Ternyata IQ Test itu tidak melulu harus melalui lembaga Psikologi, saat penentuan jurusan di SMA atau pun ketika melamar pekerjaan. Tetapi bisa juga dengan menggunakan cara yang murah bahkan gratis, yaitu pada acara PILEG 9 April 2014 besok. Bagaimanakah caranya? Tentunya tidak bisa langsung terukur tingkat kecerdasan seorang pemilih setelah memberikan suaranya dari bilik TPU. Kecerdasan para pemilih-pemilih ini baru akan diketahui dari hasil penghitungan suara dengan catatan prosesnya berjalan dengan jujur disaksikan para wakil partai dan relawan. Begitupun bila dihitungnya menggunakan Quick Count yang mana lembaganya haruslah yang credible dan terpercaya.
Kecerdasan pemilih diketahui bilamana banyak memberikan suaranya kepada partai yang menjadi kendaraan politik calon presiden favoritnya agar dalam menjalankan roda kepemerintahannya berjalan dengan lancar dan mulus sesuai dengan harapan rakyatnya. Walau PILEG hanya bertujuan memilih para calon wakil rakyat, dengan kecerdasan tinggi dari si pemilih pasti menghendaki wakil rakyat yang satu partai dengan si capres. Tidak perlu dibingungkan dengan foto-foto wajah calon wakil rakyat dalam kertas suara yang hampir semuanya tidak dikenalnya, tetapi cukup melihat gambar, lambang dan nama partainya saja.
Sebelum acara PILEG berlangsung pun kecerdasan pemilih sudah dilihat dari kemampuan membaca bahasa politiknya. Seperti misalnya kencenderungan berperilaku politik yang tidak mencerminkan keberpihakannya kepada rakyat banyak atau kedewasaan berpolitiknya tetapi malah asyik bermain puisi yang jauh dari pada nilai seninya dengan isinya tidak menyampaikan program, misi dan visi untuk negara tetapi menyerang partai lain yang dianggapnya telah mengingkari “kontrak politik”. Runyamnya lagi diikut-campuri oleh pimpinan negeri dengan memberi komentar agar partai politik yang dianggap ingkar untuk memberi penjelasan. Begitu juga sikap calon presiden yang asyik berlibur bersama artis menggunakan pesawat pribadi padahal agar terlihat bijaksana mestinya mendekati warga yang rumahnya hilang terendam lumpur. Bahasa politik lainnya bisa juga dibaca dari keberanian dari pasangan capres mantan jenderal dan cawapres yang pemilik salah satu stasiun TV, dengan mengusung partainya yang baru lahir telah memberanikan diri menggunakan stadium GBK yang ternyata sepi dari pendukungnya.
Bahkan media online dan iklan di TV cenderung ikut “berpolitik” dengan menampilkan promosi gambar seorang capres favorit dan tulisan “coblos nomor sekian maka favoritmu akan menjadi presiden”. Serta iklan obat herbal yang menampilkan sosok capres yang bukan “kawe-kawean”. “Masuk Angin? Yo..Rak Popo,” begitu kata si bintang iklan.
Pemungutan suara yang sudah dilakukan beberapa hari yg lalu di luar negeri, dimana “bocoran” hasil penghitungan suaranya telah dimenangkan secara mutlak oleh partai dari “capres favorit”. Bilamana data ini benar dan akurat sumbernya, maka tingkat kecerdasan para pemilih di luar negeri ini tentu sangatlah baik dan tinggi sekali. Bagaimana dengan Tingkat Kecerdasan pemilih di dalam negeri? Anda sendiri yang bisa menilainya nanti.***8 April 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H