Mohon tunggu...
eros
eros Mohon Tunggu... -

eros

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apa Sebenarnya Arti dari Teror?

31 Januari 2018   19:48 Diperbarui: 31 Januari 2018   20:21 2322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Teror itu bukan bom, bukan serangan mendadak, itu hanya cara saja. Arti sebenarnya dari teror adalah menciptakan ketakutan. Ketika satu komunitas sudah merasakan ketakutan, teror itu sejatinya sudah berhasil. Dan level-level ketakutan akan terus dinaikkan, sehingga satu komunitas bahkan mendengar kata teror saja sudah lemas. Teror di Indonesia bentuknya pun bermacam-macam. Mulai persekusi, isu sampai bom bunuh diri beberapa waktu lalu. Bahkan ada teror yang mengatas-namakan alumni, mengancam supaya Presiden RI menerima penjahat susila yang bermukim di Saudi, jika tidak akan ada apa-apa. 

Kunjungan Jokowi ke Kabul Afghanistan, pasca ledakan bom yang menewaskan 95  orang, adalah sebuah simbol kuat bahwa ia tidak takut oleh teror dalam bentuk apapun. Sebuah pesan kepada bangsanya, bahwa antivirus dari teror adalah keberanian. "Anda takut, maka sejak awal anda kalah.." begitu pesannya. Ini pesan penting, karena Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Dimana terorisme selalu mengancam dari kaum fundamental yang menjadikan agama sebagai jubah kejahatan. 

Keberanian Jokowi datang ke Kabul, tentu sangat di apresiasi oleh pemerintah Afghanistan.. Disaat mereka sedang diguncang teror, seorang Presiden dari negara lain tetap datang. Ini sebuah support, menaikkan keyakinan rakyat Afghanistan, bahwa mereka tidak sendiri, bahwa ada bangsa lain yang berdiri bersama mereka melawan ketakutan. Jadi wajar jika Jokowi kemudian diberikan gelar sebagai Presiden pemberani oleh mereka, bahkan posternya ada dimana-mana. Apresiasi tertinggi mereka berikan kepada Jokowi sebagai Imam Shalat, sebuah apresiasi yang jarang diberikan kepada pejabat tinggi dari negeri lain. 

Kita seharusnya bangga mempunyai Presiden yang mendapat apresiasi setinggi itu dari bangsa lain. Jokowi membawa nama harum bangsa Indonesia sebagai bangsa pemberani. Dan dengan begitu teman kita di luar negeri pun akan bertambah.. Di tengah caci maki dari bangsa sendiri, Jokowi tetap membalasnya dengan elegan. Tidak perlu ngamuk, apalagi berkeluh di media sosial. Ia cukup menghadiri undangan, dan ia sudah membungkam banyak nyinyiran. Saya jadi teringat perkataan Julius Caesar kepada senat Roma sesudah kemenangannya dalam perang Zela. "Veni, Vidi, Vici.." Aku datang, aku lihat dan aku menang.. Ya, Jokowi memang memenangkan banyak hati dari mereka yang dulu meremehkannya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun