Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Badak Sing E:dan lan Lali

27 Agustus 2021   16:55 Diperbarui: 27 Agustus 2021   18:21 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mari e:ling lan waspada*
Lebih membuka hati mata
Ada badak** sekitar kita
Jangan sampai terpengaruh olehnya

Badak bukan sekadar bebal
Tapi malah semakin lali
Tak lagi mengindahkan moral
Menipu demi ambisi diri

Tujuan serta-merta menghalalkan cara
Jadi lupa semuanya berkadaluarsa
Pada akhirnya penistaan diri
Sampai rasa malu kembali

Korbanmu makin bertebaran dimana-mana
Orang polos, orang takjeli
Kepuasan apa kau terima
Tipu sana tipu sini

Literasi yang seharusnya suci
Telah kau cemari sana-sini
Balasan tak kau peduli
Dan kau terus tipani***

Dunia literasi Indonesia ini
Akan sampai kapan dikontaminasi
Oleh tipuan orang tan-akhlak
Yang matanya tertutupi celak

Sungguh kasihan kanak-kanak negeri
Akan banyak yang terviktimisasi
Oleh yang demi citradiri
Labrak sana langgar sini

Tujuanmu yang menghalalkan cara
Bahkan membuat seorang Machiavelli
Angkat topi sesal semata
Merasa ngeri-kalah-geli

Sepandai-pandai seekor tupai melompat
Akhirnya akan jatuh juga
Mau atau tidak bertobat
Adalah pilihan dirimu semata

Sesalmu datang kemudian hari
Tapi tipuanmu akan selalu baka adanya
Sabegja-begjane: kang lali
Luwih begja kang e:ling lan waspada.

Catatan:
*Diilhami: karya Eyanganda R.Ng. Rangga Warsita, Serat Kalatidhaa (Zaman E:dan) https://www.dewisundari.com/mengenal-rangga-warsita-pujangga-besar-terakhir-tanah-jawa
**Maaf Dak, di sini saya terpaksa menggunakan analogi dari karakteristik Anda yang berkulit tebal sekaligus bebal, hanya sekadar analogi, bukan untuk menghina. Justru yang Dak presentasikan itulah yang lebih hina.
***tipani, sama dengan bait sebelumnya, tipu sana tipu sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun