Biografi dan pemikiran gramsci tentang hegemoni
1.Biografi
Gramsci lahir tanggal 22 januari 1891, di Ales, sardinia, dan meninggal di Roma, 27 April 1937, dari keluarga kelas bawah di Pulau Sardania, italia. Latar belakang pendidikan yang cukup dikenal, bahwa gramsci memasuki perguruan tinggi setelah memenangkan perolehan beasiswa di Universitas Turin, tahun 1911. Itu lah tahun-tahun dimana ia banyak membaca dan belajar pemikiran filosof idealis beneddetto Croce dan memang pada perjalanan hidupnya selanjutnya pikirran-pikiran Croce banyak memepengaruhi Gramsci. Sungguhpun demikian, sejak mahasiswa minatnya dalam bidang politik dan minatnya sebagai aktivis gerakan sosial mulai tumbuh. Sejak di bangku kuliah Gramsci bahkan sudah sangat tertarik pada ‘social movement’. Dan ia sangat terkesan pada gerakan kaum buruh di kota Turin, suatu minat yang kemudian mendorongnya untuk bergabung dengan Partai Sosialis Italia(PSI) di tahun 1913. Ia mulai menjalani kehidupan sebagai seorang aktivis dengan bekerja pada koran sosialis, suatu media masa kaum sosialis di kota itu.
Beberapa penjelasan tentang Gramsci segaimana dalam pernyataan Struat Hill dalam membaca gramsci yaitu keteguhan dan kemandirian jiwanya . gramsci ‘’menempatkan’’ ide-ide Marx, namun bukan sebagai jubah (strait-jaket), yang mengurung dan menyelimuti imajinasinya, melainkan sebagai kerangka ide-ide yang membebaskan jiwanya, yang menjadikan pikirannya bebas dan mendorongnya untuk berkarya . sebagian besar dari kita hanya ‘menelan’ sedikit saja dari apa yang disebut karya marxis diman penjelas (expelior), meskipun menyadari tugasnya (sekali lagi tugasnya) yang suci , hanya membatasi diri pada perbaikan tekstual disana sini. Sebaliknya, kita melihat adanya kebebasan dan kesegaran dalam tulisan Gramsci sebagai suatu pembebasan yang pengaruhnya sangat Revolusioner.
2.Konsep hegemoni gramsci
Kekerasan dan konsensus
Titik awal konsep Gramci tentang hegemoni adalah, bahwa suatu kelas dan anggotanya menjalankan ke kuasaan terhadap kelas-kelas di bawahnya dengan cara kekerasan dan persuasi,. Dalam catatannya terhadap karya Machiavelli, the Prince (Sang penguasa), Gramsci menggunakan centaur mitologi yunani, yaitu setengah binatang dan setengah manusia, sebagai simbol dari ‘perspektif ganda’ suatu tindakan politik kekuatan dan konsensus, otoritas dn hegemoni, kekerasan dan kesopanan. Hegemoni bukanlah hubungan dominasi dengan menggunakan kekuasaan , melainkan hubungan persetujuan dengan menggunakan kepemimpinan politik dan ideologis. Hegemoni adalah suatu organisasi konsensus. Dalam beberapa prgaraf dari karya Prison Notebooks, Gramsci menggunakan kata direczione(kepemimpinan, pengarahan) secara bergantian dengan egemonia (Hegemoni) dan berlawanan dengan dominazione (dominasi). Penggunaan kata hegemoni dalam penegertian Gramsci harus dibedakan dari makna asalnya dalam bahasa Yunani , yaitu penguasaan satu bangsa terhadap bangsa lain . (Ada beberapa bagian dalam Prison Notebooks diamana Gramsci menggunakan hegemoni dalam pengertiannya yang umum, yaitu penguasaan antarbangsa antara kota dan desa)
Gramsci disini mengartikan hegemoni berbeda dengan pengertain secara umumnya, ia melihat di tempat tinggalnya terjadi dominasi besar-besaran dimana pemerintah menggunakan kekerasan konsensus pemerintah dengan rakyatnya dan munculah hegemoni sebagaimana konsep hegemoni Gramsci muncul.
Bagi lenin, hegemoni merupakan strategi untuk revolusi, suatu strategi yang harus dijalankan oleh kelas pekerja dan anggota-anggotanya untuk memperoleh dukungan dari mayoritas. Gramsci menambahkan dimensi baru pada masalah ini dengan memperluas pengertiannya sehingga hegemoni juga mencakup peran kelas kapitalis beserta anggotanya , baik dalam merebut kekuasaan negara maupun dalam mempertahankan menganai sejarah Italia.
