Mohon tunggu...
Jamaludin Lutfi
Jamaludin Lutfi Mohon Tunggu... profesional -

Saya anak ke dua dari enam bersaudara

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ruang Hitam

6 Juli 2011   16:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:53 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13099772661325701518

Aku merindukan sebahagian ruang hatiku

Yang terabaikan oleh sebuah kealfaan

Sementara sisi lainya masih akan ditata

Ironis kedengarannya,

Tapi, begitulah faktanya

Aku masih belum punya sikap

Makin dalam kebijakkan kugali,

Makin sesak dan sulit ‘ku bernafas

Satu diantara dua rasa memaksaku telanjang

Yang itu merangsang kebajikan

Bukankah semua menawaran hidup panjang?,

Adakah alasan tuk tersinggung atau terluka?,

Aku tak cukup kuat untuk itu

Celakanya,

Tak satu-pun menganjurkan bunuh diri

Begitu berartikah hidup ini?

Berbanding etika, tata krama dan adat istiadat?

Lantaran temanku,

Rembulan malas bercahaya

Ini bukan putus asa,

Bukan pula bimbingan karir agar tak tersesat,

Aku hanya bosan berharap

Kuraba,

Ternyata nadiku masih berdenyut

Dibarisan kata-kata dan angka yang tersisa

Hanya Itu yang mampu bertahan

Dengan keringat dan setetes sperma

Yang membantu merampungkan tugas hina

Menggali kuburan sejuta mayat,

Merangsang tiga jenis mahluk tanpa kelamin,

Mengandung bayi-bayi buta yang malang,

Hingga, burung hantu jadi tak suka begadang

Disumber-sumber mata air

Disanalah ‘kan kuhabiskan sisa hidupku

Disisi sumur tua

Yang pernah kugali dimalam hari.

(Serpong (Baru Asih), 24 September 2006/ 09: 15 WIB)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun