Mohon tunggu...
Mbah OONE
Mbah OONE Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Wong Biasa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Awas! Indonesia Bisa Tinggal Nama Doang Bro

2 Juni 2017   08:44 Diperbarui: 2 Juni 2017   09:14 1268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh menjadi was-was dan tak nyaman kalau kita lihat perkembangan media masa sekarang ini, begitu bebasnya seseorang dengan kelompok A menuliskan dengan gamblang siapa sebenarnya dia dan apa sebenarnya misi kelompoknya. Begitu pula kelompok B yang dengan lantang dan keras menyuarakan identitasnya dan visi kelompokmnya di media masa dengan vulgarnya dan hebatnya lagi semua kelompok itu dengan sadar bahwa saat ini dia berada dalam bingaki negara NKRI yang Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.

Mengapa kita menjadi gundah gulana ? ya pasti kita semakin kuatir beribu-ribu khawatir karena yang sekarang ini mempunyai ideologi tidak pancasila adalah angkatan-angkatan yang lahirnya di sekitar tahun 80 an ke atas dan mereka sudah kemasukan dan terdoktrin dengan paham yang lain. Ketika kepentingan atau keinginan politik dibungkus dengan ideologi agama hampir semua penganutnya semua bilang yes........tidak pernah no.

Secara pribadi hampir-hampir nggak percaya ketika saudara sendiri yang sangat terpelajar dan sangat santun dari keluarga Nasionalis sejati bisa terpengaruh dengan paham yang kami pikir tidak Indonesia banget. Penulis ingin mengingatkan bahwa daerah yang paling parah sekarang ini adalah DKI dan Jawa Barat mengenai hilangnya rasa Nasionalisme tentang NKRI, mungkin kita semua perlu mempelajarai, ada apa dengan Jawa Barat dan DKI ?

Kenapa sekarang ini malah banyak anak-anak muda yang jelas-jelas sangat berpendidikan malah mempunyai paham tak nasionalis ? ya karena paham itu dimasukkan oleh suatu partai yang sah di Indonesia dalam konsep pendidikan saat ini dari SD sampai penguruan tinggi tapi malah konsep pemerintahannya di pakai salah satu bekas presiden RI hanya karena ingin berkuasa di NKRI, nah ........akhirnya seperti ini.

Kalau kita mau menjadi pendamai dan berbaur pada semua kalangan, maka kita paham bahwa konsep nasional orang-orang angkatan 80 an ke bawah adalah nasionalisme sejati baik itu dari kaum nasional, NU, maupun Muhammadiyah. Gara-gara salah satu pemerintahan membiarkan sebentar saja masalah pendidikan di biarkan dipegang oleh konsep pemahaman ini maka hanya 10 Tahun saja sudah bisa di lihat hasilnya.

Memang kita bebas memilih tetap ingin ada NKRI atau hanya tinggal kenangan, ini tinggal kelompok radikal atau garis keras di Indonesia, kalau memang tetap ingin menjadikan NKRI dan mengganti dengan ideologi yang lain itu sah-sah saja. Tapi mbah oone ingatkan bahwa seperti Bali, NTT, Papua, Kalimantan sebagian Sumatra dan Sulawesi pasti menginginkan membuat negara sendiri (memisahkan dari Indonesia) dan inilah yang diinginkan negara Amerika dan Sekutunya, karena Indonesia merupakan negara Islam terbesar di dunia yang ingin memang di hancurkan seperti yang lainnya.

Ingat saudara-saudaraku bahwa Jawa adalah pulau yang sangat padat penduduknya dan sudah sulit untuk menghasilkan sumber daya alam yang memadai untuk penduduknya, sehingga sangat tidak bijak kalau orang-orang di jawa selalu bergolak khususnya jawa barat dan DKI, mungkin Jawa Tengah dan Jawa Timur ikut merdeka karena tak ingin terjadi peperangan di wilayahnya.

Saran mbah oone merenunglah yang sangat dalam tentang semua tulisan di atas, setelah itu baru kamu melakukan sesuatu tentang kehendak bebas kamu semua, karena sekarang ini situasinya sudah sangat mengkhawatirkan sekali karena sudah ada sebagian pemuda Muhammadiyah dan NU mengikuti paham ini, padahal di Indonesia yang bisa menerangkan kenapa pada akhirnya negara ini di pilih NKRI yang memutuskan juga pendahulu-pendahulu NU.

Salam dari MBAH OONE......semoga bangsa ini pemudanya bisa berpikir realistis............

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun