Mohon tunggu...
Jodi Suherlan
Jodi Suherlan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa IWU

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menyingkap intrik gender dalam perselingkuhan

8 Februari 2024   16:50 Diperbarui: 8 Februari 2024   16:55 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perselingkuhan merupakan bentuk tindakan tidak menyenangkan yang dilakukan seseorang tanpa sepengetahuan pasangannya. Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya perselingkuhan, seperti kurang religius, bosan dengan pasangannya, komunikasi yang kurang efektif, tidak harmonisnya suatu hubungan, sikap egois, emosi yang kurang stabil, dan lain-lain. Di lansir dari suara.com, 40% pria dan wanita di Indonesia pernah mengkhianati pasangannya, hal ini berdasarkan survey yang dilakukan JustDating (aplikasi pencari teman kencan).  Ada 2 jenis perselingkuhan, yaitu perselingkuhan seksual dan emosional. Hal yang termasuk perselingkuhan seksual seperti berniat untuk melakukan hubungan seksual dengan orang lain, melakukan perilaku semi seksual (menggoda), hingga melakukan aktivitas seksual. Perselingkuhan emosional terjadi jika orang tersebut menciptakan jarak emosional dengan pasangan utama dan menghabiskan banyak waktu dengan orang lain di luar hubungan, dengan kata lain pasangan utama menjadi terabaikan atau ditolak secara emosional.A.Perbedaan Persepsi Gender Mengenai Perselingkuhan
1.Model Teori evolusioner
 Model teori evolusioner menyebutkan bahwa pria lebih kesal dengan perselingkuhan seksual  karena melukai harga dirinya, sementara wanita lebih tertekan oleh perselingkuhan emosional karena wanita harus menggantikan peran ayah bagi anak-anaknya. Perbedaan respons terhadap perselingkuhan ini berasal dari daya imajinasi antar gender, khususnya gambaran seksual eksplisit pria dan gambaran romantis eksplisit wanita. Pria membayangkan detail seksual yang jelas (Leitenberg & Henning,Kutipan1995 ; Rupp & Wallen,Kutipan2008 ), sedangkan wanita membayangkan alur cerita yang emosional/romantis (Leitenberg & Henning,Kutipan1995 ). Pada umumnya, otak pria dan wanita cenderung aktif pada bagian korteks visual ketika menanggapi perselingkuhan seksual sedangkan korteks visual dan thalamus akan aktif ketika pria dan wanita merespons perselingkuhan emosional (Takahashi et al., 2006).
 Cara merespons perselingkuhan yang dilakukan juga berbeda, dalam konteks perasaan bersalah, pria memiliki rasa bersalah yang lebih rendah daripada wanita. Pria lebih banyak terlibat perselingkuhan seksual tetapi lebih merasa bersalah ketika melakukan perselingkuhan emosional, sedangkan wanita sebaliknya (Edlund et al., 2006; Frederick & Fales, 2016; Schutzwohl, 2004). Alasannya, jika seorang wanita melakukan hubungan seksual dengan pria lain, kemungkinan besar mereka memiliki perasaan emosional yang kuat. Wanita beranggapan bahwa ketika pria secara emosional terikat pada seorang wanita berarti hubungan perselingkuhan tersebut serius dan telah melampaui aktivitas seksual.
Dalam sejarah nenek moyang umat manusia, perbedaan cara merespon tersebut disebabkan oleh kebutuhan akan reproduksi. Pembuahan terjadi secara internal pada wanita, pria tidak pernah bisa yakin itu adalah keturunannya, namun wanita sebaliknya. Wanita akan meningkatkan kebugaran reproduksinya dengan mencari dan mempertahankan pasangan jangka panjang. Oleh karena itu, perselingkuhan emosional akan lebih menyusahkan wanita. Biasanya, pria lebih tertarik pada fisik calon pasangannya, karena daya tarik fisik wanita dianggap sebagai petunjuk mengenai kesuburan wanita. Karena hal tersebut juga, Wanita berlomba tampil semenarik mungkin agar pasangannya tidak berselingkuh.

