AHOK! Tentunya sebuah nama yang sudah akrab di telinga kita. Pria yang memiliki nama lengkap Basuki Tjahaja Purnama menjadi fenomenal dipanggung perpolitikan tanah air. Gaya bicaranya yang blak-blakan, agresif, marah-marah dan dinilai cenderung kasar itu seolah tidak pernah habis untuk diperbincangkan. Gaya kepemimpinannya yang dianggap arogan itu telah membuat lawan-lawan politiknya berang dan mencap Ahok tidak pantas sebagai pelayan publik.
Sejak kehadirannya di pemerintahan DKI Jakarta, tidak sedikit pejabat, politikus yang berbenturan dengan gaya kepemimpinannya yang khas itu. Masih segar dalam ingatan, pria kelahiran 29 Juni 1966 di Manggar Belitung Timur itu bersitegang dengan anggota DPRD DKI perihal dana siluman RAPBD 2015 yang mencapai 12 triliun rupiah. Ahok juga memperketat pengajuan proyek di DPRD DKI, menerapkan e-budgeting dan e-katalog yang bisa terpantau ke mana saja uang digunakan. Dilingkungan Pemprov DKI sendiri tidak sedikit pejabat/PNS yang sudah distafkan bahkan dipecat karena pungli, korupsi dan bolos kerja. Ahok juga tak segan mengancam anak buahnya yang main mata dengan DPRD terkait pembahasan anggaran akan dipecat.
Blak-blakan, agresif, marah-marah sisi lain dari seorang Ahok. Pemberani, tegas, pekerja keras juga melekat dalam dirinya. Bahkan menurut Guru Besar Universitas Islam Indonesia (UII) Prof. Edy Suandi Hamid, "Ia muncul sebagai sosok berani, anti korupsi, tidak pandang bulu, dan tegas, (Senin 7/3/2016 TRIBUNNEWS.com). Dan baru-baru ini Gubernur DKI Jakarta ini mendapat penghargaan Gus Dur Award 2016 untuk kategori tokoh politik dan pemerintahan. Yenny Wahid putri mantan Presiden RI KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengatakan "Kenapa orang ini terpilih? Karena dia pemberani dan tegas, merupakan sosok pejuang anti-korupsi yang selalu mengupayakan pelayanan publik yang baik. Selain itu, Ahok juga dinilai tegas kepada pengusaha yang tamak ujar Yenny di Rumah Griya Wahid, Jalan Taman Amir Hamzah, Minggu 24/1( Kompas.com).
Ditangan Ahok Jakarta pun mulai berbenah. Wajah Jakarta yang carut marut itu sedikit demi sedikit mulai dirasakan warga Jakarta perubahannya, termasuk wajah pemerintahannya yang sudah lama rusak itu. Pembersihan rumah kumuh dibantaran kali Ciliwung Kampung Pulo. Penggusuran lokalisasi Kalijodo dan yang juga dijadikan sebagai ladang perjudian menjadi ruang terbuka hijau (RTH), membangun RPTRA (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak), dll.
Sosok Ahok sepertinya sudah mewabah keberbagai penjuru republik ini. sehingga penduduk di wilayah lain pun ingin merasakan sentuhan tangannya. Salah satunya adalah seorang netizen asli Medan yang menulis surat untuk Ahok agar menjadi Gubernur di daerahnya. Penulisan surat itu sendiri dirasa sangat khas, dengan gaya logat Medan yang unik beserta kalimat yang dihiasi oleh kata-kata jenaka.
Sepenggal surat itu kira-kira demikian bunyinya: “Udahlah bang, kau cabut aja dari DKI sana.. ke Medan aja kau..Akupun bang, sampek pulang ke Medan aku biar tau kau. Bukan karna ga berani aku sama orang Jakarta itu.. babi aja yang jelek dan makan taik ku makan, apalagilah orang itu.. udah ganteng ganteng makan nasinya orang itu.. ga perlu takut awak. Tapi itulah.. orang sana beraninya keroyokan.. semutpun kalok keroyokan capek awak lawannya.. masak air panas dulu kan.. baru awak siramkan.. Kekmana kalok ke Medan aja kau bang..??
