Malam itu bulan menari, menembangkan senandung keindahan, ada sinar sejuk di setiap pancaranya. Ciptaan Tuhan yang sempurna. Dan langkahku tak goyah oleh cahaya, mataku tak pecah oleh sinarnya, hatiku sejuk hanya dengan percik sinar yang terbawa angin tanpa tujuan.
Namun di sudut kecil lelap malam, nampak hingar bingar berjuta kehampaan, yang tak punya harapan, serasa sia sia aku menikmati rembulan malam, bayanganku ingin seperti pancaranya, yang selalu mampu menerangi tiap tiap jiwa yang membutuhkan, pernah kuberharap itu pada tokoh idolaku. Namun sebelum impian itu bersemi, dia mati hanya demi kursi. Kau rembulanku, putih bersih di antara kerlip bintang bintang, hanya matahari yang mampu membunuhmu.
Tak ada kesombongan, tak ada angkuhnya dalam limpah cahaya itulah kau sang bulan, dewanya malam. dan semoga semua bahagia, semoga semua ceria, semoga semua tak kere.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H