Kaizen.
Mestinya, judul lengkap artikel ini adalah Tips Mencapai Kesuksesan: Aplikasi Kaizen ala Ivan Burnell.
Pernahkah Anda melihat sebuah bisnis, bisnis yang sangat besar, masuk ke komunitas Anda, mengadakan perayaan pembukaan yang besar, tampak berjalan dengan baik, dan seumur jagung kemudian........... out of business?
Nothing last forever (tak ada yang abadi) bisa dimaknai sebagai "keabadian" dalam bisnis bersifat relatif. Lama atau sebentarnya kebertahanan sebuah bisnis tergantung pada banyak faktor.
Ada ungkapan yang dulu sering saya dengar dari orang tua-tua: sebaik-baiknya sebuah bisnis dijalankan, paling banter cuma bisa bertahan selama 3 generasi saja. Sebuah ungkapan yang sangat pesimistik dan membatasi keabadian tadi hanya untuk kurun waktu, katakanlah 50-60 tahun.
Keabadian yang lebih panjang, terlepas dari cara tak terpuji yang ditempuh oleh petinggi perusahaannya, terlihat misalnya pada Lehman Brothers, yang berdiri sejak 1850 dan akhirnya juga out of business (ini saya sebut dengan gaya humor: mahagultik atau malam hari gulung tikar) pada 15 September 2008, sebuah rekor keabadian dari 158 tahun.
Sebuah contoh perusahaan di Indonesia yang sudah menganihilasi ungkapan "3 generasi" di atas adalah PT HM Sampoerna Tbk., produsen Djie Sam Soe (234), merek rokok kretek pertama di Indonesia, berdiri sejak 1913, 108 tahun yang lalu.
Ivan Burnell pernah berbagi cerita kepada saya:
Ivan dipanggil untuk bekerja dengan pemilik sebuah restoran yang telah mengalami mahagultik, katakanlah namanya Leonard.
Leonard ingin memiliki sebuah restoran "hebat" yang menyajikan makanan "hebat," untuk makan siang dan makan malam. Dia juga seorang chef yang luar biasa, sangat teliti dalam persiapannya, dan makanannya adalah sebuah karya seni.
Leonard membuka bisnisnya tepat di tengah-tengah 3 gedung kompleks perkantoran, jadi dia pasti memiliki basis pelanggan yang memadai. Dia menghabiskan banyak uang untuk advertensi, jadi semua orang tahu dia ada di sana. Ketika dia akhirnya membuka restorannya, tempat itu selalu terisi penuh.
Lalu, mengapa dengan semua faktor yang menguntungkan ini, dia mahagultik? Jangan kaget. Sederhananya, dia menyajikan makanan yang salah, kepada orang yang salah, dengan cara yang salah, tripel salah?
Pasarnya, tempat makan siang, hanya punya waktu 1 jam atau kurang untuk makan. Dia hanya mempekerjakan satu orang pelayan wanita, yang juga menjabat sebagai penyambut tamu. Restoran Leonard terisi penuh ketika para karyawan kantor beristirahat untuk makan siang.