3. Suatu ketika, seorang tamu yang sombong dari luar negeri membawakan Cao Cao sebuah hadiah berharga yang dia bungkus dengan kain dan dia genggam dengan erat. Tamu ini hendak menguji apakah ada orang pintar di negeri Wei dan bertanya sebelum menyerahkan hadiah itu: "Saya akan menyerahkan hadiah ini jika ada yang bisa memberitahu saya berapa berat persisnya, tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih sedikit pun."
Semua orang terdiam dan berpikir keras, dan Cao Chong maju mendekati sang tamu dan berkata: "Jawaban atas pertanyaanmu sangatlah mudah, tidak perlu merepotkan orang dewasa di negeri Wei ini untuk menjawabnya, cukup bocah cilik seperti saya saja: beratnya persis sama dengan berat kepalamu!"
Di zaman yang belum memiliki jaringan internet, buku-buku masih minim, dan yang ada juga cuma buku tentang ritus, tatakrama, filsafat alam, hukum, dan sastra, dari mana si anak ajaib ini memperoleh kepintarannya? Dari membaca buku dan fenomena alam!
Jadi, saya berharap tujuan saya menulis artikel ini bisa tercapai dengan menghimbau adik-adik yang masih bersekolah, baik yang langsung membaca artikel ini atau dengan perantaraan orangtua, untuk bisa memanfaatkan fasilitas belajar yang ada, seminim apa pun itu. Tak ada rotan akar pun jadi. Walaupun sesungguhnya semua fasilitas yang adik-adik perlukan itu tersedia melimpah ruah. Yang harus dilakukan adalah mengimbanginya dengan kemauan belajar, yang tidak bisa dirampas oleh siapa pun dari kalian.
Addendum Pascatayang:
Menanggapi Kompasianer Topik Irawan yang menanyakan penyebab kematian Cao Chong, saya pun melakukan penelusuran daring dan menemukan jawaban di Quora dari Bagus Anugerah Yoga sbb:
Saat Cao Cao pertama kali menyadari potensi Sima Yi, dia menunjuk Sima Yi untuk menjadi guru Cao Chong. Oleh karena itu, secara tidak langsung membuat tanda bahwa Cao Chong adalah anak kesayangan Cao cao yang akan diangkat menjadi penggantinya.
Kisah kematian Cao Chong bisa diartikan sebagai perebutan kekuasaan antara para putra Cao Cao untuk menjadi pewaris. Kematiannya terjadi saat Cao Cao sepertinya memutuskan untuk menunjuk Cao Chong sebagai pewarisnya. Konon Cao Chong meninggal karena digigit tikus berbisa. Tepat pada saat itu, orang-orang di istana berspekulasi bahwa orang yang paling diuntungkan dengan kematian Cao Chong adalah saudara laki-lakinya, Cao Pi, Cao Zhi, dan Cao Zhang. Tapi semua orang punya alibi karena Cao Pi juga digigit tikus dan dalam kondisi gawat, Cao Zhi mabuk malam sebelumnya bersama teman-temannya, dan Cao Zhang sedang keluar bersama pasukannya.
Tidak ada catatan yang jelas tentang siapa yang membunuh Cao Chong, tapi menurut pendapat pribadi saya, Cao Pi sepertinya adalah orang yang lebih mungkin melakukan tindakan tersebut. Dia bisa saja melukai dirinya sendiri dengan sengaja untuk membuatnya terlihat seperti dia juga korban dari penyakit yang sama dengan Cao Chong dan menyuap tabib agar penyakitnya terlihat parah.
Sebuah kejahatan sempurna.
Jonggol, 17 Mei 2021
Johan Japardi