1930Â
Hari ini adalah hari yang special untuk Ayu. Ayu bertambah 1 tahun hari ini. Di umur yang ke-16, Ayu memang masih belum mendapatkan pasangan. Dimana kebanyakan dari teman-teman sebayanya sudah menikah dan memiliki keluarga masing-masing. Ayu juga belum mau untuk menikah dan belum siap untuk memulai sebuah keluarga. Mas Bayu yang adalah kakak dari Ayu pun sudah menikah diumurnya yang menginjak 18 tahun. Bahkan Mas Bayu sudah memiliki seorang putra dan putri yang lucu.Â
"Ayu, nanti malam ada mas Bayu dan mba Dini," ucap Laras -- ibu dari Ayu. "Iya bu, Ranti dan Rama akan datang juga?" "Tentu." Ayu sudah tidak sabar bertemu dengan keponakannya yang sudah bisa jalan dan mulai berlari-lari. "Ayu, bawakan bekal untuk bapak ke kantor ya," suruh Laras. "Baik, bu," jawab Ayu. Ayu berjalan kaki menuju kantor bapaknya dengan sesekali bersenandung ria. Banyak yang menyapanya di sepanjang perjalanan. Ayu memang memiliki paras yang ayu, sama seperti namanya. Tidak sedikit pria yang mendekatinya dan melamarnya. Tetapi, Ayu menolak semuanya. Dengan alasan Ayu masih belum siap untuk menikah.Â
"Permisi, mau mengantar makanan untuk bapak Bimo." "Silakan masuk," balas seseorang. Ayu sungguh terpana dengan orang itu. Pria tampan dengan tubuh yang tinggi dan gagah itu berdarah Netherland. Andai saja dia orang Jawa, pasti Ayu akan sangat menyukainya. "Bapak kemana ya?" Tanya Ayu kepada pria itu. "Tuan Bimo sedang pergi mungkin," jawab Pria tersebut. Pria itu menjulurkan tangannya di depan Ayu. "Sebastian." "Ayu," balas Ayu sembari membalas juluran tangan itu. Ayu tersenyum melihat Sebastian tersenyum. "Apa kau bisa menyampaikan jika ada makan siang untuk bapak?" "Tentu bisa." "Baiklah, terima kasih." Sebastian menahan Ayu.Â
"Saya bisa mengantar kamu pulang, jika kamu mau," tawar Sebastian. Ayu sungguh senang mendengar tawaran Sebastian. Ingin menolak, tapi Ayu merasa bahwa penawaran ini tidak akan datang dua kali. "Boleh," jawab Ayu dengan malu-malu. Mereka berjalan beriringan menuju rumah Ayu yang letaknya lumayan jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki. "Berapa umurmu?" Tanya Sebastian memecah keheningan. "Hari ini aku berumur 16 tahun. Kalau kamu?" "Selamat ulang tahun, Ayu," ucap Sebastian dengan tulus. "Terima kasih." "Aku berumur 21 tahun. Pada umur 18 tahun, aku diharuskan untuk pergi ke Hindia Belanda untuk bekerja." "Kamu bekerja pada umur yang sangat muda." "Orang tua ku sudah tiada, Ayu. Aku harus bekerja dan membiayai sekolah adik-adikku di Netherland," jelas Sebastian. "Sungguh baik perbuatanmu, Sebastian. Terima kasih telah mengantarku. Hati-hati di jalan." Sebastian hanya membalas Ayu dengan sebuah senyuman yang sangat manis.Â
Ayu baru saja memasuki rumahnya, sudah langsung diserbu dengan berbagai pertanyaan oleh ibunya, Laras. "Kamu pulang bersama siapa, Ayu? Apa itu kompeni? Kalian hanya mengobrol?" Sederetan pertanyaan itu langsung ditanyakan ke Ayu. "Dia memang kompeni, tetapi dia baik. Dia bekerja di kantor yang sama dengan kantor bapak." "Kamu tau darimana dia orang yang baik? Kamu sangat mengetahui betul bahwa bapak melarangmu untuk berdekatan dengan kompeni." "Bu, dia berbeda."Â
"Ibu tidak mau kamu membelanya. Kamu adalah pribumi dan dia adalah kompeni. Kalian berbeda. Berteman saja kamu tidak boleh. Jangan pernah berpikiran untuk bisa bersamanya, Ayu!" tegur Laras dengan keras. "Ibu tau darimana aku mau bersamanya? Aku bahkan tidak berkata apa-apa, bu." "Masuk ke kamarmu. Nanti kita bicarakan dengan bapak." Ayu langsung berlari menuju kamarnya dan menangis sejadi-jadinya. Bagaimana bisa ibunya tau tentang perasaan yang dia miliki? Mengapa dia tidak boleh hanya berbincang saja dengan Sebastian? Apa keluarganya sebegitu bencinya dengan kompeni? Berbagai pertanyaan muncul di kepalanya. Dan air mata mengalir dengan deras menuruni pipinya.Â
"Tuan Bimo, anak perempuanmu mengantarkan makan siang untukmu," ucap Sebastian. "Apa kau bertemu dengannya?" "Iya. Anakmu sungguh cantik dan memesona. Aku ingin bersamanya," pinta Sebastian. Bimo merasa sangat marah mendengar itu. Tidak ada satupun dari anaknya ada yang boleh bersama kompeni. Bimo langsung menuju ke rumahnya untuk bertemu dengan putri satu-satunya, Ayu. "Ayu!" panggil Bimo dengan lantang saat sampai di rumahnya.Â
"Ayu! Dimana kamu?!" panggil Bimo dengan emosi. "Ada apa, pak?" Tanya Laras yang datang dari dapur. "Ayu dimana?" "Ada dikamarnya." Bimo langsung memasuki kamar Ayu yang tidak dikunci. "Ayu! Jangan dekat-dekat dengan Sebastian!" tegur Bimo. Ayu yang masih menangis itu pun semakin sedih. "Ayu hanya mengobrol dengannya dan dia mengantar Ayu hingga pulang." Ayu dengan susah menyuarakan pendapatnya. "Kamu tidak boleh dekat-dekat dengan dia . Dan tidak boleh bertemu dengannya lagi!" "Bapak, mengapa bapak berlebihan? Ayu hanya berbincang-bincang dengannya." "Dia menyukaimu, nak. Dia ingin bersamamu! Bapak tidak akan mengijinkannya!" "Mengapa?" "Karena dia adalah kompeni. Kamu tidak tau seberapa kejamnya kompeni terhadap kita, pribumi? Pokoknya mulai sekarang kamu tidak boleh bertemu dengannya dan kamu akan tinggal di rumah mas Bayu sampai hari pernikahanmu!" tegas Bimo.Â
"Jangan banyak protes, Ayu. Sebastian mengetahui rumah ini sekarang. Besok pasti dia akan datang kesini untuk bertemu denganmu. Ikuti kata bapakmu," jelas Laras. Ayu hanya bisa menangis menerima fakta tersebut. Ayu sudah jatuh hati kepada Sebastian. Sebastian telah menjadi cinta pertamanya. Cinta pertamanya sungguh berakhir tragis. Bahkan baru satu hari bertemu, Ayu sudah dipaksa untuk tidak bertemu lagi dengan Sebastian. Hati Ayu sungguh remuk dan hancur. Mengapa hidupnya harus begini? Ulang tahun ke-16 adalah ulang tahun terburuk yang pernah Ayu alami. Ayu menikah satu bulan setelah kejadian. Dengan pria pilihan bapak dan ibunya. Pria tersebut lebih tua 10 tahun dari Ayu. Orang yang cukup terpandang dikotanya.Â
Dan Sebastian, dia memang benar-benar datang keesokannya setelah kejadian tersebut. Mencari Ayu dan ingin bertemunya. Ayu masih larut dalam kesedihannya. Bahkan setelah Ayu menikah bertahun-tahun dengan suaminya, ia masih belum bisa melupakannya. Ayu sungguh-sungguh mencintai Sebastian. Setelah mengetahui bahwa Ayu sudah menikah, Sebastian memutuskan untuk kembali ke Netherland dan tinggal disana. Sebastian pun tidak menikah. Dia masih belum bisa dan belum mau menggantikan Ayu di hatinya. Hanya Ayu seorang yang ada di hatinya, hingga Sebastian meninggal dunia.Â