mobil sehingga acara makan gagal total. Akhirnya di pertengahan jalan tepat di desa Wanayasa  singgahlah mobil itu di pinggir jalan yang sedikit becek. O... ternyata tidak jauh dari persinggahan kami terdapat warung baso, ramailah para penumpang turun dan segera menyerbu warung baso tersebut untuk melepaskan semua kelelahan dan kelaparan yang diderita selama diperjalanan. Walaupun rasanya kurang puas tetapi cukuplah untuk mengganjal perut yang sudah tersas perih meleleh, paling tidak dapat memenuhi nutrisi badan untuk melanjutkan perjalanan.

Setelah bergulat dengan jalanan, kamipun tiba di tugu tani atau biasa juga disebut tugu Gotong Royong Ciater. O.... iya aku baru ingat, tempat ini pernah kudatangi 5 tahun  yang lalu (Pebruari 2012) saat mengunjungi saudara sepupuku yang sedang sakit parah. Setelah itu barulah aku paham ternyata jalan yang dilewati sopir memutar dari Jakarta, Purwakarta, Wanayasa kemudian ke Ciater terus balik lagi ke Pasar Ahad Cikole, hmm....

Dari Ciater kami meneruskan perjalanan dengan ditemani guyuran hujan yang cukup lebat, angin berhembus ringan menambah dinginnya badan ini, embun merayap turun dan mulai menutupi sekeliling kami. Sementara dari kejauhan sudah nampak lampu-lampu mobil yang sedikit menyilaukan. Sekitar 34 menit kemudian akhirnya kami sampai juga ditempat tujuan. Saat disambut oleh keluarga di Cikole terasa hilanglah lelah ini, senang dan bahagia bisa bersua dan berkumpul kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun