Shalom sobat Kompasiana...
Pada kesempatan ini saya ingin berbagi pengalaman tentang "Hidup dalam PanggilanNya", yaitu tetang bagaimana Tuhan, Yesus Kristus, memberikan anugerahNya dalam kehidupan saya, sehingga oleh karena Dia, saya dapat mengucap syukur atas berkat yang diberikanNya.
Saya adalah seorang mahasasiwa teologi yang sedang menyusun skripsi. Yaps, benar sekali... Saya adalah mahasiswa semester akhir untuk menempuh gelar Sarjana Teologi. Â Sebelum sampai pada hari ini, saya ingin berbicara anugerah Tuhan yang membentuk saya hingga sampai dapat bertahan dalam panggilanNya untuk seorang teolog. Lika-liku kehidupan tentu telah saya rasakan, bagaimana yang dikatakan pahit dan manisnya kehidupan dapat dilewati hanya karena kehendakNya saja.
Perubahan dalam hidup tentu dapat terjadi karena adanya efek dan tindakan yang telah lama ataupun baru, sebab dalam perubahan ada kalanya terjadi dengan spontan. Hidup dalam Panggilan Tuhan tentu tidak seburuk dan tidak sebahagia yang dibayangkan. Sebab menjadi seorang Kristiani, tentu harus memaknai hidup dalam kasih dan damai sejahtera Kristus, berarti hidup dalam teladan yang diberikan Kristus.Â
Hidup dalam panggilanNya memiliki rasa suka dan duka. Hal ini dilihat dari tugas para pelayan gereja yang telah diteliti dalam kuliah-kuliah praktek atau yang disebut dengan Kuliah Praktek Lapangan. Pada periode praktek lapangan I, saya mengajukan tempat di gereja yang akan saya tuju, pengajuan diterima oleh pihak kampus. Ketika praktek lapangan I berlangsung, saya beserta tiga teman yang lainnya mendapatkan kesan yang luar biasa dalam hal berpelayanan. Sebab pelayan yang menjabat sebagai Pendeta Ressort kala itu memberikan pengajaran yang baik bagi kami.
Pengajaran yang diberikannya sampai sekarang masih tersimpan dalam pikiran dan mungkin akan diaktulisasikan dalam berpelayanan diwaktu yang akan datang. Salah satu pengajaran baik yang diberikannya adalah bagaimana menjadi seorang pendeta yang tidak menyombongkan diri tetapi tetap berpegang teguh pada pendirian yang dibekali oleh Firman Tuhan. Beliau tidak lupa memberikan saran untuk terus belajar dan berproses.
Oleh karena itu, hidup dalam panggilan Tuhan bukanlah menjadi pribadi yang menyombongkan diri, namun berpenggang teguh pada Firman Tuhan. Dalam FirmanNya terdapat cinta dan kasih yang sangat luar biasa bagi kehidupan orang yang percaya. Di dalamNya ada kebahagiaan dan derita. Tetapi derita yang dimaksud adalah sukacita yang mendisplinkan diri untuk tetap dalam panggilanNya, sebab dalam tubuh manusia yang hidup di dunia, masih terdapat sifat dan nafsu duniawi yang bertentangan dengan semangat Roh Ilahi atau Rohani. Maka dari itu, dengan Firman Tuhan, kasihNya, dan anugerahNya, mari kita mendekatkan diri padaNya. Sebab didalamNya terdapat sukacita yang kekal dan tidak pernah pudar. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H