Sekarang, berkat jerih payah para pemerhati, semua cersil sudah bisa dibaca maupun diunduh dari sumber daring dan hendaknya peminat cersil dan peminat bacanya juga semakin meningkat, walau sekarang saya sudah sangat jarang mendengar orang mengupas tentang kegemaran membaca ini, bahkan orang Jepang yang dulu sering saya dengar dari berita saking gemarnya membaca, sampai-sampai melakukan kegiatan kegemaran mereka itu di atas kereta, sudah jarang saya dengar beritanya.
Putri saya sendiri, Putri Natalia, punya kegemaran akan buku-buku dari penulis yang berganti-ganti, tadinya Laura Ingalls Wilder: Little House on the Prairie (Rumah Kecil di Padang Rumput), Wu Cheng'en: Xiyouji atau Perjalanan ke Barat, Sun Wukong, Bram Stoker (Drakula), dll., dan sekarang Risa Saraswati, lihat: Kekagetan Kecil di Gramedia Cileungsi.
Perpustakaan Putri pernah saya isi dengan 2 novel tebal karya Margaret Mitchell: Gone with the Wind, dan sekuelnya: Scarlett. Tak lama lagi mungkin Putri akan mengalami "kelebihan buku kekurangan rak" seperti saya, dengan adanya 16 novel Risa Saraswati dan beberapa novel Chiung Yao: seri Huanzhu Gege (Putri yang Mengembalikan Mutiara) yang sudah difilmkan menjadi drama seri My Fair Princess dalam 3 musim: My Fair Princess I pada 1998, My Fair Princess II pada 1999, dan My Fair Princess III pada 2003.
Sekarang, saya lebih suka mengikuti cersil dari drama seri, dan format buku cetak yang pernah saya baca menjadi koleksi dalam perpustakaan saya.
Sedikit Catatan:
Nama Kho Ping Hoo dalam bahasa Mandarin adalah: 許平和 Xu Pinghe, 許 Xu atau Kho adalah marga, 平 Ping bermakna damai dan 和 He bermakna harmonis atau bersama. 和 dalam bahasa Jepang dibaca "wa" yang bermakna harmonis atau gaya Jepang, contoh: 和風 wafuu (gaya Jepang), 和菓子 wagashi (kue atau manisan/permen Jepang), 和紙 washi (kertas Jepang), 和室 washitsu (kamar gaya Jepang) 和食 washoku (makanan Jepang), dll. Mestinya nama Kho Ping Hoo cukup dituliskan dengan Kho Pingho saja.
Selamat Hari Buku Nasional.
Jonggol, 16 Mei 2021
Johan Japardi