Teori hegemoni Gramsci adalah salah satu teori politik paling penting abad XX. Toeri ini dibangun diatas premis pentingnya ide dan tidak mencukupinya kekuatan fisik belaka dalam kontrol sosial politik. Di mata Gramsci , agar yang dikuasai tidak hanya harus merasa mempunyai dan menginternalisasi nilai-nilai serta norma penguasa, lebih dari itu mereka juga harus memberi persetujuan atas subordinasi mereka. Inilah yang dimaksu gramsci dengan “hegemoni” atau menguasai dengan kepemimpinan moral dan intelektual secara konsensual. Dalam konteks ini , Gramsci secara berlawanan mendudukan hegemoni, sebagai satu bentuk supremasi satu kelompok atau beberapa kelompok atas yang lainnya, dengan bentuk supremasi lain yang dinamakan “dominasi,” yaitu kekuasaan yang ditopang oleh keuatan fisik. Tentu saja teori hegemoni bukanlah barang baru dalam tradisi marxis.
Jadi gramsci mengubah makna hegemoni dari strategi (sebagaimana menurut lenin) menjadi sebuah konsep yang seperti halnya konsep marxis tentang kekuatan dan hubungan produksi , kelas dan negara, menjadi sarana unutk memahami masyarakat dengan tujuan mengubahnya, ia mengambangkan gagasan tentang kepemimpinan dan pelaksanaanya sebagai syarat untuk memperoleh kekuasaan negara kedalam konsepnya tentang hegemoni. Hegemoni merupakan hubungan antara kelas dengan keuatan sosial lain. Kelas hegemonik, atau kelompok kelas hegemonik, adalah kelas yang mendaparkan persetujuan dari keuatan dan kelas sosial lain dengan cara menciptakan dan memepertahankan sistem aliansi melalui perjauangan politik dan ideologis. Konsep ideologis dibangun degnan memesaukkan beberapa konsep lain yang berkaitan dengannnya. Itulah sebabnya mengapa definisi yang singkat mengenai hegemoni tidak pernah memadai.
Fakta bahwa teori hegemoni bahwa teori Gramsci memberikan banyak tekanan pada sentralitas konsensus dan bukan pada kekuatan serta bahwa konsensus dan bukan pada kekuatan serta bahwa konsesus itu merupakan “salah satu syarat pokok untuk meraik kekuasaan” sudah terang memberikan peran yang sangat signifikan pada intelektual organik. Hal ini tampak jelas dalam konsepsinya tentang jalan menuju sosialisme. Meminjam peistilahan militer, Gramsci mendiferisiansikan dua perbedaan strategis bagi sosialisme “perang gerakan” atau “ perang manuver” dan “ perang posisi.” Dalam konsepsinya tentang perang gerakan, Gramsci menunjuk pada strategi revolusioner Marxis-Leninis dalam memperjuangkan sosialisme. Strategi cocok betul dengan anggapan Marxisme ortodoks tentang sentralitas kekuatan dalam sebuah tantanan sosial. Strategi ini bersandar sepenuhnya pada kekerasan partai revolusioner untuk menyerang balik apa yang dipandang sebagai kekerasan negara borjuasi. Kebangkitan proletariat menuju kekuasaan bisa dipandang sebgai manifestasi dan strategi ini, yaitu semata-mata mengganti kekuasaan koersif negara. Dalam pandangan Gramsci, bagaimanapun juga, perang gerakan hanya bisa ditepakan dalam kondisi khusus, yaitu di “Negara modern”.
Dalam manganalisis perang posisi yuang berlangsung antara dua kelas utama untuk meraih hegemoni, Gramsci melakukan pembedaan tegas antara Strategi yang ditepkan kelas pekerja. Strategis kaum borjuis mempunyai sifat khusus yang dinamakan revolusi pasif(passive revolution). Ia mengembangkan konsep ini dari analisisnya terhadap risorgimento, gerakan untuk menyatukan Italia pada pertengahan abad ke-18. Walupun ada sejumlah pemberontakan rakyat dalam gerakan Risargimento, penyatuan nasioanal Italia (termasuk pengusiran bangsa Australia) dan bangkitnya keuasaaan kaum kapitalis di Italia utara pada saat yang bersamaan, berhasil mewujudkan terutama melalui agen negara, tentara dan kerajaan Piedmont, bukan dengan memobilisasi mayoritas penduduk atau mendukung tuntutan pembaruan agraria kaum tani. Jadi, Risargimento merupakan ‘revolusi dari atas’, ditimbulkan malalui agen negara Piedmontd. Ia merupakan suatu revolusi pasif.
Hegemoni yang begitu besar membuat kaum kelas bawah tidak bisa berbuat apa –apa bukan hanya hegemoni lewat keuasaan fisik namun dengan dimasukinnya ideologi-ideologi baru sehingga proses dominasi semakin besar.
