Mohon tunggu...
joe kriswanto
joe kriswanto Mohon Tunggu... -

Lahir di Bangka 29 tahun yang lalu, hijrah ke Bandung untuk kuliah di Universitas Katolik Parahyangan....sekarang bekerja sebagai Supervisor Fashion di Yogya Dept. Store Bandung...juga sebagai pelatih vokal untuk Uccellini Children Choir, karena kecintaan saya terhadap anak-anak (pernah mendapatkan mendali perak di Asian Choir Games tahun 2007 untuk kategori Children Choir).. dua pekerjaan yang bertolak belakang, tapi saling mengisi dan melengkapi..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tommy Itu Gay, Kirana Itu Lesbi, dan Mereka Menikah

16 Februari 2010   06:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:54 1446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pesta Pernikahan itu sangat meriah. Kedua pasangan berbahagia itu tampak berseri-seri  dengan moment yang disebut-sebut sebagai awal mengarungi rumah tangga. Kirana tampak cantik menawan dengan dibalut gaun pengantin putih panjang berhiaskan bunga-bunga buatan tangan yang menurut penjahitnya membutuhkan waktu enam bulan untuk membentuk hiasan bunga-bunga yang didominasi warna kuning pucat. Pada kepalanya melingkar hiasan rambut berbentuk bunga warna putih, sedangkan rambutnya yang panjang tergerai dan sedikit berbeda pada riasan rambut pengantin wanita lain yang biasanya disanggul. Sedangkan Tommy tampak gagah mengenakan kemeja putih dilapisi oleh jas tanpa kerah hitam, tampak simple tapi tetap elegant.

Dan tamu yang hadir cukup untuk memeriahkan pesta pernikahan kedua mempelai.  Tamu yang datang ada yang diundang oleh orang tua Tommy maupun Kirana. Yah...di Indonesia memang tercipta budaya menikah bukan kedua mempelai saja, namun keluarga besarnya juga. Buat orangtua Tommy, keputusan anaknya menikah di usia 33 tahun cukup menggembirakan, terlalu tua tidak, terlalu mudah juga tidak. Sedangkan orang tua Kirana sebelumnya sangat cemas karena Kirana baru memutuskan untuk menikah dalam usia 29 tahun.  "Kalau kalian terlalul tua menikah, bagaimana dengan anak-anak kalian? Nanti saat anak kalian beranjak remaja, kalian sudah kakek nenek dan mungkin tidak sempat menggendong cucu. " Kirana hanya bergumam dalam hati "Ah, stereotip orang dulu...."

Semua tampak sempurna, semua tampak bahagia. Kecuali satu hal.. malam pertama. Mau tahu apa yang keduanya lakukan?

"Ah, akhirnya gue bisa bebas dari pelototan orang-orang itu!" Kirana berkata dengan nada gembira. Tommy yang sedang duduk di atas ranjang pengantin berpikir sejenak.

"Eh, loe pernah berpikir  ngga kita akan making love di  malam pertama?"

Kirana melotot. "What? ML ? loe becanda ?...gue malah mengira kita adalah pasangan yang ngga normal..!"  Tommy terbahak.

"Gue ga sabar mau ketemu ama Diana ...pokoknya sesudah sandiwara konyol ini, kita berdua harus balik ke alam kita..., "lanjut Kirana.

Tommy sedikit gusar.  "Tenang beib.. jangan terlalu rusuh...ini kan kesepakatan kita berdua. Kalau loe kangen ama Diana, gue kangen ama Irwan. Gue tinggal tiga bulan.. entah jadi apa itu anak. Untung gue masih bisa bertahan..."

"Emang sebelum loe pergi, loe bilang apa ama Irwan?"

"Gue tugas keluar kota... mengontrol kantor cabang dalam jangka waktu lebih dari sebulan. Untungnya dia ngga ngilang..."

Raut wajah Kirana sedikit melunak dan agak dingin. "Tom, gue ga enak ama mami papi gue sebenernya...duh, hanya Tuhan yang tau seberapa besar dosa gue..."

Tommy memegang tangan Kirana.

"Gue juga kok...tapi kita ngga punya pilihan lain...ngikutin nyokap bokap kita yang jelas nggak nyangkut di hati... sekaligus berusaha menyenangkan kita sendiri..."

Keduanya terdiam..Tommy berpikir, Kirana bermain dengan otak dan emosinya.  Tentang perkawinan ini. Perkawinan palsu. Yang mereka rencanakan hanya untuk menyembunyikan identitas real mereka di kehidupan nyata mereka saat ini. Rencana yang mulus, terkonsep bagai mafia, terselubung seperti pengedar narkotik, dan sempurna laksana sebuah teka-teki silang yang berhasil diisi tanpa tersisa.

Tidak ada yang tahu, siapapun itu;  teman kerja.. teman nongkrong, teman yang lain bahkan pacar Tommy yang bernama Irwan dan pacar Kirana yang dipanggil Diana, juga orang tua keduanya. Hanya Tommy dan Kirana yang tahu.  Skenario berkenalan, berpacaran, menjalin kasih hingga melanjutkan proses perkawinan. Seperti fiml..penuh skenario. Karena keduanya harus satu visi dan satu suara jika menjawab berbagai pertanyaan semisal kapan mulai pacaran, hobi masing-masing dan masalah pekerjaan.

Beruntungnya, Tommy dan Kirana sudah berteman selama lima tahun sejak di bangku kuliah.

Rencana sudah berjalan dengan lancar dan baik.  Seminggu yang akan mereka lalui sehabis pesta pernikahan ini adalah... menjadi pasangan mesra sebagai pengantin baru. Sesudah itu kembali ke Jakarta  kembali menjadi diri sendiri. Itulah keduanya.

Merpati sudah pergi, meninggalkan bekas jingga di sarangnya..

Hidup adalah panggung sandiwara, dan kitalah pemainnya, itu menurut orang bijak,

Namun, jika ada sandiwara lain yang menutupi sandiwara hidup... apakah itu namanya..?

Karena manusia sebetulnya hanya bisa survive....bukan salah Adam dan Hawa karena telah berbuat dosa...

tapi kadang Tuhan itu memberikan berbagai alternatif untuk kita pilih...mau menjadi

malaikat? Mau menjadi setan? Atau setengahnya? Atau keduanya? Dan kadang pilihan itu adalah pilihan yang tersulit...bukan yang terbaik, bahkan paling buruk dan paling memalukan....

Biar kita sendiri yang menanggung semuanya...biar Tuhan yang memberikan raport buruk di saat nanti....Karena kehidupan sekarang... benar-benar harus dijalankan dan dilakonkan...apapun itu...

BERSAMBUNG

(Jakarta - suatu sore sambil menunggu jadwal penerbangan di Cengkareng  16/02/2010)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun