Hai.
Setelah ditinggalkan seseorang yang saya harapkan takdirnya,
Saya kini belajar terbiasa menerima tanpa hadirnya.
Tidak berusaha melupakan,
Karena itu hanya bagian dari pengkhianatan.
Bagi saya itu lebih bijak kalau dijadikan pengalaman dari esensi mencintai.
Kebanyakan orang akan mengambil resiko yang sama.
Namun bagi mereka yang beruntung sejalan dengan takdir,
Akan diantar pada garis waktu.
Butuh waktu sedikit lebih lama untuk menamatkannya,
Tapi itulah tujuannya.
Dan kini saya berusaha mencari ketenangan.
Bukan bersama kenangan,
Tapi bersama kawan saya merayakan kemenangan.
Ada panggilan tersendiri buat saya tentang mereka.
Bukan bermaksud sebagai pelampiasan,
Tapi disitulah saya temui tawa melepas keresahan.
Sebetulnya saya adalah seseorang yang lebih suka menyendiri,
Ketimbang beramai mengingat sunyi.
Mencari energi tanpa harus pergi.
Bercengkrama dengan kawan adalah jalan keluar kiranya.
Gilanya saya menurut saja.
Selesai perbincangan dan dialog purba,
Pamit sengaja hadir menyela keseruan.
Kadang tak adil waktu menyerobot masuk.
Ya sudah itu memang haknya.
Saya ikut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H