Kelas yang lebih rendah hanya dapat menajdi kelas hegemonik degan cara memeperkuat kemapuan untuk memperoleh dukungan dari kelas dan keuatan sosial lain. Kelas yang lebih rendah harus mulai melampui aktifitas korporasi dama lingkup setempat, yaitu aktifitas ketika mereka hanya peduli dengan kepentingan mereka sendiri yang bersifat sesaat, dan harus bergerak maju menuju fase hegemonik dengan memperhatikan juga kepentingan kelas kelompok lain. Hubungan antara dua kelas utama, feodal dan kapitalis, atau kapitalis dan kelas pekerja, bukan merupakan suatu hubungan oposisi yang sederhana antara dua kelas, tetapi merupakan ancaman dari beberapa hubungan yang rumit dan melibatkan berbgai kelas kelompok dan kekuasaan sosial yang lain.
Sejauh ini Gramsci hnya memberikan difinisi marxis klasik terhadap lahinya sebuah kelas. Sumbangannya yang nyata terkihat pada anilisisnya mengenai hubungan berbagai keuatan politik. Ia mengambil contoh munculnya kelas kapitalis, dan membedakan tiga fase perkembangan kesadaran politik kolektif dan organisasi. Dua fase yang pertama adalah fase ekonomi-korporasi (sering singkat korporasi). Sedang etiga adalah fase hegemonik.
-Fase pertama dan paling awal terjadi ketika seorang pedagang merasa perlu bediri sejajar dengan pedagang lain, seorang pengusaha dengan penguasa yang lain, dan lain sebgainya ; namun pedagang belum merasakan timbulnya solidaritas dari pengusaha. Anggota kelompok profesional sadar akan kepentingan bersama mereka dan perlunya mereka bersatu, namun mereka belum menyadari kebutuhan untuk bergabung dengan kelompok lain ke dalam kelas yang sama.
-Kedua yang lebih maju adalah fase dimana telah tumbuh kesadaran akan kepentingan bersama semua kelas namun masih dalam bidang ekonomi. Pada tahapan ini masalah negara sudah diperhatikan, namun hanya sebatas untuk memperoleh persamaan politik dan hukum dengan kelompok yang berkuasa hak untuk ikut serta dalam peneetapan undang-undang dan adminstrasi, bahkan untuk mengubahnya memang dalam struktur dasar yanmg ada.
-Fase ketiga adalah fase hegemoni “dimana orang menajdi sadar bahwa kepentingan perusahannya dalam perkembangan dimasa sekarang dan mendatang, mellampui batas-batas korporasi kelas yang bersifat murni ekonomi, dan kepentingan itu dapat harus menjadi kepentingan dari kelompok yang lebih rendah”. Ini adlah tahap yang murni politik, ini adalah fase dimana fase ideologi-ideologi yang sebelumnya terpecah-pecah sekarang bersaing sampai salah satunya , atau gabungan dari ideologi-ideologi itu, memeng sehingga bisa menyatukan tujuan-tujuan ekonomi, politik, intelektual dan moral serta persoalan sehingga perjuangan tidk berlangsung dalam dataran korporasi namun dataran ‘universal’ yang pada akhirnya terciptalah hegemoni suatu kelompok sosial yang kuat terhadap kelompok lain yang lebih rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Sugiono muhadi, Kritik Antonio Gramsci terhadap pembangunan dunia ketiga, pustaka pelajar, 2006.
Simon Roger, Gagasan-gagasan politik Gramsci, Pustaka pelajar, 2004.
Roger Simon, gagasan politik Gramsci, (Yogyakarta:pustaka pelajar,2004),hal. Ix.
Roger Simon, gagasan politik Gramsci, (Yogyakarta:pustaka pelajar,2004),hal. Xxiii.
Roger Simon, gagasan politik Gramsci, (Yogyakarta:pustaka pelajar,2004),hal. 20
Roger Simon, gagasan politik Gramsci, (Yogyakarta:pustaka pelajar,2004),hal. 21.
Muhammad Sugiono, kritik Antonio Gramsci terhadap pembangunan dunia ketiga,(Yogyakrta: pustaka pelajar, 2006), hal 31.
Roger Simon, gagasan politik Gramsci, (Yogyakarta:pustaka pelajar,2004),hal. 22
Muhammad Sugiono, kritik Antonio Gramsci terhadap pembangunan dunia ketiga,(Yogyakrta: pustaka pelajar, 2006), hal 45.
Roger Simon, gagasan politik Gramsci, (Yogyakarta:pustaka pelajar,2004),hal. 25
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H