Hampir setengah jam saya mencari desk kuwait airline, seorang petugas memberi tahu di desk nomer 50, tapi di sana sepi tak ada siapa siapa. Simbol maskapai penerbangan negara kuwaitpun tak saya lihat. Ah, sepinya bandara. tidak seperti 4 tahun lalu, ketika TKW masih diberangkatkan. Suasana riuh dari mereka tinggal kenangan.
Menjelang pukul 9 desk baru dibuka. Seorang petugas melayani saya dengan sangat santun. Di desk sebelah, saya lihat seorang pria tengah bersitegang , belakangan saya ketahui ternyata visa dari TKI itu tinggal dua hari dan petugas menolak utk memprosesnya.
Di meja imigrasi, alhamdulilah, saya tidak ditanya macam2, petugas yang masih sangat muda itu melihat sekilas ke saya, memeriksa dokumen dan memberi stamp, barulah ketika saya membaur dengan para TKW yang baru kembali dari libur, saya mendengar kalau mereka ditanyai tentang KTKLN, diantara mereka ada yg dipersulit, ada yg dimintai duit dari 200 ribu hingga 400 ribu. malah ada yang diancam mau digagalkan penerbangannya kalau tidak mau membayar. Tapi anehnya, saya tidak ditanyai sama sekali, padahal sayapun sama, TKI juga. Selidik punya selidik, ternyata yang membedakan saya dengan mereka ya cara berpakaian. Bukannya mau nyombong, pada waktu itu memang pakaian saya rapi, rambut rapi, sepatu mengkilap, dan ada tas duchini berisi laptop yang belum lunas cicilannya.
Hmmm...satu pelajaran baru. Dengan berpakaian rapi kita akan lebih dihargai. Bagaimanapun juga, budaya kita memang masih suka menilai kulit dari pada isinya. nah..., saya sarankan untuk teman2 TKI ...berpakaianlah serapi mungkin dan jaga sikap anda ketika di bandara. Semoga bisa sedikit membantu menghindari para pemeras dan pencoleng berseragam yang banyak berkeliaran di sana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H