Gubernur kami lagi ga ada.. ntah kemana pun dia sporing.. ga usah takut kau bang.. di Sumut banyak cina kapir.. banyak kristen disini.. orang batak banyak kalilah.. banyakpun islam disini ga urus kali orang itu sama agama orang lain.. yang penting bagus ditengoknya haa cocoklah itu..Kok nggak maen maenlah dulu kau kesini..Kau bantu dulu kami, biar bagus sikit Medan ini. Ga usah bertahan kali kau di Jakarta sana.. di Medan makanannya mantap kali bang.. nasi padang di Medan paling enak.. masakan khas batak disinilah pusatnya.. pakek andeliman itu.. sodap kalii.. tiap ari motong bang.Pecal lele sama ayam penyet Jakarta pun udah beserak di Medan. Amanlah kau makan.. Kok datang kau nanti kau sms lah aku.. biar kujemput kau di terminal yaa.. jadi anak Medan aja abang.” Horass bang Ahok”.
“Selain di Medan sosok Ahok juga dirindukan di tanah Papua. Lewat surat eloktroniknya yang ditulis di jejaring sosial, ia pun mengungkapkan kerinduannya tersebut. Berikut sepenggal surat warga Papua tersebut “Saya tertarik pada sosok Ahok. Ia begitu jujur dan polos. Kalau dirinya marah, pasti langsung diungkapkannya dengan sikap marahnya. Kalau saat dirinya senang, juga diungkapkannya dengan senyum di wajahnya. Ahok seakan hendak menyingkapkan kembali lirik lagu, : “Jangan ada dusta di antara kita,” ciptaan Broery Marantika. Jujur itu penting. Hanya orang jujur yang berlaku bijaksana.Menyimak situasi di Papua saat ini, saya pikir Papua sangat membutuhkan sosok pemimpin seperti Ahok. Papua membutuhkan pemimpin yang berani membela rakyat. Papua membutuhkan pemimpin yang jujur, bijaksana dan rendah hati untuk membawa Papua ke arah yang lebih baik”.
Tentunya, tidaklah berlebihan jika ada anak-anak bangsa ini yang mengharapkan sosok Ahok menjadi pemimpin di wilayah mereka kendati pun itu sebuah kemustahilan. Dan tidaklah berlebihan juga jika penulis pun mengharapkan spirit Ahok yangberani, anti korupsi, tidak pandang bulu, tegas, dan selalu mengupayakan pelayanan publik yang baik itu ditularkan di Pemprov SUMUT. Bukannya apa, kita semua sudah tahu seperti apa wajah Pemerintahan yang ada di Sumatera Utara ini. Masuknya dua Gubernur Sumatera Utara secara silih berganti ke dalam bui menampar wajah pemerintahan Pemprov SUMUT dan membuat kita meras malu. Ditambah lagi tidak sedikit anggota DPRDSU terjerembab pada kubangan korupsi berjamaah.
Persoalan korupsi memang sudah demikian darurat di Provinsi ini, dan sangkin daruratnya SUMUT dicap sebagai lumbung koruptor terbesar. Bahkan Lembaga Indonesia Corupption Watch (ICW) melalui penelitiannya menemukan bahwa Sumatera Utara menjadi daerah dengan kasus tindak pidana korupsi terbanyak di Indonesia selama semester pertama 2015. Sementara Komisi Pembrantasan Korupsi (KPK) memberikan catatan bahwa SUMUT masuk zona merah kasus korupsi. Selain itu persoalan uang pelicin, PUNGLI juga masih marak kita temukan di berbagai instansi pemerintah.
Buramnya wajah pemerintahan Provinsi Sumatera Utara dimata publik, membutuhkan tokoh yang mempunyai spirit berani, anti korupsi, tidak pandang bulu, tegas, dan selalu mengupayakan pelayanan publik yang baik. Publik sudah jengkel dengan ulah para pemimpinnya yang hanya pintar beretorika, janji-janji belaka. Warga SUMUT sudah haus dengan sentuhan tangan pemimpin yang berani, tegas dan anti korupsi. Entah mengapa, sepertinya Provinsi ini sulit untuk melahirkan pemimpin yang komit terhadap korupsi, berani dan tegas, mengupayakan pelayanan publik yang baik.