Mohon tunggu...
Joanna Ayulia
Joanna Ayulia Mohon Tunggu... Freelancer - joanna.

enjoy:)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mengaku Sebagai Makhluk Sosial tapi Kenyataannya Manusia Itu Individualistis

22 November 2019   07:00 Diperbarui: 13 April 2021   14:26 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi manusia sebagai makhluk sosial (Sumber : simon maage via unsplash.com)

Sejak kecil, kita selalu diajarkan bahwa manusia itu adalah makhluk sosial. Kita tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sejak lahir hingga mati pun kita tetap membutuhkan orang lain, demikian penjelasan guru kita dulu.

Sekarang kita percaya saja, tidak mempertanyakan dan mempermasalahkan asal muasal teori tersebut. Namun saat beranjak dewasa, akhirnya kita paham bahwa manusia adalah makhluk yang individualis. Kita hanya berdiam, kecuali saat zona nyaman mulai terusik.

Hidup di zaman yang modern ini membuat perilaku dan gaya hidup seseorang semakin berubah. Apalagi dengan berkembangnya teknologi yang sangat pesat, masyarakat Indonesia mulai bersikap individualis.

Seseorang yang individualis hanya mementingkan dirinya sendiri dan peduli terhadap urusannya masing-masing, bahkan ada yang sampai melupakan kodrat dirinya sebagai makhluk sosial. Semua aktivitas pun akan dikerjakan sendiri tanpa bantuan orang lain.

Untuk memperjelas maksud di atas, kita bisa lihat beberapa fakta yang terjadi di Indonesia. Beberapa saat yang lalu ada berita mengenai sweeping buku yang diduga berbau komunis di sejumlah toko buku ternama. Kita bisa lihat siapa saja yang peduli dengan berita ini. 

Petugas yang melakukan razia buku juga belum tentu tahu apa isi dari buku tersebut, mereka hanya menjalankan tugasnya saja. Bahkan, pegawai dari toko buku itu sendiri tidak peduli akan hal ini. 

Hanya pemilik toko buku yang merasa keberatan jika koleksi bukunya disita, protes atau aksi yang dilakukan oleh pemilik toko juga tidak akan membuahkan hasil apapun. Kita tidak tahu apakah ada ganti rugi atau tidak, lalu siapa yang menanggung modalnya?

Kedua, saat harga bawang atau sembako naik. Kita sebagai orang yang tidak berurusan dengan dapur tentunya tidak peduli dengan berita ini, tidak ada ruginya juga buat kita. 

Lihat saja, pasti yang protes didominasi oleh kaum ibu, karena ibu-ibu yang paling merasakan dampak dari kenaikan harga bahan makanan pokok. Ketiga, sobat pengguna setia pesawat terbang selama ini gusar sebab harga pesawat melambung tinggi.

Walau sekarang mereka sudah bisa bernapas lega akhirnya pemerintah memutuskan untuk menurunkan tarif tiket pesawat untuk penerbangan murah alias Low Cost Carrier (LCC). 

Bayangkan saja jika para pengguna pesawat terbang tidak protes dan ribut sana-sini, apa yang akan terjadi dengan keberlangsungan industri penerbangan tanah air saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun