Ada kemiripan antara Sinin dan Gedung Wakil Rakyat, yaitu sama-sama memasuki usia kakek-kakek di atas 60-an dan potret rakyat Indonesia. Bedanya yang satu adalah manusia dan satu lagi gedung tempat bekerjanya para wakil rakyat yang terpilih. Kakek ini sehari-harinya bekerja sebagai operator percetakan, sementara itu di dalam gedung sepanjang waktu penuh kegaduhan. Bila si kakek Sinin bergembira dengan kehadiran "Kartu Sakti", tetapi tidak dengan lebih separuh wakil rakyat di dalam gedung itu., karena tidak ada kejelasan dari mana dana yang dipakai Pemerintah untuk membiayai "Kartu Sakti" itu.
Di balik ketenangan Sinin sebagai buruh biasa dan penikmat kartu kepdulian Pemerintah pada rakyat kecil sepertinya, ternyata baru terungkap mengidap keanehan. Sejak 1998 sampai sekarang sudah mengeluarkan telur sebanyak 202 butir. Telur yang seukuran telur ayam kampung, tidak ada kuning telurnya melainkan cairan bening saja dan bila direbus akan mengeras seperti batu. Sinin yang berusia 62 tahun ini, akan mengalami kesakitan yang luar biasa saat telur-telur 'aneh' dari tubuhnya. Tak ayal pakar-pakar kesehatan berpikir keras untuk menjelaskan keanehan ini. Ada yang mengatakan bahwa telur itu adalah gumpalan lemak tubuh dan ada pula yang masih menunggu hasil laboratorium uji cangkang telur serta menunggu Sinin 'bertelur' lagi di RS Kodja.
Gedung wakil rakyat yang mirip kura-kura itu juga layaknya sedang menunggu 'telur'. Tetapi bukan telur seperti Sinin, melainkan 'telur kebulatan tekad' untuk bersatu sebagai wakil rakyat semestinya yang mengawal lurus atau tidaknya berjalannya roda pemerintahan yang mengusung kabinetnya sebagai 'kabinet kerja'. Â Kelompok yang menguasai lebih dari separuh anggota wakil rakyat sudah saatnya berpikir bahwa kelompok yang selalu kalah 'suara'nya adalah saudaranya juga yang perlu dirangkul. Bila perlu naik bersama-sama ke atap gedung atau punggungnya kura-kura dan mengurutnya seperti memijat badan Sinin agar 'telur Koalisi Satu Indonesia' itu segera keluar. Telur wakil rakyat yang bersatu ini sangat ditunggu kehadirannya sebab langkah Kabinet Kerja akan semakin menjauh bila hanya kegaduhan saja yang dipertahankan di dalam gedung.
Ratusan telur Sinin keluar bergiliran, 69 tahun gedung wakil rakyat berdiri kokoh sudah dan kartu sakti telah diluncurkan untuk melindungi rakyat tidak mampu. Sinin bertelur adalah peristiwa langka, gedung wakil rakyat yang hiruk pikuk karena perebutan posisi ketua cermin kemunduran perpolitikan yang merupakan fenomena 'aneh' juga dan rakyat kecil yang butuh perlindungan dari kemiskinan, sakit dan ketertinggalan pendidikan sedikit mulai terpayungi oleh kartu plastik yang mestinya bila dilihat dari usia kemerdekaan tak perlu harus menunggu adanya 'kartu sakti' adalah hal menimbulkan pertanyaan juga. Pemimpin dan para wakil rakyat yang yang hadir silih berganti selama ini dengan kebijakan pro rakyat yang berkelanjutan dan terarah, harusnya sudah lama mengentas kemiskinan, penanganan kesehatan masyarakat yang baik dan perbaikan angka tingkat pendidikan. Apalagi dengan adanya wacana penghapusan subsidi BBM yang suka atau tidak suka harus tetap dilakukan karena demi menyelamatkan anggaran subsidi ini untuk kepentingan yang lebih bermanfaat bagi masyarakat, wakil rakyat haruslah bersatu padu untuk 'bersuara bulat'Â menolak atau mendukungnya. Sebab subsidi belum dicabut, BBM di beberapa daerah sudah sulit didapatkan, aksi penimbunan oknum sudah terjadi dan harga barang kebutuhan lebih cepat naiknya. Lalu tunggu apa lagi? Kerja, kerja dan kerja tentunya. Atau tetap saja terlena dengan berita aneh tapi nyata yang memang hanya ada di negeri ini?***9nov14
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H