Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cara Pandang Dimulai dengan Positif atau Negatif?

29 April 2021   03:55 Diperbarui: 29 April 2021   04:30 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menanggapi judul artikel ini, tentunya tergantung masing-masing orang untuk memulai cara pandangnya, entah mau secara positif maupun negatif. Itu semua bergantung pada pengalaman yang diperoleh masing-masing dari orang-orang lain dalam pergaulan hidupnya.

Kalau saya memandangnya dari 2 sudut yang berbeda: manusia dan sains. Saya yakin, sejak kecil kita diajarkan untuk berpikiran positif terhadap orang lain, walaupun ada satu pengganjal yang juga diajarkan kepada anak-anak: "Jangan sembarangan berbicara kepada orang yang tak dikenal," yang menurut Ivan Burnell akan membawa konsekuensi kita tidak memiliki, atau hanya memiliki sedikit teman.

Pandangan positif terhadap orang lain bisa digambarkan melalui pernyataan:
Setiap manusia harus dianggap baik, kecuali jika terbukti sebaliknya.

Bagaimana cara pandang dalam sains?
Jika dalam sains kita mulai dengan pandangan positif, maka akan terjadi kekacaubalauan. Jadi semuanya harus dimulai dengan pandangan negatif.

Contoh:
Petugas kesehatan yang mengambil sampel untuk Uji Cepat (Rapid Test) virus Covid-19 harus berasumsi bahwa setiap sampel yang diambil adalah positif Covid-19, kecuali jika terbukti sebaliknya setelah melakukan uji tersebut. Jika tidak demikian, maka petugas kesehatan itu akan sangat berisiko terkena penularan.

Sewaktu saya melakukan penelitian untuk skripsi Sarjana Farmasi saya, salah sebuah buku acuan yang saya gunakan adalah: Harkins, W.D. (1951), The Physical Chemistry of Surface Films. New York: Reinhold. William Draper Harkins (28 Desember 1873 - 7 Maret 1951) adalah seorang ahli kimia fisika Amerika, terkenal atas kontribusinya terhadap kimia permukaan dan kimia nuklir. Harkins meneliti struktur inti atom dan merupakan orang pertama yang mengusulkan prinsip fusi nuklir, 4 tahun sebelum Jean Baptiste Perrin menerbitkan teorinya pada 1919-20. Temuannya memungkinkan, antara lain, pengembangan bom-H. Sebagai profesor tamu dengan Fritz Haber pada 1909, Harkins diperkenalkan pada studi tegangan permukaan, dan dia mulai mengerjakan teori larutan dan kelarutan selama kunjungan ke MIT pada 1909-1910.

Dalam buku Harkins ini, saya menemukan pernyataan sebagai berikut (ingatan saya hanya parsial):
Setiap pengukuran harus dianggap tidak tepat,
setiap reaksi harus dianggap tidak sempurna,
setiap .......................................
kecuali jika terbukti sebaliknya.

Jonggol, 29 April 2021

Johan Japardi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun