Aku merindukan sebahagian ruang hatiku
Yang terabaikan oleh sebuah kealfaan
Sementara sisi lainya masih akan ditata
Ironis kedengarannya,
Tapi, begitulah faktanya
Aku masih belum punya sikap
Makin dalam kebijakkan kugali,
Makin sesak dan sulit ‘ku bernafas
Satu diantara dua rasa memaksaku telanjang
Yang itu merangsang kebajikan
Bukankah semua menawaran hidup panjang?,
Adakah alasan tuk tersinggung atau terluka?,
Aku tak cukup kuat untuk itu
Celakanya,
Tak satu-pun menganjurkan bunuh diri
Begitu berartikah hidup ini?
Berbanding etika, tata krama dan adat istiadat?
Lantaran temanku,
Rembulan malas bercahaya
Ini bukan putus asa,
Bukan pula bimbingan karir agar tak tersesat,
Aku hanya bosan berharap
Kuraba,
Ternyata nadiku masih berdenyut
Dibarisan kata-kata dan angka yang tersisa
Hanya Itu yang mampu bertahan
Dengan keringat dan setetes sperma
Yang membantu merampungkan tugas hina
Menggali kuburan sejuta mayat,
Merangsang tiga jenis mahluk tanpa kelamin,
Mengandung bayi-bayi buta yang malang,
Hingga, burung hantu jadi tak suka begadang
Disumber-sumber mata air
Disanalah ‘kan kuhabiskan sisa hidupku
Disisi sumur tua
Yang pernah kugali dimalam hari.
(Serpong (Baru Asih), 24 September 2006/ 09: 15 WIB)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H