Beruang kutub hanya hidup di Arktika. Beruang kutub melakukan perjalanan panjang melintasi lapisan es Arktika untuk berburu anjing laut. Beruang salju adalah ahli menyelam dan berenang, dan sering menumpang di atas gumpalan es yang terapung. Beruang kutub bisa berenang sejauh 320 km dari daratan, dan bisa menyelam dari puncak gunung es lebih dari 15 m ke dalam air.
Antarktika
Benua Antarktika yang luasnya 2 kali Australia, 1,5 kali Amerika Serikat, dan 3 kali benua lain mana pun, hampir semuanya tertutupi lapisan es yang rata-rata setebal 2.500 m. Inilah salah satu alasan utama mengapa Antarktika memiliki iklim dingin yang sangat ekstrim, dengan temperatur musim dingin rata-rata -60C.
Iklim Antartika yang keras dan keterasingannya dari benua lain telah sangat mengurangi keragaman satwa liarnya: hewan terbesar yang hidup di daratan sepanjang tahun hanyalah serangga kecil. Namun, selama musim panas, banyak hewan, termasuk penguin, paus, dan anjing laut, mengunjungi benua itu untuk memanfaatkan persediaan makanan yang melimpah dan tempat berkembang biak yang aman di sekitar pantai.
Lumut moss adalah salah satu dari sedikit tanaman yang mampu bertahan hidup di Antarktika. Ada sekitar 80 spesies tanaman kecil tangguh itu di wilayah tersebut. Lumut moss menumbuhkan sejenis tikar dan bantal padat untuk perlindungan dari cuaca. Lumut moss mati menumpuk dan membentuk lapisan gambut setebal beberapa kaki.
Tanaman sangat jarang, dan sebagian besar terdiri dari lumut lichen, lumut moss, dan lumut hati (liverwort).
Ketika turun di dataran tinggi kutub, salju berubah menjadi es. Es menjadi padat dan mengalir ke bawah menuju rak-rak es di pesisir, di mana es itu dipecah oleh pasang surut, arus, dan gelombang samudra, sehingga membentuk gunung-gunung es. Beberapa gunung es sangat besar, panjangnya mencapai 240 km dan lebarnya 110 km, sehingga bisa dilacak oleh satelit selama beberapa tahun sebelum meleleh.
Kepustakaan:
1. Taylor, Barbara, Eyewitness: Arctic and Antarctic, Dorling Kindersley Publishing, Inc., New York, NY 10014, USA, 2000, hlm. 6-11.
2. Diary Johan Japardi.
3. Berbagai sumber daring.
Jonggol, 22 Agustus 2021
Johan Japardi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H