Mohon tunggu...
Yohanes Kahno Waluyo
Yohanes Kahno Waluyo Mohon Tunggu... wiraswasta -

Saya lahir di lampung. Study dan kerja pernah saya lalui di beberapa daerah, lampung,jawa,ambon,kalbar,dll. Saya humoris,serius,ambisius tapi gak egois. Cita2 pingin sukses motto 'ora et laboura'

Selanjutnya

Tutup

Money

Kemitraan Inti Palsma

2 Mei 2011   14:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:08 3394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Kerja sama pola kemitraan inti-plasma dalam mengelola suatu usaha budidaya tanaman perkebunan,tanaman pangan, perikanan dll, adalah model kemitraan yg dirancang untuk memacu perkembangan suatu usaha berskala besar dg melibatkan masyarakat sekitar yg memenuhi kriteria sbg plasma dan bermitra dg perusahaan sbg inti.
Tujuannya agar inti & plasma dpt bekerjasama dg baik agar usaha yg dikembangkan dpt berhasil dg baik.
Keunggulan pola kemitraan seperti ini adalah : mampu menciptakan perluasan lapangan kerja, memanfaatkan SDA & SDM dg lebih bijak, aplikasi teknologi dll.
Kelemahan pola bermitra seperti ini adalah : sulitnya membuat PKS/MOU yg dpt diterima kedua belah fihak.
Rumitnya manajement.
Sulitnya menciptakan kondisi saling percaya antara inti dan plasma, dll.
Model kemitraan seperti ini juga Rawan terhadap Penyimpangan. Baik penyimpangan yg dilakukan oleh inti atau plasma. Modus penyimpangan yg dilakukan inti umumnya adalah markup anggaran, proyek fiktif, manajemen tertutup, dan yg fatal adalah 'kredit macet'
berkaitan dg kredit macet biasanya inti selalu berkelit dg berbagai alasan dan biasanya menyudutkan plasma. Inti biasanya meng klaim yg macet adalah kredit plasma.
Dari berbagai daerah yg menerapkan pola kemitraan inti plasma itu tidak sedikit daerah yang gagal mengawal proyek tersebut.
Salah satu contoh paling fenomenal adalah gagalnya proyek tambak udang Pt.Dipasena Citra Dharmaja di Lampung yang merugikan negara sekitar 26 trilliun rupiah. sampai saat ini belum ada yg diadili. Dan parahnya lagi uang sebanyak itu dibawa kabur ke luar negeri oleh sang investor.
Hingga saat ini area pertambakan Bumi Dipasena belum bisa pulih dan berproduksi seperti yg diharapankan, justru segala permasalahan menjadi semakin rumit dan situasi menjadi kurang kondusif.
Inti dg plasma ber selisih faham sampai sekarang blm ada kesepakatan, padahal pt.DCD sudah dibeli oleh CPP.
Walau sudah ganti investor baru sejak 2007, Petambak plasma Dipasena blm bisa keluar dari 'Krisis' yg menjerat mereka sejak 1998.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun