Mohon tunggu...
Jn. Aether
Jn. Aether Mohon Tunggu... Penulis - Freelance Writer

Hi, I’m Aether, a single-mother, storyteller, poet, and content writer, who likes to share my ideas over a cup of coffee and tea 🍃☕️. Sometimes, the quietest people have a thousand brilliant ideas in their minds.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Startup Unicorn Berubah Menjadi Zombie? Ini Alasannya!

21 Juni 2024   11:49 Diperbarui: 23 Juni 2024   06:43 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by fauxels (Pexels.com)


Istilah "startup zombie" mulai ramai diperbincangkan di kalangan investor dan pelaku bisnis. Fenomena ini mengacu pada startup yang dulunya memiliki valuasi fantastis (mencapai US$1 miliar atau lebih), namun kini terjebak dalam pertumbuhan stagnan dan kesulitan keuangan.

Dilansir dari CB Insights, pada tahun 2023, terdapat 25 startup unicorn yang mengalami penurunan valuasi signifikan, bahkan beberapa di antaranya bangkrut.

Salah satu contohnya adalah WeWork, startup ruang kerja bersama yang ambruk setelah IPO yang gagal di tahun 2019. Dulu dihargai 47 miliar dollar AS, WeWork kini berjuang untuk bertahan hidup dengan valuasi hanya 9 miliar dollar AS.

Fenomena ini tidak hanya terjadi di Silicon Valley, Amerika Serikat, tetapi juga di berbagai negara, termasuk Indonesia. Di Indonesia, startup Gojek dikabarkan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran di tengah isu merger dengan Tokopedia.

Apa yang menyebabkan fenomena ini terjadi? Mari kita simak ulasannya!

Penyebab Fenomena Zombie Unicorn

Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap fenomena ini antara lain:

  • Perubahan kondisi ekonomiKondisi ekonomi global yang tidak stabil dan inflasi yang meningkat membuat investor lebih berhati-hati dalam berinvestasi di startup. Hal ini menyebabkan startup unicorn kesulitan mendapatkan pendanaan baru, yang pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan mereka.
  • Model bisnis yang tidak berkelanjutan: Banyak startup unicorn yang fokus pada pertumbuhan yang cepat daripada profitabilitas. Hal ini dapat membuat mereka rentan terhadap perubahan pasar dan kesulitan untuk mencapai profitabilitas jangka panjang.
  • Kompetisi yang semakin ketat: Persaingan di industri startup semakin ketat, dengan semakin banyak startup baru yang bermunculan. Hal ini membuat startup unicorn perlu terus berinovasi dan meningkatkan layanan mereka agar tetap kompetitif.
  • Ketidakmampuan untuk beradaptasi dengan perubahan: Pasar bergerak dengan cepat dan startup unicorn yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan tren dan teknologi baru dapat dengan mudah tertinggal.
  • Tekanan Investor: Investor sering kali menekan startup untuk mencapai pertumbuhan yang tinggi dan metrik yang mengesankan. Hal ini dapat mendorong startup untuk mengambil keputusan yang berisiko dan tidak berkelanjutan dalam jangka panjang.

Dampak Fenomena Startup Zombie

Fenomena startup zombie memiliki dampak yang signifikan terhadap berbagai pihak, antara lain:

  • Investor: Investor yang menanamkan modal di startup zombie berisiko kehilangan uang mereka. Hal ini dapat merusak kepercayaan investor terhadap industri startup secara keseluruhan.
  • Karyawan: Karyawan startup zombie mungkin menghadapi ketidakpastian tentang masa depan pekerjaan mereka. Perusahaan yang berjuang secara finansial sering kali harus melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) untuk mengurangi biaya.
  • Ekosistem Startup: Fenomena startup zombie dapat membuat investor lebih berhati-hati dalam mendanai startup baru, sehingga menghambat pertumbuhan industri startup secara keseluruhan.

Bagaimana Menghindari Menjadi Startup Zombie Unicorn?

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan startup unicorn untuk menghindari menjadi zombie, antara lain:

  • Meningkatkan fokus pada profitabilitas: Startup perlu menggeser fokus mereka dari pertumbuhan semata-mata ke profitabilitas. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan efisiensi operasi, mengembangkan model bisnis yang lebih berkelanjutan, dan meningkatkan pendapatan.
  • Beradaptasi dengan perubahan pasar: Startup perlu terus memantau perubahan pasar dan beradaptasi dengan kebutuhan dan preferensi konsumen yang terus berkembang.
  • Meningkatkan efisiensi operasional: Startup unicorn harus meningkatkan efisiensi operasinya untuk mengurangi biaya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengotomatisasi proses bisnis, mengurangi waste, dan bernegosiasi dengan pemasok.
  • Memperkuat inovasi: Startup perlu berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan untuk menciptakan produk atau layanan yang inovatif dan kompetitif.
  • Mencari pendanaan alternatif: Startup unicorn tidak hanya bergantung pada investor modal ventura. Mereka dapat mencari pendanaan alternatif seperti pinjaman bank, crowdfunding, atau IPO.

Fenomena startup "zombie" merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh para pelaku bisnis di era digital. Dengan memahami penyebab dan solusinya, startup dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk membangun bisnis yang lebih berkelanjutan dan mencapai kesuksesan jangka panjang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun