Gelaran Festival Candi Kembar di kompleks Candi Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan sukses menyedot wisatawan. Selama tiga hari penuh sejak 31 Agustus hingga 2 September yang diikuti lebih dari 260 orang seniman baik dari Klaten serta luar kota seperti Jakarta, Jogja hingga Kalimantan.
Festival yang digelar untuk ketiga kalinya itu terasa berbeda dari penyelenggaraan sebelumnya. Yakni hadirnya Tari Kolosal yang bercerita tentang kisah cinta beda keyakinan Pramudiya Wardani (Budha) dan Rakai Pikatan (Hindu) yang dipentaskan oleh grup Solah Gotro yang berasal dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Terciptanya tarian tersebut juga merupakan permintaan dari Pemerintah Desa Bugisan sendiri untuk memberi pengetahuan pada wisatawan bahwa Candi Plaosan atau disebut juga candi Kembar mempunyai kisah yang tidak kalah menarik dengan Candi Prambanan dengan Tari Ramayananya.Â
                               Â
"Kami memang meminta mereka untuk menciptakan tarian yang menceritakan candi bercorak Hindu Budha ini. Tarian yang mampu menceritakan awal terbentuknya candi dengan segala kehidupan di dalamnya terdapat berbagai musik gamelan," jelas Kepala Desa Bugisan Heru Nugroho, Minggu (2/9).
Munculnya gagasan untuk menciptakan dan menampilkan dalam festival guna mendukung paket wisata di Desa Bugisan yang selama ini sudah berjalan. Jika selama ini tarian Ramayana identik dengan Candi Prambanan maka di Candi Plaosan pun akan diadakan. Hal ini untuk menarik wisatawan baik domestik dan asing ke Plaosan.
"Kedepannya kami ingin melakukan kerjasama dengan ISI Surakarta dalam mengembangkan tarian ini ke warga kami. Mereka akan menjadi mentor untuk mengajarkan Tarian Kolosal Candi Plasosan ini. Harapannya warga Bugisan mampu menyerap tarian yang diajarkan guna menunjang di sektor pariwisata," jelasnya.
Ia mengatakan, jika selama ini kelompok kesenian di Desa Bugisan untuk menghibur wisatawan asing mulai dari gejug lesung hingga gamelan. Tetapi hadirnya Tarian Kolosal Candi Plaosan bisa menjadi identitas kesenian yang khas setiap kali datang ke desanya. Tidak sekedar melihat kemegahan Candi Plaosan saja tetapi juga bisa dijamu dengan tarian tradisional tersebut.
"Kami ingin setelah mereka selesai jalan-jalan di Candi Plaosan bisa langsung melihat tarian Kolosal Candi Plaosan ini. Nantinya bisa dijadikan dalam satu paket dengan tiket masuk ke candi. Mungkin durasi tarinya sekitar setengah jam tetapi sudah mampu menceritakan alur cerita tentang Candi Plaosan," jelasnya.
Sementara itu, Bupati Klaten Sri Mulyani mendukung penuh atas segala pengembangan kepariwisataan khususnya di Desa Bugisan. Melalui keberadaan potensi Candi Plaosan tersebut harus mampu dimanfaatkan secara maksimal.
"Saya kira candi dengan bentuk kembar seperti ini hanya ada di Candi Plaosan saja. Keunikan ini sudah seharusnya kita kelola sehingga tidak kalah dengan Candi Prambanan. Termasuk diadakannya Festival Candi Kembar ini saya apresiasi," jelas Mulyani.
Ia meminta dalam pengembangan kepariwisataan di Desa Bugisan terus dikawal dan didampingi oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait. Seperti Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Klaten serta Pemerintah Kecamatan Prambanan. Hal ini perlu dilakukan agar pengembangan desa wisata yang memanfaatkan potensi candi lebih terarah sehingga memilik dampak pada perekonomian masyarakat sekitarnya.