Mohon tunggu...
Minar Juang
Minar Juang Mohon Tunggu... -

Be cool, wise n strong

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Karir Tergantung pada Asisten Rumah Tangga.....??

18 Januari 2015   12:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:53 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan menjadi rahasia umum lagi jika ada istilah karir majikan di tentukan oleh asisten rumah tangga atau biasa umum menyebut pembantu rumah tangga. Asisten rumah tangga menjadi begitu penting dalam kehidupan kita terlebih apabila kita hanyabtinggal dengan keluarga inti saja (ayah, ibu dan anak), artinya tidak ada orang lain yang ikut serta tinggal bersama kita.
Karakteristik asisten rumah tangga juga beragam, misalnya :
1. Ikut menetap dalam rumah tangga itu,
2. Datang pagi pulang sore, atau
3. Hanya sekedar datang pekerjaan selesai trus pulang.
Sedangkan karakteristik ibu bekerja juga ada beberapa tipe, misalnya :
1. Ibu bekerja pada perusahaan orang lain, dimana terikat dengan segala macam aturan kerja pada perusahaan tersebut.
2. Ibu bekerja pada perusahaan pribadi atau menjalankan usaha sendiri
3. Ibu bekerja hanya paruh waktu atau hanya waktu-waktu tertentu.
Jika kita lihat keadaan pada karakteristik  nomor 2 dan 3 baik terhadap ibu bekerja maupun asisten rumah, mungkin dalam benak kita atau setidaknya bisa di pandang sebagai sesuatu hal yang bisa dikompromikan. Artinya kendala-kendala yang mungkin dan atau akan terjadi yang disebabkan dengan ketidakhadiran sang asisten rumah tangga entah karen sakit atau mempunyai kepentingan lain atau hal lainnya, setidaknya bisa di tanggulangi karena keadaan ibu bekerja pada tipe 2,3 tersebut tidak sedemikian ketat dibanding pada tipe 1. Bukan berarti mengesampingkan etika kerja. Hal yang ingin ditekankan disini adalah apabila kendala- kendala seperti diatas terjadi maka bisa di kompromikan terlebih dahulu oleh keduanya untuk mengantisipasi dan mengatur jam kerja sesuai kebutuhan yang di inginkan. Hal demikian ini akan berbeda jika terjadi pada ibu bekerja full, yang artinya bekerja sesuai tipe 1. Tidaklah menjadi kendala buat si ibu bekerja apabila mempunyai asisten rumah tangga tipe 1. Mengingat sangat pentingnya peran sang asisten dalam kehidupan rumah tangga, dan betapa sulitnya mencari yang sesuai dengan keb1utuhan kita, maka banyak ibu bekerja mempunyai asisten yang tipe 2, karena tidak mungkin ibu bekerja full akan mencari asisten tipe 3, apalagi jika si ibu bekerja berpikiran "yang penting smua bisa jalan,saya bisa kerja rumahpun bisa terurus", dan lebih parahnya asisten juga berpikir " yang butuh tenaga saya banyak, tidak jadi soal kalau di pecat".Apabila dalam kondisi selalu bisa di kompromikan dahulu antara ibu bekerja (majikan) dan asisten  mengenai jam kerja dan segala bentuk peraturan yang dibuat maka tidak terlalu menjadi kendala buat si ibu bekerja. Namun tidaklah demikian jika asisten tidak bisa berkompromi terhadap jam kerja, artinya asisten tetap datang dan pergi sesuai jam yang ditetapkan sedangkan si ibu bekerja ada tuntutan pekerjaan yang kadang-kadang tidak bisa pulang tepat waktu, atau  asisten absen tidak bekerja tanpa pemberitahuan lebih dulu. Jika hal demikian terus berlangsung bukan tidak mungkin bahwa karir ibu bekerja ditentukan oleh asisten rumah tangga. Seberapa pun besar usaha si ibu bekerja tersebut mempertahankan posisi dan usahanya. Belum lagi konsentrasi si ibu terhadap anak, apabila mempunyai anak masih di bawah umur. Hal-hal demikian banyak terjadi di kehidupan di masyarakat kita. Karir? Dituntut kebijaksanaan berpikir dan cara pandang untuk hal-hal yang demikian itu. Karena buat ibu (dalam konteks ini bukan sebagai single parent) banyak hal yang harus dipertimbangkan menjadi skala prioritasnya. Apabila pembiaran terhadap hal-hal diatas terjadi terus menerus bukan tidak mungkin karir si ayah pun menjadi terganggu. Bagaimana tidak?demi berkompromi dengan keadaan itu, si ayah dan ibu yang sama-sama bekerja itu rela menggantikan peran sang asisten secara bergantian, apabila terjadi kendala seperti disebutkan diatas.  Sampai berapa lama bisa bertahan?. Apakah perusahaan bisa menerima alasan-alasan tersebut? Dan karir? Apalagi sebagai ibu, kebijaksanaan dan cara pandang tentang karir dan pekerjaan sangat membutuhkan pemikiran yang sangat mendalam jika ingin semua berjalan dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun