Berawal dari suka banget hujan-hujanan waktu kecil, aku sering dimarahi oleh mamaku. Menurut mamaku, hujan-hujanan hanya akan membuat masuk angin dan demam.
Masa kecilku tidak kehabisan akal guys, setiap kali aku hujan-hujanan aku langsung pulang ke rumah nenekku yang rumahnya tidak terlalu jauh dengan rumahku. Kebetulan di rumah nenekku ada beberapa stok bajuku, sehingga sehabis  hujan-hujanan aku langsung mandi di rumah nenek  dan ganti baju. Jadi, ketika pulang ke rumah untuk berangkat ngaji, mamaku sudah tidak khawatir lagi karena aku sudah mandi.
Setiap kali musim hujan, aku hampir tidak melewatkan yang namanya hujan-hujanan. Hujan-hujanan bersama teman waktu kecil itu merupakan hal yang sangat bahagia bagiku. Hingga suatu saat mungkin daya tahan tubuhku menurun. Akhirnya malam hari setelah hujan-hujanan aku langsung demam dan meriang.
Nenekku Pahlawanku
Seperti biasa, sehabis-hujan-hujanan aku tidak langsung pulang ke rumah karena takut dimarahi oleh mamaku. Malam hari mamaku langsung menjemputku di rumah nenek dan melihatku demam, maka mamaku langsung memarahiku.
"Sudah dibilangin jangan hujan-hujanan masih aja ngeyel".
Kemudian aku langsung kabur menuju arah nenekku sambil menangis. Lalu nenekku berkata "sudah-sudah sini nenek kerokin, biar anginnya keluar".
Nenekku membawaku ke tempat tidur dan mengambil koin serta minyak angin di atas meja. Dengan segera nenekku mengusapkan minyak angin ke punggungku dan proses kerokan pun dimulai.
Di tengah-tengah kerokan, nenek sambil berkata "ini namanya kerokan le supaya anginnya keluar, dan kerokan adalah tradisi turun temurun dari ibunya nenek dulu".
Nah saat itulah pertama kali aku kenal dengan yang namanya kerokan. Awalnya terasa geli dan agak sakit karena nenekku sangat keras dalam menempelkan koin ke badanku. Â Hingga 30 menit berlalu aku pun terlelap sampai pagi.
Pagi pun datang, aku terbangun dengan keadaan segar dan demam pun hilang. Akhirnya aku tetap bisa bersekolah lagi dan bermain bersama teman-temanku.