Bagi Dedi Mulyadi, Jawa Barat merupakan manifestasi dari nilai nilai kebudayaan Sunda, perlu adanya perubahan Melalui berbagai terobosan.
Selama 10 tahun terakhir pembangunan di Jawa Barat dirasa cenderung linear, sehingga harus dilakukan terobosan dan pembenahan dalam manajemen pemerintahan.
Keanekaragaman kebudayaan sunda yang dimiliki Jawa Barat, Baik Sunda Kulon, Priyangan, Cirebonan maupun Betawian, mengharuskan pemipin di Jawa Barat mengerti dengan karakter masing masing daerah yang ada di Jawa Barat, Sehingga mereka memahami filosofi kebudayaan yang nantinya berpengaruh pada kebijakan yang diambil, tidak hanya terwujud dalam tatanan akademis, namun juga dalam tataran teknis.
Harus ada keberanian yang dilakukan pemimpin Jawa Barat kedepan, sehingga pembangunan yang dilakukan tepat sasaran dan dapat terlihat secara nyata. Gubenur dan Wakil Gubenur harus berani melakukan berbagai perombakan, seperti manajemen pemerintah.
Gubernur dan wakil Gubenur tumbuh menjadi administratur, yang melakukan proses pengaturan terhadap seluruh regulasi tanpa mengintervensi aspek-aspek kebebasan otonomi seorang pemimpin di desa atau kota, tetapi tersinergi pada arah yang sama yaitu gol-nya kemakmuran publik dan kesejahteraan masyarakat.
Bagi Dedi Mulyadi sendiri, filosofi orang sunda itu sangat sederhana, yaitu "kaluhur sirungan, ka handap akaran" jika ditafsirkan, hidup harus bisa terus tumbuh, dan memiliki fondasi atau kepribadian yang kuat agar tidak terpengaruh oleh budaya-budaya yang kurang baik.
Banyak orang Sunda yang tidak lagi memiliki dan mengimplementasikan falsafah Sunda. Bahkan banyak generasi muda yang tidak mengetahui, mengenal, dan menerapkan nilai-nilai budaya Sunda karena begitu kuatnya pengaruh budaya barat.
Budaya Sunda dianggap kuno dan ketinggalan zaman, padahal orang Sunda tinggal di daerah Sunda harus berjiwa Sunda dengan tidak anti terhadap budaya luar yang baik. Suku Sunda jangan merasa rendah diri atau inferior terhadap suku-suku lain, bahkan bangsa lain di dunia. Suku Sunda harus menjadi pekerja keras jangan sampai kalah bersaing oleh suku-suku lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H