Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bocah Pintar Itu Pernah Ada, Sampai dengan 1.813 Tahun yang Lalu

17 Mei 2021   03:06 Diperbarui: 17 Mei 2021   19:03 1300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cao Chong menimbang seekor gajah.

Selamat Hari Buku Nasional.

Siapa bocah pintar yang saya maksudkan ini? Dia adalah si anak ajaib (Wunderkind atau child prodigy) Cao Chong (196-208 M), yang meninggal pada usia yang demikian belia, 12 tahun.

Cao Chong, nama kehormatannya Cangshu, adalah putra Cao Cao, seorang panglima perang yang naik ke tampuk kekuasaan menjelang akhir Dinasti Han dan meletakkan dasar negara Cao Wei dalam periode Tiga Kerajaan dari China. Seandainya dia tidak begitu cepat meninggal, dialah yang sudah dipersiapkan untuk menggantikan sang ayah.

Lebih 1.000 tahun kemudian, Kisah Tiga Kerajaan dituliskan ke dalam novel oleh Luo Guanzhong yang hidup pada zaman dinasti Ming. Dalam salah sebuah versi drama seri Kisah Tiga Kerajaan yang pernah saya tonton, terdapat beberapa cerita tentang Cao Chong yang patut kita simak:
1. Cao Chong terkenal karena metodenya yang cerdik dalam menimbang seekor gajah dengan menggunakan prinsip gaya ke atas.
Suatu ketika, panglima perang selatan Sun Quan mengirim seekor gajah sebagai hadiah untuk Cao Cao. Cao Cao ingin mengetahui berat badan hewan itu, jadi dia pun bertanya kepada bawahannya, tapi tidak ada yang bisa memikirkan metode untuk mengukur berat badan gajah itu.
Cao Chong berkata, "Ayah, letakkan saja gajah itu di atas perahu dan tandai ketinggian airnya. Kemudian gantilah gajah dengan batu-batu hingga perahunya turun sampai ke tanda itu. Berat gajah dapat diketahui dengan menimbang batu itu sedikit demi sedikit lalu jumlahkan berat semua batu. Itulah berat gajahnya."
Cao Cao sangat senang dan dia pun menyuruh bawahannya untuk melaksanakan gagasan putranya.

Menurut Joseph Needham, meskipun tidak ada risalah resmi seperti prinsip Archimedes  (lebih kurang 287-212 SM) yang pernah ditulis mengenai gaya ke atas di China kuno, ada preseden pengamatannya dalam Ritus Zhou, yang disusun dan diedit pada awal Dinasti Han (202 SM-220 M).

Karena pendapat Barat ini jelas-jelas disamarkan karena enggan mengakui kebesaran Timur, saya pun memperbaikinya menjadi:
Di China, pada zaman dinasti Zhou (1046-256 SM), sudah dilakukan pengamatan tentang gaya apung (buoyancy atau floatability) atau gaya ke atas, ratusan bahkan ribuan tahun sebelum Archimedes mencetuskan prinsip gaya ke atas, bahwa: sebuah benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam zat cair akan mengalami gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat zat cair yang dipindahkannya.

Ini bisa ditelusuri dari peninggalan sejarah yang menyebutkan bahwa penggunaan empiris gaya ke atas ini dilakukan pada pengapungan anak panah dan roda kendaraan di air oleh para teknisi Dinasti Zhou dan kemudian Dinasti Han, untuk menentukan keseimbangan dengan menambah atau mengurangi bahan pembentuk benda-benda ini.

Dengan informasi ini, biarlah keluhuran Timur itu dirampas, kita tetap meyakini bahwa itu adalah prinsip Archimedes, tapi dengan catatan, prinsip itu bukan fakta, persis dengan apa yang saya bahas dalam artikel: Post-Truth vs Paradigma Kuwalik Prof Wir, Mana yang Lebih Tepat? tentang Hukum Kekekalan Massa Mikhail Vasilyevich Lomonosov yang diselewengkan menjadi Hukum Kekekalan Massa Antoine-Laurent de Lavoisier.

2. Dalam kejadian lain, pelana Cao Cao dikunyah oleh hewan pengerat saat disimpan. Para penjaga ruang penyimpanan mengkhawatirkan nyawa mereka karena hukuman sangat berat selama masa perang, jadi mereka berencana untuk mengikat diri mereka dan mengakui kesalahan mereka kepada Cao Cao dengan harapan akan diberi hukuman yang lebih ringan.

Cao Chong memberi tahu mereka, "Tunggu 3 hari sebelum melaporkan kejadian itu." Dia menggunakan pisau untuk melubangi pakaiannya, membuatnya seolah-olah telah dirusak oleh tikus, dan kemudian berpura-pura terlihat kesal. Ketika ayahnya bertanya kepadanya, dia menjawab, "Ada pepatah bahwa orang yang bajunya telah dikunyah tikus akan menemui kesialan. Sekarang, karena ini telah terjadi pada saya, saya khawatir sesuatu akan terjadi."

Cao Cao berkata, "Itu hanya takhayul nak. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan."

Ketika para penjaga ruang penyimpanan  melaporkan kasus pelana itu kepada Cao Cao 3 hari kemudian, Cao Cao tertawa dan berkata, "Bahkan pakaian putra saya yang selalu melekat di badannya pun bisa dikunyah oleh tikus, jadi tidak mengherankan jika pelana saya di ruang penyimpanan juga rusak. Tidak apa-apa, kalian buatkan saja saya pelana yang baru."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun