Bunuh diri adalah usaha suatu orang untuk menyakiti dirinya sendiri dengan tujuan mengakhiri hidupnya atau menghilangkan nyawanya sendiri ketika menghadapi persoalan. Mayoritas pelaku bunuh diri mengakhiri hidupnya sendiri saat mereka merasa tidak menemukan jalan keluar dalam menghadapi masalah mereka. Kebanyakan pelaku bunuh diri tidak mendapatkan bantuan yang layaknya didapatkan. Di zaman sekarang, kebanyakan pelaku bunuh diri merupakan remaja. Faktor utama yang mendorong banyak remaja untuk melakukan bunuh diri adalah lingkungan sekolah yang penuh perundungan dan tekanan akademik yang dihasilkan sekolah.
Perundungan adalah penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Perundungan dapat terjadi secara verbal, fisik, atau sosial di dunia nyata dan di dunia maya. Salah satu penyebab dari tindakan perundungan adalah perasaan tidak nyaman, sakit hati, dan tertekan bagi para korban perundungan yang dapat menyebabkan peningkatan kasus bunuh diri. Kasus perundungan akhir-akhir ini sering terjadi di lingkungan sekolah yang seharusnya menjadi media untuk remaja mengoptimalkan kemampuan akademiknya. Namun, kasus perundungan yang paling sering ditemukan justru terjadi di lingkungan sekolah.
Salah satu contoh kasus bunuh diri yang ramai diperbincangkan di Indonesia adalah kasus bunuh diri siswi SMP 147 di sekolah yang dikutip dari laman bbc.com. Kasus ini didasari oleh perundungan yang dilakukan oleh teman-temannya terhadap dirinya. Korban pembulian ini mengalami penganiayaan dan merasa diabaikan teman-temannya di sekolah. Korban tidak dapat diselamatkan dan memilih bunuh diri dengan melompat dari lantai 4 gedung sekolah karena kurangnya kepedulian teman-temannya serta orang dewasa yang berada di sekitarnya. Kekerasan verbal menjadi daya serang utama dalam kasus perundungan yang siswi SMP 147 ini alami. Salah satu contoh kekerasan verbal yang ia alami adalah hinaan fisik seperti "gendut dan gembrot".
Selain perundungan yang bisa menyebabkan kematian, ada faktor lain yaitu tekanan akademik. Tekanan akademik merupakan dorongan atau motivasi yang dialami murid untuk mendapatkan hasil akademik yang terbaik dengan cara apapun. Para remaja di masa kini mendapatkan berbagai macam bentuk tekanan yang mereka hadapi di kesehariannya sebagai murid.Â
Bentuk-bentuk tekanan tersebut antara lain, tugas yang berlebihan, ujian yang sulit, dan ekspektasi yang tidak realistis. Menurut laporan dari penelitian Universitas San Diego, siswa sekolah menengah menghabiskan waktu 16,8 jam per minggu hanya untuk mengerjakan pr. Kurangnya ekspektasi yang realistis oleh remaja juga dapat menimbulkan banyak tantangan kesehatan mental. Dampak dari semua tekanan akademik ini antara lain, depresi, stres dan kecemasan, suasana hati negative dan gangguan makan, dan juga burnout. Â
Salah satu contoh dari kasus bunuh diri remaja karena tekanan akademik adalah kasus yang dialami siswi SMA dari Gowa, Sulawesi Selatan yang dikutip dari laman Kompas.com. Siswi ini ditemukan tewas di bawah tempat tidurnya pada 17 Oktober 2020. Latar belakang dari kasus ini adalah karena siswi ini merasa depresi karena banyaknya tugas sekolah daring. Korban mengaku tidak bisa mengikuti tingkat kesulitan tugas-tugas sekolahnya dan banyaknya tugas yang menumpuk. Alhasil, siswi SMA ini pun nekat meminum racun rumput untuk mengakhiri hidupnya beserta penyiksaan yang ia alami.
Cara mencegah dan mengatasi peningkatan kasus bunuh diri remaja karena pengaruh lingkungan sekolah beragam. Untuk masalah perundungan, sekolah dapat memperketat kebijakan tentang bullying di sekolah, seperti membuat program anti-bullying. Selain itu, pendekatan terhadap korban atau bakal korban bullying juga perlu ditingkatkan untuk mengidentifikasi korban-korban bullying yang kebanyakan tidak terbuka akan masalah mereka. Untuk tekanan akademik, sekolah perlu meningkatkan komunikasi antara guru dan murid agar murid lebih nyaman dalam mengekspresikan tekanan yang mereka alami selama pembelajaran.
Sebagai Kesimpulan, lingkungan sekolah merupakan salah satu media yang dapat mempengaruhi Kesehatan mental remaja. Perundungan atau bullying di sekolah dapat menjadi sumber trauma dan mempengaruhi kepercayaan diri para korbannya. Remaja yang merasa terintimidasi dan terisolasi menyebabkan rasa putus asa yang besar. Tekanan akademik juga berpengaruh dalam meningkatnya kasus bunuh diri. Rasa tidak cukup akan prestasi yang para remaja miliki menjadi dasar terganggunya Kesehatan mental para remaja, yang mempengaruhi tingginya kasus bunuh diri remaja. Kepekaan sekolah sangat diperlukan dalam membantu siswa melawan perundungan dan mengatur ekspektasi akademik para siswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H