Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Lahirlah di Suzhou, Makanlah di Guangzhou, dan Matilah di Hangzhou

15 April 2021   05:15 Diperbarui: 24 April 2021   11:29 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam di Suzhou, 1 Januari 2014.

Semula, judul yang mau saya gunakan adalah: 2 Zhou dan 3 Zhou: Keindahan (yang Sayangnya) Tercemari - Hangzhou yang Bikin Kapok.

Ada ungkapan China yang berbunyi "上有天堂 , 下有苏杭, shang you tiantang, xia you suhang"  - di atas ada surga, di bawah ada suhang ( Suzhou dan Hangzhou, saya menyebutnya 2 Zhou). Ungkapan ini dibuat untuk menggambarkan keindahan kedua kota ini yang sebanding dan bisa dianggap mewakili keindahan surga di bumi.

Marco Polo, orang Barat pertama yang mengunjungi Hangzhou, terkagum-kagum dengan keindahan kota ini. Pada akhir abad ke-13, dia menguraikan kota Hangzhou sebagai "Kota Surga,  yang terindah dan  termegah di dunia." Apakah ini masih relevan sekarang bergantung pada banyak faktor penilaian.

Dokpri.
Dokpri.
Hangzhou, di depan Akademi Wansong, tempat Liang Shanbo dan Zhu Yingtai (Sampek Engtay) bersekolah, 25 Februari 2015.

hangzhou-02-607766308ede485f1e56b1d7.jpg
hangzhou-02-607766308ede485f1e56b1d7.jpg
Hangzhou, Xihu (Danau Barat), 25 Februari 2015.

Dokpri.
Dokpri.
Hangzhou, Leifengta (Pagoda Puncak Petir), 25 Februari 2015. Ini adalah pagoda yang dibangun untuk menggantikan pagoda asli yang berlokasi di tempat lain yang rubuh pada 1924.

Hangzhou dikenal antara lain karena Danau Barat (Xihu), sedangkan Suzhou karena dekat Danau Besar (Taihu). Ada "Zhou" yang ke-tiga, yaitu Guangzhou, yang sohor dengan makanan dan kokinya, sehingga ada seorang teman saya yang mengatakan, "Lahirlah di Suzhou, makanlah di Guangzhou, dan matilah di Hangzhou."

Lebih dari 5 tahun yang lalu, saya menemukan makna di balik pernyataan ini berdasarkan pengalaman pribadi saya yang kurang mengenakkan ketika berada di Hangzhou. Beberapa kali saya melihat orang-orang yang berteriak-teriak di depan publik, dan puncak kekesalan saya, yang secara total menghancurkan penikmatan saya akan kota yang indah ini, adalah ketika saya menyaksikan seorang ayah yang membentak dan menampar anak gadis remajanya.

Pengalaman ini, suka atau tidak suka, membuat saya berjanji pada diri saya untuk tidak lagi mengunjungi Hangzhou. Toh, tempat-tempat yang saya minati di sana ((makam Jenderal Yue Fei dan anaknya beserta patung besi 4 pengkhianat (lihat artikel saya, Jenderal Yue Fei dan Dendam Kesumat Turun-temurun di dalam Cakue, kuil Yue Fei, Danau Barat (yang menurut cerita Hina Kelana/Xiaoao Jianghu, tempat Ren Woshing dikurung), Pagoda Puncak Petir (Leifengta, tidak asli lagi) di mana siluman ular putih legendaris baishe pernah dikurung, sekolah tempat Sampek Hengtai (Liang Shanbo dan Zhu Yingdai) belajar, dll.)) sudah saya kunjungi semua.

Setelah merenungkan lebih dalam, saya setuju dengan teman saya itu. Lahirlah di Suzhou, makanlah di Guangzhou, dan nikmatilah keindahan Hangzhou dari alam baka, bebas  gangguan dari orang-orang kasar.

Jonggol, 15 April 2021
Johan Japardi

English Version
Born in Suzhou, Eat in Guangzhou, and Die in Hangzhou, or
2 Zhous and 3 Zhous: Beauty (which is Pitifully) Adulterated

There is a Chinese saying that goes "上有天堂 , 下有苏杭, shang you tiantang, xia you suhang"  - above there is  paradise, below there is suhang ( Suzhou and Hangzhou, I called this 2 Zhous). This saying was made to describe the comparable beauty of these two cities which was regarded as representing heavenly beauty on earth.

Marco Polo, the first Western visitor to Hangzhou, was marvelled with the beauty of this city. At the end of 13th century, he described Hangzhou as "Heavenly City, which is the most beautiful and magnificent in the world." Whether this is still relevant or not now is dependent upon many judging factors.

Among other things, Hangzhou is well-knowned because of the West Lake (Xihu), while Suzhou because of the nearby Great Lake (Taihu). There is the third "Zhou," i.e. Guangzhou, famous of its food and cooks, that a friend of mine said, "Be born in Suzhou, Eat in Guangzhou, and Die in Hangzhou." 

More than 5 years ago, I found the meaning behind this statement based upon my unpleasing personal experiences while being in Hangzhou. In several occasions I saw people yelling in public, and my aggravation peaked, and my enjoyment of this beautiful city was totally ruined, when I witnessed  a father yelled at, and slapped his teenage daughter in the face.

This experience, either I liked it or not, made me promise myself not to ever visit Hangzhou again. Furthermore, I have visited all my places of interest there ((tombs of General Yue Fei and his son along with iron statues of 4 traitors, Yue Fei Temple, West Lake (which according to a kungfu fiction novel Xiaoao Jianghu, was the place where Ren Woshing was imprisoned), Lightning and Wind Pagoda (Leifengta, no longer original) where the legendary white snake monster baishe once imprisoned, the school where Sampek Hengtai (Liang Shanbo and Zhu Yingdai) used to study, etc.))
After pondering more profoundly, I agreed with my friend. Be born in Suzhou, eat in Guangzhou, and enjoy the beauty of Hangzhou from immortal realm, disturbance-free from rude people.

Jonggol, Jonggol, 15 April 2021

Johan Japardi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun