Mohon tunggu...
zainudin zen
zainudin zen Mohon Tunggu... karyawan swasta -

senantiasa bersyukur atas semua yang ada

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Benarkah Pasar Lebih Menerima Jokowi Dibanding Dahlan?

16 April 2014   15:56 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:37 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasar bursa dan nilai tukar rupiah memang bereaksi positif saat Mega mengumumkan Jokowi sebagai capres resmi PDIP. IHSG ditutup naik 152,476 poin (3,23%) ke level 4.878,643, sementara US$ jatuh dari kisaran Rp 11.400 menjadi Rp 11.255 per US$. Semua pengamat ekonomi sepakat memberikan analisa bahwa pasar bereaksi sangat bagus terhadap pencalonan Jokowi. Gubenur DKI ini dianggap sebagai figur yang diekspektasikan oleh banyak pelaku pasar.

Pelaku pasar menilai bahwa Jokowi adalah pelaksana (eksekutor) yang akan mengimplementasi proyek-proyek nasional dan bisa menyelesaikan berbagai masalah pelik dalam ekonomi Indonesia.

“Jokowi saat ini menempati posisi teratas di berbagai survei dan pasar sudah berekspektasi dia akan maju sebagai capres. Selama ini Jokowi dinilai sebagai sosok reformis, man of action, punya kepemimpinan kuat, dan membawa optimisme terhadap perekonomian Indonesia,” sebut Dian Ayu Yustina, Ekonom Bank Danamon.

Begitu menjabat, Gubenur DKI ini memang langsung menggebrak. Dengan blusukan yang hampir tiap hari tayang di media, publik pun terperangah. Jokowi adalah antitesis bagi perilaku sebagian pejabat negara yang tak membumi, angkuh, sombong dan kaku. Publik pun rindu dan selalu mengelu-ngelukan Gubenur DKI ini kemanapun dia pergi.

Beberapa kebijakannya pun efektif menyita perhatian publik. Optimalisasi waduk Pluit, relokasi pedagang Tanah Abang yang tanpa benturan dan lelang jabatan semakin melambungkan nama Jokowi sebagai ikon pejabat negara yang masih muda, pekerja keras, jujur dan merakyat.

Nama Jokowi jauh lebih populer dibandingkan Dahlan Iskan, menteri BUMN itu. Elektabilitas keduanya pun terpaut jauh. Bila elektabilitas Jokowi selalu mentereng ditopang oleh frekwensi kemunculannya di media, prestasi kerja Dahlan justru lebih sering tenggelam karena media jarang meliputnya. Disamping Dahlan sendiri tak pernah peduli pada popularitas apalagi yang namanya elektabilitas.

Dahlan yang peserta konvensi Demokrat itu memang belum resmi diumumkan sebagai pemenang konvensi apalagi capres. Meski hampir semua lembaga survei menempatkan Dahlan dalam rating yang paling tinggi dalam konvensi, SBY masih commit untuk mengumumkan hasilnya setelah pileg yang mungkin sekitar awal Mei nanti setelah debat terakhir peserta konvensi.

Karena itu susah memprediksi bagaimana reaksi pasar terhadap figur Dahlan karena memang dia belum resmi dicalonkan. Dengan perolehan suara PD yang hanya 9,7% versi QC banyak pengamat meragukan PD bakalan mampu mengusung capresnya sendiri seperti saat pilpres 2004 saat perolehan Demokrat malah hanya sekitar 7%. Eekspetasi pasar dinilai lebih cenderung mengarah kepada Jokowi bukan Dahlan Iskan.

Bisa jadi pasar bereaksi biasa saja terhadap pencalonan Dahlan karena secara hitung hitungan politik dia susah menang. Bisa jadi pasar bereaksi positif mengingat kinerja Dahlan yang cemerlang dalam membenahi BUMN. Bisa jadi juga pasar bahkan merespon negatif karena ekpektasi terhadap Jokowi bakal terancam.

Melihat respon pasar yang paling gampang adalah dengan melihat bila Dahlan Iskan dan Joko Widodo head to head berhadapan pada pilpres mendatang. Yang jadi pertanyaan apakah benar bahwa Jokowi lebih marketable di lantai bursa dan pergerakan rupiah dibanding Dahlan?

Antara Joko Widodo dengan Dahlan Iskan memang beda elektabilitas. Meski elektabilitas Jokowi jauh melampaui Dahlan hitung hitungan kapabilitas dan kualitas keduanya bisa dinilai justru sebaliknya. Mari kita jujur menilainya tidak hanya berdasarkan publikasi media yang membabi buta.

Sebagai pribadi, tak ada yang meragukan sosok Gubenur DKI ini. Jokowi adalah sosok yang baik, merakyat, pekerja keras dan yang pasti memiliki niat baik untuk membangun negara ini. Tetapi apakah kebijakannya selama ini dinilai efektif dan berhasil dalam membangun ibu kota, mari kita lihat rekam jejaknya.

Meski populer, blusukan Jokowi dinilai gagal dalam membenahi berbagai masalah Jakarta. Macet dan banjir bukannya berkurang malah menjadi jadi. Pejabat hasil lelang jabatan ada yang jadi tersangka korupsi, belum lagi karut marut masalah bus Trans-J karatan dan Jakarta Monorail yang seolah kusut dan ruwet penanganannya. Relokasi pedagang Tanah Abang hanya manis di depan, sebagian sekarang malah sudah kembali lagi turun ke jalan.

Blusukan memang bagus sebagai shock terapy birokrasi dan melihat fakta di lapangan, tetapi bila itu dilakukan terus menerus setiap hari kapan Gubenur DKI ini duduk di belakang meja mengkonsep dan membuat kebijakan strategis bagi permasalahan ibu kota.

Bukankah Jokowi sendiri akhirnya menyerah bahwa tak mungkin ia blusukan tiap hari. Bila seperti ini publik tentu bisa menilai bahwa Jokowi belum terlalu matang sebagai pemimpin, terlalu cepat berganti ide dan memutuskan sesuatu yang akhirnya gagal

Terbukti Jokowi begitu kedodoran saat ditanya mengenai bus Trans-J, selalu menghindar bahwa itu urusan anak buahnya yang kini jadi tersangka. Bagaimana bisa seorang Gubenur tidak tahu soal kelayakan pemenang tender dengan nilai trilyunan rupiah itu. Bagaimana bisa seorang pejabat selevel Gubenur bisa teledor atau malah lebih buruk lagi dibohongi oleh anak buahnya.

Ahok pun sampai geleng geleng kepala kepada bosnya itu kenapa masih mau memberi waktu kepada PT. Jakarta Monorail yang diduga bodong itu.

Apakah pelaku pasar paham hal hal seperti ini? Atau mereka sudah tidak peduli lagi karena media begitu menyanjungnya setengah mati? Untuk sementara abaikan dugaan adanya cukong pendukung Jokowi. Anggap saja pasar bersih dan murni bergerak sesuai sentimen yang ada.

Pertanyaannya sampai kapan pasar akan bereuforia bila terbukti kelak kebijakan Jokowi mengelola negara terbukti berantakan.

Yang paling ditakutkan adalah bila bulan madu Jokowi dan pasar sudah habis dan pasar melihat kebijakan Jokowi mengelola negara masih sama saat membenahi ibu kota, maka pasar akan bereaksi tajam. Pasar akan menghukum dengan caranya sendiri yang membuat orang miskin jadi lebih melarat lagi. Jangan anggap lantai bursa dan pergerakan rupiah itu tidak ada hubungannya dengan asap dapur kita.

Kekhawatiran yang mungkin bakal terjadi melihat fakta bahwa saat ditanya soal bank Century Jokowi menjawab tidak tahu, demikian pula soal Freeport dan Papua tidak tahu juga. Ini bagaimana? Jangan sampai Indonesia punya pemimpin yang bila terpilih gagap menjawab berbagai isu krusial yang ada, atau harus menunggu dulu tim asistensinya yang entah namanya tim 11 atau tim hantu untuk menjawabnya.

Tentu sebagai pemimpin DKI Jokowi bukanlah tanpa prestasi sama sekali. Waduk pluit yang sudah bersih dan sosok lurah Susan adalah salah satu prestasi Jokowi yang patut diapresiasi. Tetapi tentu saja masalah masalah bangsa ini jauh lebih besar dan lebih rumit dibanding sebuah waduk di DKI dan lelang jabatan belaka.

Kita lebih memilih yang mana, menikmati bulan madu pasar dengan Jokowi di awal tetapi akhirnya berantakan atau pasar yang masih wait and see terhadap Dahlan bahkan mungkin tidak terlalu respek pada sosok menteri BUMN itu tetapi akhirnya ekonomi negara bisa berjalan dan kesejahteraan bisa diwujudkan?

Meski sama sekali tidak diperhitungkan dalam pemilu kali ini bukan berarti Dahlan minim prestasi.

Mari kita lihat satu saja contoh prestasi Dahlan saat membenahi PLN. Tidak perlu melulu blusukan untuk membenahi PLN kata Dahlan. Semua orang sudah tahu masalah PLN itu ada dimana: korup. birokrasinya lambat, ruwet yang jelas menjengkelkan bagi sebagian besar pelanggannya. Dahlan pun bekerja membenahi PLN, mengkonsep kebijakan, memilih orang yang tepat di posisi puncak, menggerakkan SDMnya, merubah mindset karyawannya hingga seperti sekarang.

Terobosan besar dia lakukan dengan gerakan sehari sejuta sambungan, mencetuskan ide listrik pra bayar dan menghapus praktek korup dalam budaya kerja PLN. Sebagian oknum yang masih mencari cari celah memang masih ada, tetapi secara umum masyarakat bisa menilai bahwa PLN sekarang jauh lebih profesional dan bersih dibanding sebelumnya.

Itu baru di PLN, berderet prestasi Dahlan lainnya bisa kita lihat dalam pembangunan bandara Kualanamu, Tanjung Priok baru, tol Mandara Bali atas laut, pembangunan pelabuhan Sorong, mobil listrik, kinclongnya pelayanan PT KAI, buah tropik nasional, Nuklir Indonesia ( Batantekno), tol laut Jakarta Surabaya dan masih segudang prestasi lainnya.

Tak kalah dengan Jokowi Dahlan juga sosok yang egaliter, jujur, bersih dan yang jelas visioner. Blusukan Dahlan bahkan jauh lebih luas dalam cakupan seluruh Indonesia dibanding hanya sekitar ibu kota.

Berita berita tentang Dahlan Iskan memang tidak seintens Jokowi. Meski sempat menggebrak, berita tentang Dahlan ditayangkan lebih karena media menilainya sebagai sebuah berita kontroversial. Saat ada menteri yang buka pintu tol, berseteru dengan DPR, dan hampir mati karena kecelakaan mobil listriknya media pun berlomba lomba menayangkannya. Tapi soal beragam prestasi Dahlan di PLN dan BUMN media cenderung enggan meliputnya karena menganggap itu sudah biasa, sudah tugas pejabat negara.

Bila pasar tetap memilih Jokowi dibanding Dahlan tentu masyarakat harus legawa menerimanya. Semoga saja bulan madu dan euforia pasar itu bisa berlangsung selamanya dalam arti Jokowi terbukti amanah dan piawai mengelola negara. Semoga dugaan adanya cukong cukong itu hanya fitnah belaka. Semoga juga Jokowi bisa membuktikan bahwa dirinya bersih tak terbeli.

Bila kemudian Dahlan Iskan yang terpilih meski pasar kemudian biasa biasa saja menyikapinya bahkan cenderung stagnan tak perlu pesimis melihatnya. Dahlan adalah sosok yang sudah terbukti piawai mengurus ekonomi negara, paham prinsip prinsip ekonomi dan efisiensi. Pasar tetap memiliki logika ekonominya sendiri. Apa yang menjadi keraguan pelaku pasar Dahlan akan mejawabnya dengan logika dan bukti nyata.

Saat Dahlan Iskan mampu mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, mengurangi pengangguran, memberi kemakmuran dan kepastian iklim investasi yakinlah pasti pasar akan datang menghampiri.

Mari cerdas memilih Demi Indonesia yang lebih baik

( salam )

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun