Dia hanya manusia biasa. tingkah lakunya yang acuh tak acuh bahkan terkesan cuek. gaya bicara nya yang ceplas ceplos seolah menambah ke khas an dirinya. Energik, mandiri, mempunyai basic pendidikan yang baik serta posisi pekerjaan yang bagus seolah menjadikan nya pribadi yang sempurna. Tetapi siapa sangka hidupnya bergantung dengan obat. Penyakit yang dideritanya seolah tak ingin berkompromi dengan nya. Semangat hidupnya mulai menurun. Kelelahan hatinya seolah tak bisa tertutupi lagi. Kepasrahan menjadi hal yang sangat penting untuk saat ini. Namun Tuhan berkata lain. Tuhan meniupkan perasaan cinta ke dalam hatinya. Logika pun mulai berdebat dengan nuraninya. "Benarkah kamu mencintai dia yang sudah berumur dan berkeluarga?" kata logika kepada nurani. Lalu nurani pun menjawab " iya itu benar. apakah itu salah? aku hanya mencintainya, aku masih tahu cara yang lebih sopan untuk semua itu, aku tidak akan merusak apa yang telah ada dan dia punya". Selalu terjadi perdebatan antar logika dan nurani sejak saat itu. "Kamu aneh dan gila" teriak logika, "Lihat lah dirimu, apa yang tidak kamu punya, kamu bahkan bisa mendapatkan siapa saja yang kamu inginkan" sambung logika tak rela. Nurani pun tak mau mengalah begitu saja. " Ya inilah yang aku tidak punya" sela nurani, "perasaan ini, semangat ini, gelisah ini dan semua hal yang tidak kumiliki sebelumnya ternyata ada pada dirinya" sambung nurani lirih. Lalu logika pun menimpali "semoga dia tidak mempermainkanmu dan memanfaatkanmu". Kata-kata logika itu membuat nurani kaget. "kamu tenang saja, aku bukan pemilik cinta cinta yang egois, aku menyayanginya sepenuh dan setulus hatiku, aku menghormati apa yang menjadi miliknya, aku juga bahkan tidak berpikir untuk memilikinya, masalah itu biar takdir yang berbicara" ucap nurani lembut. Logika mulai kesel dengan nurani, pun begitu logika selalu berdoa buat nurani. Logika selalu berharap nurani bisa mendapatkan kebahagiaan. " Ya ampun nurani, kenapa hatimu bisa sedemikian rupa mencinta seseorng?, ku hanya berharap semoga dia bisa menjaga hatimu" sambil berkata demikian logika meninggalkan nurani. "Logika tenanglah, aku hanya ingin di cinta, aku ingin diijinkan untuk menempati salah satu ruang hatinya, ku juga ingin ada di pikirannya" sahut nurani pelan. Itulah dia, yang gigih dan tak pernah menyerah. Hari-harinya menjadi berwarna sejak saat itu, raut muka nya juga mulai merona. Semangat hidupnya kembali menyala. Dia tetap dia, yang selalu berharap pada sebuah hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H