Ada satu pengecualian bagi “si penentang kodrat”, bukan lantaran cinta atau rangkaian kata, bukan pula benci karna, harga diri milik tuhan sang pencipta bukan pedagang loakan, mau-pun juragan jeans kodian.
Emansipasi adalah kebijakan yang mengubah daster jadi celana dan, ini telah berkembang, bahkan menjadi trend dimasyarakat.
Itulah dampak exploitasi budaya yang berlebihan yang dihasilkan serta diproses oleh mesin pencetak sumber daya manusia hingga berpola pikir praktis, ekonomis, bengis, najis atau, apa saja yang mengakibatkan moral terkikis kini, selaput dara dan darah perawan tidak bisa dijadikan jaminan mutu untuk menentukan budi serta status hingga si penganut tradisi dan pecandu sambal terasi mulai membiasakan lidahnya menikmati apa-pun yang disajikan oleh modernisasi sebagai pramusaji yang tentunya bukan R.A. Kartini sebab, beliau telah mati dan tak mungkin kembali lagi untuk selama-lamanya.
Hanya setetes air mata yang ditinggalkan peradaban sisa-sisa kehidupan dimasa lampau namun, itu tak berlaku bagimu duhai Kartini. Tiada kata sia-sia bagi pengorbananmu. Ini hanyalah penyelewengan atau hanya sekedar pergeseran nilai-nilai luhur yang pernah engkau upayakan duhai Kartini, masa lalu tinggalah masa lalu, waktu masih akan terus berpacu, engkau akan senantiasa dikenang karna, engkau tiada pengganti.
(Serpong (Baru Asih), 14Mei2004/ 02: 18 WIB)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H