Mohon tunggu...
Jamal Jati Harun
Jamal Jati Harun Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Negeri Malang

Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pangungakan, Candi, Hingga Bahasa Pendalungan Jejak Peninggalan Lamajang Tigang Juru

3 Maret 2023   18:06 Diperbarui: 8 Maret 2023   10:09 4433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Pribadi (2023) 

Nama Lamajang tigang juru sudah ada pada masa pra-majapahit ini di buktikan dengan adanya kata lumajang pada Prasasti Mula Malurung. (Wulan, 2020) Catatan tertua yang menyebutkan kata lumajang berasal dari pemerintahan Nararya Smining Rat Wisnuwardhana yang menyebutkan "Sira Nararya Kirana saksat atmaja nira Nararya Smining Rat, pinratista Juru Lamajang, pinasangaken jagad palaka, ngka neng negara Lamajang" yang di terjemahkan dalam bahasa indonesia yaitu "Nararya Kirana, anak Nararya Smining Rat, yang ditetapkan sebagai juru Lamajang, menguasasi wilayah Lamajang" Maka sebelum adanya Arya Wiraraja Lamajang merupakan daerah yang sudah ada pemerintahannya. Pusat Kerajaan Lamajang pertama kali berada di daerah selatan lumajang disana banyak temuan arkeologis seperti reruntuhan candi dan yoni yang berada di Kecamatan Candipuro Lumajang dan struktur candi tersebut di duga stukur candi masa singhasari dan juga terdapat batu bergores motif surya yang ditemukan di Kecamatan Pasrujambe dapat disimpulkan bahwa pada masa tersebut lamajang bagian selatan sangatlah berkembang pesat. Pemindahan pusat kerajaan dari bagian selatan ke kutorenon karena letak geografis yang rawan akan lahar gunung semeru dan jalur burno ke arah Mandala Kedewaguruan di Ampel Gading hal tersebut membuat kekhawatiran Arya Wiraraja karena politik majapahit belum stabil dan takut diserang lewat jalur tersebut, membuat Arya wiraraja memindahkan pusat kerajaannya di Arnon atau Kutorenon yang berada di Desa Kutorenon Kecamatan Sukodono Kabupaten lumajang.


Desa kutorenon sendiri memiliki tempat strategis dan di kelilingi oleh 4 sungai, Sungai Ploso di sebelah barat, Sungai Winong sebelah timur, Sungai Bondoyudo di sebelah utara dan Sungai Cangkring di sebelah selatan. (Ronal, Dkk, 2023) situs biting adalah suatu daratan yang di kelilingi aliran sungai, yaitu Sungai Ploso di barat, Sungai Cangkring di selatan, Sungai Winong di Timur, Sungai Bondoyudo di Utara di sungai-sungai tersebut terdapat dinding dan 6 menara benteng yang di buat oleh susunan bata merah yang ukurannya besar besar. Orang-orang sekitar menyebut menara tersebut yaitu pangungakan penyebutan pangungakan atau pangongakan dari kata ngongak atau melihat, pangongakan artinya melihat ataupun mengintai jadi fungsi dari 6 menara terebut adalah untuk mengintai musuh. Pangungakan di situs biting banyak yang mengalami kerusakan salah satunya karena erosi, atau banjir yang membuat pangungakan atau menara tersebut terus terkikis. Pangungakan tersebut berbentuk persegi di bagian tengah merupakan tanah kosong susunan tatanan bata tersebut menggunkan spesi tanpa lepa.

Peta kutorenon. Sumber : Hidayat, M. (1996)
Peta kutorenon. Sumber : Hidayat, M. (1996)

Pangungakan. Sumber : foto Pribadi 2023
Pangungakan. Sumber : foto Pribadi 2023


Peninggalan Lamajang Tigang Juru tidak hanya pangungakan namun juga ada Candi Nambi yang berada di di Kecamatan Randuagung candi tersebut berada di atas bukit dan di kelilingi oleh sawah. Candi tersebut di duga sebagai perenungan Mpu Nambi yaitu penerus Arya Wiraraja di lamajang tiang juru sehingga masyarakat di sekitar Candi Randuagung menyebutnya denga nama "Candi Gelisah" Mpu Nambi Gelisah karena masih memikirkan Arya Wiraraja setelah Arya Wiraraja wafat, Mpu Nambi mendapat kabar yang tidak terduga yaitu Lamajang akan di serang oleh majapahit karena dianggap memberontak dan difitnah oleh Mahapatih Dyah Halayudha. Dalam penyerangannya Raja Jayanegara yaitu ke lamajang Mpu Nambi wafat. Beliau berjuang mempertahankan wilayahnya dengan gagah berani. Perjuangan Patih Nambi merupakan bukti beliau adalah pemuda yang berjuang tampa pamrih dan namanya di tulis sebagai pemberontak dan kutorenon dibakar habis. Menurut orang orang sekitar juga kata kutorenon itu merupakan bahasa madura yaitu ketonon atau terbakar jadi kata kutorenon merupakan kota yang terbakar. Tidak heran karena Arya Wiraraja menguasai wilayah Madura dan wilayah besuki dari situ banyak percampuran karena Arya Wiraraja pernah memerintah di sumenep pasti banyak pengikutnya yang dibawa ke daerah lamajang. Bahasa yang digunakan yaitu Bahasa Pendalungan yaitu percampuran Jawa dan madura yang masih ada pada masa sekarang disamping itu kebudayaan dan kesenian mempunyai corak percampuran kedua suku tersebut dan masih bisa kita temukan pada masa sekarang. 

Foto Candi dari depan, Sebelah kiri bawah ukiran yang di belakang candi Dokumen Pribadi (2023) 
Foto Candi dari depan, Sebelah kiri bawah ukiran yang di belakang candi Dokumen Pribadi (2023) 

Lamajang tigang juru merupakan daerah yang sangat maju pada masanya benteng yang mengengelilingi kota hingga menara-menara yang tinggi sistem parit atau sungai yang mengelilingi kota juga mempermudah dalam mobilitas perdangangan tidak hanya dalam perdagangan sungai-sungai yang mengelilingi Kerajaaan Lamajang Juga mempersulit musuh untuk memasuki wilayah kerajaan tersebut. Pemindahan ibu kota oleh Arya Wiraraja merupakan taktik yang sangat hebat karena di daerah selatan sering terjadi lahar semeru. Dengan penjelasan tersebut kita mengerti bahwa Arya Wiraraja sudah memperkirakan bencana tersebut yang sering kali terjadi hingga saat kini. Akulturasi jawa madura juga dipengaruhi oleh penguasaan Arya Wiraraja atau Menak Koncar 1 kekuasaan meliputi madura dan daerah besuki dan akulturasi jawa madura atau tradisi pandalungan hingga sekarang masih ada. Sejarah lamajang tigang juru seharusnya harus dikenalkan kepada putra putri daerah lumajang karena pada masa tersebut lumajang merupakan tempat yang maju dekatnya gunung semeru mejadikan tempat tersebut sakral dan banyak di singgahi para brahmana. Namun pada masa sekarang banyak peninggalan yang terbengkalai dan rusak di situs biting maka dari itu putra putri lumajang harus menjaga peninggalan tersebut yang menunjukkan bahwa lumajang pernah maju pada masanya.

Penjelasan Diatas penulis mendapat sumber dari rujukan dibawah ini :

Mansur Hidayat. 2013. Arya Wiraraja dan Lamajang Tigang Juru: Menafsir Ulang Sejarah Majapahit Timur. Denpasar: Pustaka
Laksana.

Hidayat, M. (1996). Pembangunan Perumahan Pada Areal Situs Biting, Lumajang. Berkala Arkeologi, 16(2), 62--72. https://doi.org/10.30883/jba.v16i2.754

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun