Gambia, sebuah negara yang terletak di Afrika Barat tengah menjadi perhatian dunia karena kasus meninggalnya 70 anak akibat konsumsi obat sirup yang menyebabkan kerusakan ginjal akut.Â
Terdapat empat merek obat sirup yang mengandung zat berbahaya tersebut, yaitu Promethazine Oral Solution, obat batuk sirup Makoff, obat batuk sirup bayi Kofexmalin dan obat demam sirup Magrip N. Keempat produk tersebut diproduksi oleh Maiden Pharmaceutical Ltd., yang berasal dari India.
Saat ini pihak berwenang India telah memerintahkan Maiden Pharmaceutical Ltd., untuk menghentikan sementara proses produksi obat. Pabrik Maiden Pharmaceutical juga sempat dilakukan inspeksi dan ternyata ditemukan sejumlah pelanggaran terhadap standar produksi obat. Hal itu disampaikan oleh Menteri Kesehatan Negara Bagian Haryana, Anil Vij.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), berdasarkan analisis laboratorium, obat sirup tersebut memiliki kandungan  Dietilen Glikol (DEG) yang berlebihan dan Etilen Glikol (EG) sebagai kontaminan.Â
Zat ini juga diduga menjadi penyebab meledaknya kasus gagal ginjal akut misterius di dua bulan terakhir yang menimpa anak di Indonesia. Dilansir dari website resmi Kementrian Kesehatan (Kemenkes), hingga 18 Oktober 2022, terdapat 189 kasus gagal ginjal akut misterius yang dilaporkan dan didominasi oleh anak usia 1-5 tahun.
Etilen glikol sendiri merupakan senyawa organik yang tidak berwarna, tidak berbau, berasa manis dan larut sempurna dalam air. Menurut laman Center for Disease Control and Prevention (CDC), etilen glikol merupakan zat yang beracun apabila tidak sengaja tertelan. Apabila etilen glikol masuk ke dalam tubuh, ia dapat memengaruhi sistem saraf pusat, lalu jantung dan akhirnya ginjal. Bahkan menelan etilen glikol dalam dosis yang cukup banyak dapat menyebabkan kematian.
Etilen glikol biasa digunakan sebagai bahan adesif, bahan tambahan pada cat dan emulsi aspal. Etilen glikol juga digunakan untuk antifreeze dan pendingin pada mesin, serta digunakan untuk tambahan serat pada polyester, wadah yang menggunakan bahan PET.Â
Berkaitan dengan hal tersebut, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Kurniasih Mufidayati meminta agar Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan (BPOM) melakukan pengawasan dampak etilen glikol pada produk yang sering digunakan seperti polyester dan termasuk kosmetik.
Bahan PET sendiri banyak kita temui pada air minum dalam kemasan, mulai dari kemasan kecil hingga kemasan besar seperti gallon sekali pakai. Produk yang memakai kemasan PET biasanya hanya dapat digunakan sekali dan tidak tahan panas.Â
Namun sangat disayangkan, banyak masyarakat Indonesia masih belum bijak dalam memperlakukan suatu produk, terutama pada produk gallon sekali pakai. Kebanyakan masyarakat sudah memperlakukan air minum dalam kemasan PET yang berukuran kecil dengan baik, seperti menaruhnya dalam kardus, menyimpan di tempat yang teduh dan hanya menggunakannya sekali.Â
Berbeda dengan produk galon berbahan PET yang tidak diperlakukan sepatutnya bahan PET, seperti dijemur di bawah sinar matahari langsung dan menggunakan produk tersebut secara berulang.Â