Rumah kita yang sejati adalah saat ini. Saat ini adalah satu-satunya tempat di mana hidup kita benar-benar sedang terjadi.
Belajar untuk hidup dengan mindful di sini dan sekarang akan membuat kita lebih membumi, lebih seimbang, dan lebih bahagia.
Kita belajar dari masa lalu, perbendaharaan memori dan sumber dukungan emosional kita, sedangkan memikirkan masa depan bisa memacu optimisme, tekad, dan ambisi.
Walaupun demikian, tidak baik bagi kita untuk menghabiskan waktu terlalu lama di masa lalu maupun masa depan, mindfulness bisa mengembalikan perhatian kita ke masa sekarang.
Kekuatan Masa Lalu
Masa lalu kita terdiri dari hal-hal yang telah kita alami, dan beberapa dari pengalaman ini mungkin buruk.
Seseorang mungkin telah menyakiti kita, membuat kita waspada di masa sekarang, atau kita mungkin telah melakukan sesuatu yang sangat kita sesali.
Banyak ansietas saat ini yang memiliki akar-akar di masa lalu kita, bahkan jika kita bisa  melacak akar-akar itu.
Kita tidak bisa mengubah masa lalu, jadi kita mungkin mencoba menebus kesalahan dengan menyangkal kesenangan diri sendiri atau mencoba melakukan sekarang apa yang kita gagal lakukan sebelumnya.
Betapapun tulusnya upaya-upaya ini, kita mungkin mendapati hidup kita dibayang-bayangi oleh rasa bersalah atau penyesalan, yang menyeret pikiran kita kembali ke masa lalu dan membatasi peluang kebahagiaan kita di masa sekarang.
Jika kita tidak bisa menerima masa lalu, akan tumbuh perasaan bersalah atau kesal, sedangkan masa depan adalah prospek imajiner yang mungkin mengisi diri kita dengan ansietas.
Berada pada Momen Ini
Kita menghabiskan waktu terlalu lama di masa lalu dan masa depan sehingga gagal untuk hadir pada saat ini. Jika rasa bersalah adalah keluhan terhadap diri kita sendiri, masa lalu sering menjadi sebuah penyebab keluhan terhadap orang lain.
Amarah mudah dihidupkan kembali oleh memori kesalahan-kesalahan masa lalu, yang melonjak dalam agresi baru, sedangkan kebencian "mendidih," dengan permusuhan pada tingkat yang lebih rendah.
Melalui mindfulness, Anda bisa memanfaatkan kekuatan positif saat ini untuk mengubah hubungan Anda dengan masa lalu.
Tidak ada pertempuran bernada tinggi yang diperlukan. Saat ini hanya harus diperhatikan, dan kekuatan peristiwa masa lalu pun akan memudar.
Pembobolan Penjara
Terpenjara karena rasa bersalah atau malu, kita membutuhkan mindfulness untuk merencanakan pelarian besar kita. Kuncinya adalah belajar bagaimana berhenti menilai diri sendiri, lihat artikel saya: Mindfulness: Fokus Tanpa Penilaian.
Itu hanya persepsi kita yang terdistorsi dan lebih khusus lagi kurangnya rasa sayang terhadap diri sendiri, yang membuat sebuah penjara masa lalu.
Sel tempat kita terkunci adalah buatan kita sendiri dan meditasi mindfulness memberi kita kuncinya. Ketika kita memberikan perhatian pada momen saat ini, masa lalu membebaskan kita dari penawanan. Dengan kunci di tangan kita secara mindful kita membuka kunci pintu dan berjalan bebas.
Lihat gambar judul:
Jeruji Penjara Perasaan Bersalah
Menjadi putra, putri, atau orangtua yang buruk.
Menjadi pasangan yang buruk.
Menjadi tidak mampu mengatasi masalah.
Menjadi tidak mampu untuk sukses.
Menjadi egois.
Jeruji Penjara Perasaan Malu
Gagal untuk unggul.
Gagal untuk mengendalikan emosi Anda.
Gagal untuk bertanggungjawab.
Gagal untuk menjadi normal.
Gagal utuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Kepustakaan
1. Anneley, Mike, Time Warps, Stuck in the Past, Anxious about the Future? Practical Mindfulness Book, Future Publishing Limited, Â London, UK, July 2021, hlm. 36-37.
2. Diary Johan Japardi.
3. Berbagai sumber daring.
Jonggol, 13 September 2021
Johan Japardi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H