Mohon tunggu...
Joachim Susatiyo
Joachim Susatiyo Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Mengikuti perkembangan teknologi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Depresiasi Ilmu Komputer

9 November 2024   06:59 Diperbarui: 9 November 2024   07:11 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Sudah lewat beberapa tahun sejak meledaknya minat masyarakat dalam Ilmu Komputer. Namun, hal ini justru berdampak pada penurunan kualitas lulusan di bidang tersebut. Mereka terjebak dalam persaingan yang semakin ketat, sehingga harus terus mencari cara untuk tampil berbeda agar dapat memperoleh pekerjaan yang layak. Gelar sebagai "lulusan IT" hanya menjadi generalisasi yang tidak mencerminkan keahlian mendalam, terutama di Indonesia. Status lulusan Ilmu Komputer dianggap semakin rendah, tidak hanya karena persaingan yang tinggi, tetapi juga karena perkembangan pemikiran masyarakat Indonesia yang tidak sepemikiran dengan kecepatan perkembangan teknologi global.

Tingkat kecerdasan lulusan Ilmu Komputer di Indonesia sebenarnya mampu bersaing dengan lulusan dari negara lain. Namun, perbedaan utama terletak pada kualitas fasilitas dan pola pemikiran. Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat atau Jerman, dukungan fasilitas pendidikan yang lebih canggih serta lingkungan yang kompetitif mendorong lulusan untuk tidak berhenti menimba ilmu lebih lanjut setelah lulus. Sebaliknya, di Indonesia banyak mahasiswa yang terbatas dalam mengakses teknologi terbaru dan cenderung bersikap pasif ketika dihadapkan pada tantangan. Hal ini mengakibatkan lulusan ilmu komputer tertinggal dalam industri yang terus menerus berkembang setiap harinya, walaupun potensi kecerdasan dan kreativitas sebenarnya sama kuatnya.

Seorang lulusan Ilmu Komputer yang baru saja menyelesaikan studinya di sebuah universitas di Indonesia. Ia memiliki keterampilan dasar dalam pemrograman dan ilmu komputer, tetapi ketika mencoba melamar pekerjaan Ia menghadapi ratusan pelamar lain dengan latar belakang yang sama sehingga Ia merasa kompetensinya tidak cukup untuk menonjol. Ia mencoba untuk meningkatkan kompetensinya dengan pembelajaran tambahan. Namun, saat bersaing dengan lulusan luar negeri yang telah memiliki pengalaman industri sejak masih berkuliah, Ia merasa tertinggal jauh. Ini adalah kenyataan yang dihadapi sebagian besar lulusan Ilmu Komputer saat ini. Pada zaman sekarang jika ingin mendapatkan kesempatan untuk kerja di bidang Ilmu Komputer, calon pekerja tidak hanya membutuhkan kemampuan dasar yang diajarkan saat mengikuti jurusan Ilmu Komputer, tetapi memerlukan ketekunan dan keunggulan dalam bentuk pengalaman kerja.

Saya memiliki pendapat bahwa salah satu masalah mendasar adalah bahwa kurikulum ilmu komputer di Indonesia seringkali tidak mampu mengejar perkembangan teknologi global. Hal ini menyebabkan para lulusan hanya memiliki pengetahuan dasar dan kurangnya pengalaman langsung dalam teknologi yang digunakan industri. Di sisi lain, universitas seperti Universitas Indonesia (UI) telah mencoba meningkatkan peringkat internasional mereka di bidang ilmu komputer dan sistem informasi dengan memperkuat penelitian dan fasilitas pendidikan. Walaupun UI berhasil naik peringkat, tetapi hanya sebagian kecil universitas di Indonesia yang memiliki sumber daya untuk mengikuti langkah tersebut.

Dari perspektif karier, lulusan ilmu komputer memiliki berbagai peluang yang mencakup bidang seperti pengembangan web, game development, dan data science. Namun, posisi ini menuntut keahlian dan pengalaman mendalam yang seringkali lebih berkembang di negara-negara maju. Lulusan yang berorientasi pada bidang-bidang tersebut akan menghadapi persaingan ketat, tidak hanya dari rekan-rekan mereka dalam negeri, tetapi juga dari kandidat internasional dengan pengalaman industri yang lebih kaya.

Ketatnya persaingan di pasar tenaga kerja global berarti lulusan ilmu komputer harus terus memperbarui keterampilan dan pengalaman mereka. Di negara-negara maju, mahasiswa sering kali mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kompetisi internasional atau proyek lintas negara. Kompetisi-kompetisi seperti International Collegiate Programming Contest (ICPC) atau hackathon global lainnya memberi peluang kepada mahasiswa untuk bersaing dan belajar dari kompetitor mereka dari seluruh dunia. Di Indonesia, eksposur ke kompetisi internasional ini masih terbatas, dan hanya beberapa universitas besar yang mampu mendukung mahasiswanya untuk berpartisipasi

Untuk mengatasi ini, kolaborasi antara dunia akademik dan industri teknologi menjadi sangat penting. Program magang atau proyek industri yang melibatkan mahasiswa selama masa studi dapat memberi pengalaman praktis yang relevan dan meningkatkan daya saing lulusan di pasar kerja.

Kenyataan yang dihadapi para lulusan ini bisa dianalogikan dengan sungai deras yang diarungi ikan salmon, di mana hanya mereka yang bisa berenang lebih cepat dan keluar dari arus dapat menyelesaikan siklus hidup mereka. Begitu pula dengan lulusan Ilmu Komputer yang harus memiliki kemampuan lebih dari pengetahuan dasar saja agar bisa menonjol di tengah kerumunan lulusan lainnya. Mereka yang tidak memperkuat keterampilan dan mencari keunikan diri akan tenggelam dalam arus persaingan yang semakin deras.

Lulusan Ilmu Komputer di Indonesia seringkali digambarkan sebagai individu yang mampu mengoperasikan perangkat lunak dan memahami dasar-dasar pemrograman. Namun, di balik gelar tersebut, banyak yang menghadapi kenyataan bahwa keahlian mereka kurang diapresiasi di pasar kerja. Mereka yang berusaha keras untuk terus belajar meskipun terbatas oleh fasilitas dan akses terhadap teknologi terbaru. Mereka adalah generasi yang tumbuh dengan internet, tetapi tidak selalu didukung oleh ekosistem yang mendorong inovasi berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun