Saat Tengah hari yang berselimut panas. Di kasur busa berseprai tokoh kartun yang lagi populer, kau terlelap penuh peluh. Hanya berselimut secarik kutang merah yang terlihat menempel seadanya, dua bukit indahmu nampak naik turun berirama syahdu. hanya sesekali berguncang guncang kekiri kanan mengikuti gerak tidur pulasmu. Bintik merah kecil kecil menghiasi lapisan gunung indahmu bak habis di hisap oleh orang yang hampir mati kehausan. Satu jam yang lalu kau sepertinya baru saja melewati gurun nan maha sejuk, gurun yang menjajikan kenikmatan angin surga.
Sekarang kulai lemahmu tanpa daya, yang ada hanya rasa bahagia oleh bujuk lena surga dunia. seragam putih abu abu gelar pemudi terpelajar teronggok di sudut kamar. Menunjukan citra kedewasaanya pemiliknya. Tapi itu hanya sekedar seragam yang bagi sebagian pemuda pemudi pemiliknya adalah pakaian. Tak simbol kebanggaan saat memakainya. Tawuran dan asrama cabul sebagai saksi aksinya.
Kini tubuh lelah itu mulai sadar dari tidur lelahnya. Dan senyum manja menghiasi tubuh mungil itu.
''beb anter aku pulang dulu, makasih ya hadiah indahnya, hari ini aku bahagia banget deh pokoknya''
'' ia bidadari cantiku.''
Namun dalam hati si pemuda berkata AKU benar-benar benci padamu itu. O, sungguh, kau harus tahu bahwa semua ini bukan salahku!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H