2.Teori Seleksi Seksual
Seleksi seksual merupakan konsep dari Charles Darwin dalam bukunya ‘On the Origin of Species’ 1859. Para peneliti telah menemukan bahwa pria cenderung tidak setia daripada wanita (Labrecque & Whisman, 2017; Peterson, 2005). Hal itu dijelaskan perspektif teori evolusi yang menyatakan bahwa pria dan wanita menggunakan strategi yang berbeda untuk menyebarkan gen mereka dalam proses memiliki keturunan (Buss & Schmitt, 1993; Carpenter, 2012; Kenrick & Keefe, 1992; Tagler & Jeffers, 2013; Thompson & O’Sullivan, 2015). Dalam teori seleksi seksual, evolusi ciri-ciri fisik tertentu yang mencolok seperti warna mata, ukuran tubuh, atau perhiasan membuat lebih menarik dalam mendapatkan pasangan.
Wanita memiliki sel telur yang lebih besar daripada sperma. Sperma dan sel telur memberikan gen dalam jumlah yang sama, tapi telur memberi lebih banyak dalam hal Cadangan makanan, sperma bahkan tidak menyumbang sama sekali dan sekedar mengangkut gen secepat mungkin untuk mencapai telur. Pada waktu pembuahan ayah memberikan kurang dari 50%, karena sangat kecil pria mampu membuatnya jutaan setiap hari, pria berpotensi menghasilkan banyak keturunan dengan wanita yang berbeda-beda. Oleh karena itu, terdapat batasan jumlah anak yang dapat dimiliki oleh wanita. Pada saat pembuahan ibu sudah “berkomitmen” lebih besar, Ibu akan kehilangan lebih banyak ketika anaknya meninggal. Lebih jauh lagi, ibu harus mempersiapkan lebih banyak pada masa depan untuk merawat anak baru sampai tingkat pertumbuhan yang sama.
Lalu apa jadinya jika ayah ingin berpisah dengan ibu?
 Jika ibu meninggalkan pasanganya untuk merawat bayi sementara dia pergi dengan pria lain, maka sang ayah bisa membalas dengan meninggalkan bayinya. Pilihan lainnya adalah bertahan dan membesarkan anaknya sendiri. Ibu tentu tidak lupa bahwa si anak masih memiliki gen ayahnya, ibu dapat membalas ayah itu dengan melantarkan si anak. Namun pembalasan tidak ada gunanya, anak tetap membawa banyak gen ibu, dan dilema kini milik sang ibu seorang.

B.Solusi Bagi Wanita
Kita telah melihat beberapa hal yang bisa dilakukan wanita jika dia ditinggalkan pasangannya. Mari kita Tarik ke awal mula semua ini. Ada dua kemungkin yaitu strategi kebahagian rumah tangga (Domestic-bliss strategy) dan strategi pejantan Tangguh (he-man strategy). Strategi kebahagiaan rumah tangga dengan mengamati pria dan membaca tanda-tanda kesetiaan, sifat bertanggungjawab, cara dilakukan adalah dengan bersikap jual mahal dalam waktu yang lama. Pria yang tidak sabar mungkin bukan calon suami setia. Dengan begitu, Wanita bisa menyingkirkan pelamar lain. Masa pendekatan yang lama ini juga bisa menguntungkan pria, karena bisa melihat resiko dirinya apakah sedang dimanipulasi untuk merawat anak dari pria lain.
Strategi yang lain adalah dengan cara menolak lamaran pria sampai si pria menunjukkan cintanya dalam bentuk biaya, waktu dan tenaga. Gagasan ini sangat menarik karena pria tersebut akan menunggu Wanita itu untuk siap menikah. Efeknya, pria telah berinvestasi lebih banyak daripada sekedar sperma.  Setelah banyak biaya, waktu, dan tenaga yang dikeluarkan pria demi mendapatkan hati sang Wanita, pria itu otomatis akan melepaskan kesempatan menikahi Wanita lain. Saat pria itu berhasil menikahi Wanita tadi, dia pasti “berkomitmen” pada si Wanita. Tak akan ada banyak godaan baginya untuk meninggalkan wanitanya jika dia tahu bahwa setiap Wanita yang dia dekati kemudian juga akan menunda-nunda. Namun, strategi ini sangat bergantung pada asumsi bahwa wanita harus melakukan strategi yang sama. Jika ada Wanita yang selalu siap menyambut para pria, maka pria akan untung dengan meninggalkan Wanita mereka, tak peduli berapa banyak yang telah di investasikan pada istri dan anak-anaknya. Baginya penting untuk menghentikan kerugian dan meninggalkan “proyeknya” sekarang, meski dia telah banyak berinvestasi pada “proyek” itu.

Cinta terlarang merajut benang rahasia di antara senyuman palsu, membawa kita ke dunia di mana setiap keputusan adalah permainan api.https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=W_H8AwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA20&dq=sexual+selection+theory&ots=5WHk6lVxrp&sig=OgPTNT3qCXyXakqLtoCiO7RxUBM&redir_esc=https://www.cambridge.org/core/books/abs/cambridge-handbook-of-evolutionary-perspectives-on-sexual-psychology/mate-retention/D3F0691A591F24924AC0E2FE47607BDE y#v=onepage&q=sexual%20selection%20theory&f=false

https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/14681994.2019.1639657 https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0191886911002789?via%3Dihub https://psychology.binus.ac.id/2022/11/29/mengapa-perempuan-kerap-disalahkan-dalam-perselingkuhan/ judul buku:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun