Mohon tunggu...
Jamilatun Nahdliyah
Jamilatun Nahdliyah Mohon Tunggu... Mahasiswa -

UIN Suka Yogyakarta 2015 . Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora. Seorang anak muda yang tengah menghampiri mimpinya. No matter where we go, we take a little of each other everywhere.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

WOW!!! Nonton Grebeg Besar Demak 7x = Naik Haji

24 September 2015   20:14 Diperbarui: 2 Oktober 2015   11:12 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini tanggal 24 September 2015, pemerintah kabupaten Demak menyelenggarakan acara Grebeg Besar Demak di pusat kota. Acara ini rutin di selenggarakan setiap tahunnya dalam rangka memelihara kebudayaan leluhur dan merayakan Hari Raya Idul Adha. Kegiatan ini dirasa mampu membangkitkan semangat dan kebanggaan warga Kabupaten Demak, karena pada saat itu terpancar kejayaan Kerajaan Demak pada masa lampau. Catatan sejarah kabupaten Demak memang tidak bisa lepas dari perjuangan para Walisongo sebagai penyebar agama islam di pulau jawa yang aktifitasnya pada abad ke-15. Figur utamanya dalah Sultan Fatah dan Sunan Kalijaga yang diakui merupakan tokoh besar dan berpengaruh dalam lintas sejarah kabupaten Demak. Sehingga tidak mengherankan jika kemudian ada beragam acara dan kegiatan ritual yang di perkenalkan oleh kedua tokoh itu masih berlangsung sampai saat inidan menjadi semacam ritual yang selalu dinantikan orang , tidak hanya warga Kota Wali sendiri tetapi juga oleh masyarakat luar daerah.

Menurut data sejarah, tradisi Grebeg Besar pada awalnya tidak hanya sekali dalam setahun pada saat Idul Adha saja namun semula ada 4 Grebeg, yaitu Grebeg Maulid, Grebeg Dal, Grebeg, Syawal, dan Grebeg Besar. Tapi seiring dengan berjalannya waktu tinggal Grebeg Besar saja yang sampai sekarang masih menjadi bagian tradisi yang bernilai jual.

Ritual acara Grebeg Besar ini di awali dengan saling silaturrahim antara pihak Kasepuhan Kadilangu dan Bupati Demak. Di dahului kunjunganBupati ke Sasono Rengga Kadilangu, selanjutnya sesepuh Kadilangu dan keluarga kasepuhan bersilaturrahmi menghadap Bupati dan biasanya mereka diterima di ruang tamu Bupati. Usai cara silaturrahim, Bupati dan Wakilnya bersama ketua DPRD, Muspida Demak, dan jajaran pemerintah kabupaten Demak berziarah ke makam-makm Sunan Kalijaga di Desa Kadilangu . Setelah itu rombongan meresmikan pembukaaan keramaian Grebeg Besar dilapangan Tembiring.

Setelah peresmian dilakukan, di lanjut dengan acara Penjamasan Kutang Ontokusuma melalui prosesi arak-arakan Prajurit Patang Puluhan yang berjalan dari pendopo kabupaten menuju makam sunan kalijaga kadilangu sejauh 2,5 km. Arak-arakan ini menampilkan banyak aksi di awali oleh polisi yang menggunakan mobil lengkap dengan sirine yang dihidupkan. Setelah polisi di barisan berikutnya ada pasukan prajurit patangpuluhan, lalu dibelakangnya di iringi nyanyian Hadroh pemuda Demak, Selain itu juga ada Andong atau kalau di Demak lebih dikenal dengan nama Dokar yang berjumlah kurang lebih ada 50 dokar yang di tunggangi oleh orang-rang yang penting di Kabupaten Demak, seperti Kapolres, Dandim, Ketua Pengadilan, Kajari, Sekda, Kajari, Dinas Pariwisata, Duta Pariwisata, Ketua Panitia dan pejabat pejabat lainnya. Kemudian di belakangnya ada aksi dari Barongan Kademangan, Kuda Lumping dan diakhiri oleh komunitas Sepeda Onthel Demak.

Ini merupakan hiburan yang paling menyedot perhatian masyarakat karena sepanjang perjalanan yang dilalui prajurit Patang Puluhan itu selalu penuh oleh masyarakat yang ingin melihat dari dekat. Seperti saya sendiri contohnya yang rela jauh-jauh berjalan hampir satu jam hanya untuk ikut menyaksikan acara ini. Sebuah fenomena yang sangat menarik karena merupakan suatu gambaran yang nyata peristiwa menyatunya pejabat dengan rakyat dalam satu tempat sehingga tampak sebuah kerukunan dan kebersamaan langkah untuk menggapai cita-cita.

Bila zaman dahulu diadakan ritual untuk menghilangkan marabahaya, maka untuk saat ini kita perlu mengubah pandangan tersebut menjadi sebuah konsep yang modern, yaitu mencari alternatif penyelesaian masalah dengan cara koordinasi dan konsolidasi pemerintah dengan masyarakat. Ini bisa menjadi lebih baik dan membawa kemajuan Kota Wali. Ada kepercayaan Pameo yang mengatakan, “Barang siapa menghadiri Grebeg Besar Demak tujuh kali berturut-turut sama nilainya dengan telah menunaikan ibadah haji.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun