Mohon tunggu...
Joefalenzkyr
Joefalenzkyr Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

mendengarkan musik adalah hobiku

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Adu Tinju, Emosi Nyata atau Hanya Sandiwara

30 November 2023   19:30 Diperbarui: 30 November 2023   19:33 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Drama bukan saja  hanya di TV dan soal selebriti serta percintaan, tapi dengan majunya teknologi drama bisa terjadi di media sosial yang kita kenal sekarang seperti Tiktok. Fenomena ini menjadi tren yang sangat disukai oleh para Gen-Z apalagi drama yang akhirannya dengan keributan atau biasa disebut baku hantam. ini terjadi karena tren boxing yang terjadi ketika vicky prasetyo VS Azka. Lalu tren menantang untuk boxing ini berlanjut makin ramai dan semakin banyak yang menantang. Seperti tren yang sekarang sedang terjadi beberapa bulan lalu, akun media sosial yang bernama byon combat mewadahi dan spotlight orang-orang yang menantang satu sama lain. tren yang sedang disukai oleh remaja dan anak lelaki ini menimbulkan output yang positif karena orang-orang termotivasi untuk olahraga dan belajar tinju serta dunia tinju ini semakin hidup dan bisa menjadi pekerjaan yang menjanjikan.

drama yang dibuat oleh orang-orang di media sosial berhasil membuat penonton terpancing untuk mengikutinya, dari drama Kkhaje vs Paris, El vs Winson, Jefri vs El bahkan sampai mantan anak STM Yunus vs Paris. Drama yang mereka buat di panggung berhasil menarik penonton untuk selalu ingin tahu akan hal tersebut. Namun, apakah sikap mereka di panggung tinju dengan di belakang panggung sama?

ada satu teori sosiologi yang menurut saya cocok dengan drama yang terjadi di tiktok ini yang berakhir saling meninju satu sama lain. Teori Dramaturgi, teori yang mendefinisikan bahwa ada 2 panggung yaitu front stage dan backstage secara simple nya adalah Dramaturgi melihat adanya perbedaan sikap di panggung depan dan belakang, lalu apa cocoknya dengan drama yang terjadi dengan Teori Dramaturgi?

Sandiwara atau Dendam Realita?

Dari sekian banyak drama pertarungan tinju saya akan mengambil satu saja, karena tren ini menjadi besar dan semua membuat drama untuk menantang saya akan mengambil pertarungan yang cukup tren dan besar beberapa waktu di Bulan November. Pertarungan El Rumi vs Jefri Nichol yang akan saya ambil sebagai contoh. Jefri menantang El Secara terbuka ke media dengan alasan bahwa dia menantang El karena dia mengejek Jefri dengan mengatakan Jefri hanya berani melawan followersnya yang berbadan kecil. 

Jefri menganggap itu sebuah ejekan untuk dia dan menantang El untuk beradu tinju dengan tujuan untuk mematahkan ejekan tersebut. Sebelum ia menantang El untuk beradu tinju, Jefri sudah ditantang duluan oleh salah satu tiktokers yaitu cellos. Cellos menantang Jefri dengan terbuka di akun Tiktok pribadinya serta dan di atas ring tinju di depan penonton. Dia menantang jefri dan mengatakan ingin membunuh ideologi Jefri. Drama ini sangat naik dan sayangnya pertandingan tersebut tidak terjadi. Setelah ia ditantang beberapa waktu kemudian barulah ia menantang El untuk naik ke atas ring.

Drama terus berlangsung, mereka diundang ke beragam Podcast dan saling menyatakan bahwa mereka yang akan menang. Saling menyerang di Podcast dan media sosial menjadi bensin di drama ini El sempat mengatakan bahwa dia akan membuat KO Jefri di ronde 3, Jefri merespon dengan berkata “Anak kompleks yang ngomong kayak gitu. Semangat ya latihannya.” Respon dari jefri membuat seakan-akan El adalah anak kompleks yang tidak bisa bertarung. Tentunya perkataan ini membuat yang mendukung jefri semakin yakin bahwa ia akan menang, terbukti ketika mereka bertarung hampir seluruh penonton meneriakan nama Jefri menandakan dukungan untuknya.

Setelah drama yang cukup lama dan saling menyerang secara verbal sebelum pertandingan. Akhirnya mereka bertarung dan tentu saja diluar ekspektasi penonton Jefri kalah atas El. Apakah Drama tetap berlanjut? kedua petarung menunjukan respect terhadap masing-masing. Mereka menerima hasil yang sudah diputuskan oleh juri saat bertanding, Di belakang panggung mereka berbincang dan bahkan El meminta tolong Jefri untuk berfoto bersama dengan adiknya.

Melihat Drama yang sudah terjadi El dan Jefri berhasil memainkan teori Dramaturgi dengan baik, mengapa? karena mereka berhasil memainkan peran Front Stage dan Backstage dengan baik

di front stage  mereka memainkan drama dengan rapi dan semua orang percaya bahwa mereka sedang berselisih dan saling ejek. Drama mereka tentu membuat keuntungan sendiri bagi kedua belah pihak dengan penonton percaya mereka betul-betul berselisih maka pertarungan tersebut serta beritanya makin naik.

Namun, ketika mereka sudah tidak di atas panggung mereka bersikap layaknya teman dan bahkan menghargai satu sama lain, inilah yang disebut backstage mereka bersikap seperti dua orang berbeda antara front stage dan backstage, Di backstage mereka seperti teman yang tidak bermusuhan dan saling menyapa tanpa adanya kebencian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun