Mohon tunggu...
Joackim Ulin
Joackim Ulin Mohon Tunggu... -

Just a man

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Musik di Indonesia Masa Kini

28 April 2012   02:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:01 1113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak banyak yang tahu perkembangan musik di Indonesia sejak jaman dulu hingga sekarang ini. Termasuk saya, tidak tahu betul bagaimana perkembangannya. Namun yang saya tahu, musik di Indonesia sudah cukup banyak mengalami perubahan baik genre maupun musikalitas. Apalagi jenis musik dan lagu yang menjadi hits di Indonesia, beda sekali dengan jamannya Koes Plus, God Bless, Slank, dan sebagainya. Dulu kita boleh bangga dengan adanya Koes Plus dan Panbers. Indonesia dikenal sebagai ‘rumah’nya musik berkualitas, yang mampu menyaingi selera dengan musik barat. Bahkan kita pernah punya The Tielman Brothers, yang disebut-sebut sebagai ‘ibu’ dari musik rock n roll. Selain itu kita punya band rock yang me-legenda hingga ke luar negeri seperti God Bless dan Slank. Tapi saat ini, yang kita sering dengar di radio-radio maupun di tv adalah musik-musik pop melayu yang mulai menurunkan pamor rock sebagai musik kegemaran. Apalagi dengan munculnya grup musik yang berlomba-lomba mengusung tema ‘Boy Band’ ataupun ‘Girl Band’ yang ingin menyaingi sebagaimana yang ada di Korea Selatan. Indonesia diisi oleh musisi-musisi berbakat, dan sangat banyak. Tetapi di masa kini, musisi hebat itu kurang terekspos oleh media dan jarang kita lihat di televisi karena ‘tertutupi’ oleh band-band yang kualitasnya masih di bawah rata-rata. Saya sendiri sebagai penikmat musik, heran dengan selera masyarakat kita. Ya memang semua orang berhak menentukan pilihan selera musik masing-masing, entah itu rock atau dangdut atau metal (melayu total) dan sebagainya. Tapi yang saya sayangkan, selera asli kita menjadi tertutupi karena musisi yang hanya terkesan ‘numpang tenar’ dan ‘numpang kaya’. Bila kita teliti, musik mereka hanya hits beberapa waktu saja, tidak seperti lagu-lagunya Chrisye atau Koes Plus atau Slank atau Iwan Fals dan sebagainya. Banyak sekali musisi masa kini yang membuat lagu dengan musik yang terkesan biasa saja, dengan bermodalkan tampang dan penampilan mereka di depan penonton. Tetapi kualitas suara, lagu dan musiknya begitu-begitu saja. Lebih dominan tentang cinta, patah hati, dan jenis serupa. Terkesan ikut-ikutan dengan yang lain, kesannya tidak mau kalah. Apalagi dengan adanya boy band atau girl band, di mana kalangan remaja mulai terpengaruh oleh style Korea Selatan. Mulai dari dramanya, aktor/aktris yang bermain, lagu-lagunya hingga laki-laki yang bergaya seperti h**o menari-nari sambil bernyanyi. Bergaya berlebihan dengan kualitas suara dan musik yang masih sangat jauh di bawah rata-rata. Musik-musik seperti itulah yang sekarang digemari. Lain dengan musik-musik tahun 2000 ke bawah. Di era itu, musik rock menjadi penginspirasi anak muda dan seluruh usia untuk lebih memaknai hidup. Di mana-mana diputar lagu Slank, Iwan Fals, EdanE, God Bless, dan mulai bergaya seperti mereka. Kita lebih suka musik cadas dan keras, yang kemudian membentuk kita sebagai laki-laki yang benar-benar ‘laki-laki’, tidak seperti boy band saat ini yang bergaya terlalu berlebihan, berdandan seperti wanita saja. Namun beda jaman memang beda selera, kembali lagi kepada hak masing-masing terhadap selera sendiri. Saya membawanya ke konteks laki-laki, karena saya laki-laki dan pada umumnya memang musik rock disukai laki-laki. Maaf jika menurut Anda salah. Jika kita tahu bagaimana hebatnya musisi kita, kita pernah punya The Tielman Brothers yang pernah mengguncang sejarah musik dunia. Dia mengusung genre musik yang diberi nama Indo-Rock, karena mereka adalah anak bangsa Indonesia. Mereka kemudian pindah ke Belanda dan menetap disana sekitar tahun 50-an (kalau tidak salah). Saat mereka tampil di Jerman, pengakuan luar biasa dari musisi yang sangat dikenang saat ini mengarah kepada The Tielman Brothers. Pengakuan luar biasa itu datang dari personil The Beatles, George Harrison (gitaris) dan juga Paul McCartney (bassis dan vokalis). Mereka mengakui bahwa inspirasi mereka terhadap The Tielman Brothers khususnya kepada Andy Tielman sang vokalis dan juga gitaris begitu kuat terhadap musik The Beatles. Apalagi Paul McCartney yang begitu terobsesi dengan gaya dan aksi panggung mereka. Bahkan sebelum gaya bergitar Jimi Hendrix yang menggunakan gigi untuk merambas gitar dan juga gaya Eddie Van Halen dalam memainkan gitar yang seperti menunggangi kuda, sudah lebih dulu dipopulerkan oleh The Tielman Brothers. Kita harus bangga, karena bangsa kita duluan yang memperkenalkan itu kepada dunia. Apalagi Indo-Rock juga mempengaruhi rock n roll-nya Elvis Presley dan juga band-band rock n roll sesudahnya. Bila masa itu diulang, maka musik dunia bertumpu di negara kita. Tidak akan terjadi seperti itu jika musik kita masih seperti apa yang ditayangkan di tv, sangat standar dan biasa sekali. Saya ingin hidup di era 70-an atau 80-an dan masih bisa menyaksikan God Bless di masa muda dan kejayaan mereka, saya bisa menonton Koes Plus, Panbers, D’Lloyd, dan sebagainya. Juga jika saya sudah mengerti musik di era 90-an, saya pasti bisa melihat EdanE di atas panggung dengan sangarnya bermain musik sambil mengibas-ngibaskan rambut gondrong mereka. Juga melihat Slank, PAS Band, Iwan Fals, dan lain-lain beraksi di atas panggung. Namun pemusik-pemusik seperti yang saya sebut itu sekarang sudah jarang nongol di televisi, padahal media utama yang paling sering digunakan untuk menikmati itu semua adalah televisi. Masa kini musisi-musisi yang lebih hebat lebih memilih memproduksi sendiri musik mereka (indie) ketika bergabung dengan label rekaman. Itu merupakan salah satu bentuk ‘berontak’ terhadap korporasi yang menolak musik-musik seperti sekarang ini. Jadi intinya, saya pribadi tidak suka dengan musik Indonesia masa kini. Kebanyakan suka dengan musik pop melayu, boy band, girl band, dan musik-musik ‘alay’ lainnya yang hanya memanfaatkan musik sebagai sarana untuk terkenal dan uang, padahal karya mereka mudah tenar mudah juga dilupakan, dan terkesan…….maaf…..’panas-panas t*i ayam’. Mereka juga lebih mementingkan tampang dan penampilan ketimbang karya yang mereka persembahkan bagi pecinta musik. Apapun katanya, kalian yang menentukan plihan dan selera kalian sendiri. Saya juga demikian. Saya sudah menuliskan selera saya dan alasan saya tidak menyukai musik saat ini, kalian juga berhak menentukan selera dan pasti punya alasannya. Posted by walterr

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun