Mohon tunggu...
Jocelyn AureliaWahyono
Jocelyn AureliaWahyono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar/mahasiswa

saya merupakan pribadi yang suka untuk mencoba hal yang baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tugas PKN: Gerakan Separatisme di Papua Sebagai Salah Satu Ancaman Integrasi Nasional

19 Oktober 2022   09:00 Diperbarui: 19 Oktober 2022   09:05 1676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gerakan Separatisme di Papua Sebagai Salah Satu Ancaman Integrasi Nasional

Diusulkan oleh Jocelyn Aurelia Wahyono 

NPM : 6162201001

  • BAB 1 PENDAHULUAN

Banyaknya suku dan bangsa di Indonesia menunjukan adanya begitu banyak keberagaman dari rakyat Indonesia. Dengan adanya begitu banyak keberagaman, sering kali menimbulkan perpecahan di tengah masyarakat Indonesia. Dengan adanya perpecahan terlebih lagi sudah menyangkut keamanan Indonesia, hal tersebut bisa menjadi ancaman integrasi nasional. Ancaman Integrasi Nasional sendiri merupakan suatu ancaman dalam proses menyatukan identitas dalam suatu konsep nasional sebuah negara. Beberapa faktor penyebab dari munculnya ancaman integrasi nasional adalah multikulturalisme, etnosentrime, luas geografis Indonesia, intervensi bangsa asing, serta eksploitasi SDA.

Salah satu contoh perpecahan yang masih ada di Indonesia hingga saat ini dan menjadi salah satu ancaman negara kita adalah Gerakan Separatisme. Gerakan separatisme sendiri merupakan upaya suatu kelompok untuk memisahkan diri dari sebuah negara dan membentuk suatu negara baru. Terdapat beberapa gerakan separatisme yang telah terjadi di Indonesia, mulai dari Republik Maluku Selatan (RMS), Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Partai Politik Fretilin Timor Timur, serta Organisasi Papua Merdeka (OPM). Pada essay kali ini, akan lebih membahas Gerakan Separatisme Organisasi Papua Merdeka sebagai salah satu ancaman Integrasi Nasional.

OPM merupakan suatu organisasi yang telah berdiri sejak 1961 dengan tujuan menentang penguasaan Indonesia terhadap Irian Jaya yang kini telah menjadi Papua dan Papua Barat. Di Indonesia OPM sudah menjadi organisasi terlarang yang telah menempuh jalur diplomatik melalui forum-forum Internasional. OPM bahkan memiliki bendera (bintang kejora sebagai symbol dari kesatuan Papua), lagu kebangsaan "Hai Tanahku papua", serta lambang negara sendiri. Akan tetapi, gerakan ini juga melakukan terror dan penyerangan terhadap suatu sector-sektor publik dan pendatang di papua untuk pemerasan yang berkedok ideologi separatisme.

Faktor terbesar dari munculnya gerakan OPM ini dikarenakan begitu banyaknya keberagaman serta rakyat yang terdapat di Indonesia sehingga pemerintah kesusahan untuk menyeimbangkan kebijakan politik secara merata ke seluruh rakyat. Terlebih lagi dibandingkan provinsi Indonesia yang lain, Papua sering mendapat perlakuan paling tidak adil atau bahkan sering di lupakan keberadaanya dan hanya dimanfaatkan sumber daya alamnya. Hal ini tentu membuat rakyat Papua marah dan ingin mendapatkan kesejahteraan dan kemakmuran yang sama dengan provinsi lainnya. Oleh karena itu, mereka memilih untuk menciptakan kemakmuran untuk mereka sendiri dengan memisahkan diri dari negara Indonesia.

Beberapa bukti nyata kekerasan yang dilakukan oleh OPM terjadi pada bulan mei 1977. Di Desa Amungme terjadi penyerangan terhadap Freeport dan di respons dengan operasi militer yang dilakukan oleh sekitar 200 gerilyaman OPM. Freeport sendiri merupakan desa tempat leluhur pada penduduk asli di wilayah tersebut yaitu suku Amungme dan Komoro. Lebih lanjutnya dapat dibaca dalam buku "menggugat Freeport" yang dibuat oleh Direktur Eksekutif United Liberation movement for West Papua (ULMWP) Markus Haluk. Masih terdapat begitu banyak kasus--kasus lainnya yang dilakukan gerakan OPM ini sehingga memakan banyak korban. Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus bangsa juga harus peduli terhadap permasalahan tersebut. Walaupun untuk sekarang masih tidak banyak yang dapat dilakukan namun, dengan belajar PKN, diharapkan kedepannya kita dapat membantu Indonesia dengan permasalahan-permasalahnnya.


  • BAB 2 PEMBAHASAN

Seperti yang kita ketahui bahwa ancaman integrasi nasional bisa disebabkan oleh beberapa faktor yaitu multikulturalisme, etnosentrime, luas geografis Indonesia, intervensi bangsa asing, serta eksploitasi SDA. Untuk multikulturalisme sendiri bisa menjadi ancaman bagi negara Indonesia dikarenakan begitu banyaknya suku dan ras yang ada di Indonesia, tanpa dipungkiri sering kali menghasilkan ketidakadilan bagi beberapa orang. Sehingga para kelompok yang merasa tidak adil akan membentuk suatu kelompok sendiri untuk mencapai ketentraman mereka. Untuk etnosentrime, masih berhubungan dengan multikulturalisme yaitu pandangan bahwa suatu suku lebih baik dibandingkan suku yang lainnya. Hal ini dapat dipastikan menimbulkan sebuah perpecahan terlebih lagi, bangsa Indonesia menuntut pemerintah agar menyediakan kesejahteraan yang merata. Jika pemerintah tidak bertindak sesuai dengan keinginan rakyat maka mereka dapat memisahkan diri dan mencari kedaulatan mereka sendiri.

Luas geografis Indonesia, Indonesia mempunyai luas sekitar 1,905 juta , ditambah lagi rakyat Indonesia menduduki peringkat ke-4 dengan penduduk terbanyak di dunia. Kenyataan tersebut dapat menimbulkan perpecahan sekali adanya perbedaan pendapat antar pribadi masyarakat Indonesia. Para kelompok yang berbeda pendapat akan mencari cara agar semua orang memiliki pendapat yang sama, dimana hal ini dapat menimbulkan perpecahan antar rakyat.  Intervensi bangsa Asing tidak dapat dipungkiri dapat menjadi ancaman bagi Integrasi Nasional, terlebih lagi ancaman tersebut berupa terorisme atau aksi bersenjata melawan negara Indonesia. Terakhir, terdapat eksploitasi SDA. Faktor terakhir ini juga dapat menimbulkan ancaman bagi negara Indonesia, bagaimana tidak, beberapa bagian di Indonesia memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah. Di sisi lain, pemerintah pasti akan memanfaatkan kekayaan SDA tersebut untuk memperkaya negara. Akan tetapi, sering kali pemerintah hanya mengeksploitasi kekayaan SDAnya dan mengabaikan daerah tersebut. Alhasil rakyat di daerah tempat tinggal tersebut merasa tidak adil dan akan mencari keadilan mereka yang akan menimbulkan perpecahan.

Dari beberapa faktor yang dapat menjadi ancaman integrasi nasional dapat kita lihat bahwa semua mengarah kepada perpecahan dalam bentuk gerakan separatisme. Salah satu contohnya merupakan gerakan separatisme di Papua yang terjadi karena 3 faktor yaitu multikulturalisme, ekploitasi SDA dan luas geografis Indonesia. Adanya begitu banyak ras dan suku di Indonesia salah satunya adalah Papua. Papua sendiri terkenal dengan begitu banyaknya kekayaan SDA yang sering di ekspoiltasi oleh pemerintah. Akan tetapi, karena provinsi Papua yang lumayan jauh dari Ibukota Indonesia sering kali mendapat perlakuan tidak adil atau bahkan daerah Papua sering kali dibiarkan terbengkalai/ tidak terurus. Terlebih lagi di Indonesia masih suka membeda-bedakan ras dan kulit, di sisi lain warga papua yang berkulit hitam masih sering di ejek dan dijauhi. Hal ini tanpa dipungkiri dapat membuat rakyat Papua tidak tenang dan ingin membuat negara mereka sendiri yang lebih ter urus dan lebih sejahtera dibandingkan harus menjadi bagian dari Indonesia.


  • KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas, didapatkan kesimpulan bahwa Indonesia yang terdiri dari begitu banyak pulau dan provinsi sehingga dapat menimbulkan suatu perpecahan. Hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor yaitu multikulturalisme, etnosentrime, luas geografis Indonesia, intervensi bangsa asing, serta eksploitasi SDA. Salah satu contoh nyata dari ancaman integrasi nasional adalah gerakan separatisme, yaitu OPM. Sehingga kita sebagai generasi penerus bangsa tidak bisa hanya diam dalam menanggapi permasalahan tersebut. Hal yang dapat kita lakukan adalah menyumbangkan suara kita kepada pemerintah terhadap permasalahan tersebut, dalam menyumbangkan suara tidak harus dalam bentuk demo. Kita sekarang berada pada dunia modern yang semua berlangsung dengan cepat. Oleh karena itu, kita dapat menyuarakan suara kita pada sosial media dengan menggunakan kata-kata yang sopan dan tidak mengunsur SARA.


  • DAFTAR PUSTAKA

https://bakai.uma.ac.id/2022/02/25/mengenal-apa-itu-separatisme-serta-contohnya-di-indonesia/#:~:text=Separatisme%20adalah%20suatu%20paham%20berupa,demi%20mendapatkan%20kedaulatan%20secara%20mandiri.

https://histori.id/sejarah-organisasi-papua-merdeka-opm/

http://repository.unmuhjember.ac.id/6028/4/BAB%20I.pdf

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/9144/bab%20ii.pdf?sequence=2&isAllowed=y#:~:text=Secara%20garis%20besar%20faktor%20dominan,membangun%20kesejahteraan%20dan%20pembangunan%20ekonomi.

http://www.pskp.or.id/2020/09/17/separatisme-penyebab-munculnya-konflik-di-papua/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun