Jadi Dalam hal ini, Partai politik bukan lagi sebagai penyambung atau jembatan antara pemerintah dengan masyarakat, bukan lagi mewadahi aspirasi masyarakat, dan bukan sebagai pejuang untuk mensejahterakan rakyat, melainkan partai politik itu hanya sebagai kendaraan untuk mencapai kekuasaan semata, sebagaimana yang dikatan Gabriel A. Almond (1974), “Partai politik memiliki tujuan utama yaitu mengarah pada penguasaan suatu jabatan publik”
Sebagaimana biasanya yang kita ketahui prilaku pejabat publik, ketika mendapatkan kedudukan sebagai pejabat publik, yang semestinya mengemban amanah rakyat dengan melayani kepentingan masyarakat umum, malah kewajiban tersebut diabaikan karena sibuk mengurus partai dan janji-janji politik lainnya, kita lihat aja salah satu Pejabat Publik, dalam hal ini Presiden RI Cuti pada Tanggal 17 dan 18 Maret 2014 untuk melaksanakan Kampanye Partai Demokratnya, hal serupa dilakukan oleh pejabat-pejabat publik lainnya.
Berkampanye untuk Diri Sendiri atau Partainnya merupakan salah satu upaya mengerahkan massa sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan simpati atau dukungan dari rakyat, dalam menghadapi pertarungan Pemilu Legislatif pada 9 April dan Pemilu Presiden (Pilpres) pada tanggal 9 Juli mendatang, saat kampanye saat itu juga partai dan caleg mempromosikan program atau produk-produk yang unggul tentunya yang disukai oleh masyarakat dan setidaknya bisa mengurangi beban hidup masyarakat yang selama ini mereka rasakan.
Akan tetapi menurut hemat penulis, sedikit demi sedikit seiring dengan waktu masyarakat makin kritis dengan banyaknya sumber informasi yang tersedia, jadi masyarakat lebih peka terhadap permasalahan perpolitikan Bangsa ini, sehingga masyarakat tersebut bisa menentukan pilihannya, tokoh mana yang pantas memimpin dan tokoh mana yang memiliki strategi yang pas untuk menyelesaikan permasalahan Bangsa ini.
Saat berkampanye inilah Partai politik beserta kader-kadernya berkoar-koar menyampaikan Visi Misinya di berbagai Daerah-daerah bahkan ke Pelosok-pelosok Nusantara, Visi Misinya itu tidak lain seperti Sembako Murah, Sekolah Gratis, Pelayanan yang Tanggap Cepat, Layanan Kesehatan Gratis dan lain-lainnya. Janji-janji Busuk Partai dan Caleg seperti ini masyarakat menganggap hal yang lumrah dan masyarakat juga tahu itu hanya sebatas Bahasa Marketing Calon Penguasa semata.
Hal-hal seperti inilah yang terjadi dalam masyarakat dan proses Demokrasi di Indonesia, dengan berbagai macam cara dan strategi tipu daya agar masyarakat nantinya memilih partai atau tokoh tersebut, akan tetapi masyarakat saat ini sudah agak sulit untuk mengharapkan janji-janji partai dan caleg tersebut.
Berdasarkan permasalahan diatas, Partai politik itu sebenarnya tidak lebih dari sebuah Kendaraan Politik yang ditumpangi segelintir atau sekelompok orang untuk mencapai kekuasaan, disini penulis menganalogikan Partai Politik itu Bagaikan Kendaraan atau Truk Sampah yang Lalulalang ke Daerah, ke Desa-Desa bahkan ke Pelosok-Pelosok untuk menyebarkan bau atau janji-janji kebusukannya.
(MsHr......)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H