Masyarakat saat ini sudah sangat bersahabat dengan berbagai perkembangan teknologi di era globalisasi saat ini. Internet menjadi salah satu hasil dari perkembangan teknologi yang sering digunakan oleh banyak orang. Melalui internet, masyarakat menjadi dimudahkan dalam mencari berbagai informasi yang dibutuhkan. Biasanya platform yang paling sering digunakan adalah google, namun popularitas google akhir - akhir ini mulai tergeser oleh munculnya teknologi baru bernama ChatGPT.
ChatGPT adalah sebuah chatbot berbasis artificial intelligence (AI) dirancang oleh OpenAI dan resmi diluncurkan pada 30 november 2022. ChatGPT bisa memberikan jawaban akurat atas pertanyaan yang diajukan karena telah dilatih menggunakan milyaran kata dari berbagai sumber. Berbeda dengan google yang hanya menyediakan informasi yang dicari, ChatGPT bisa membuat jawaban sesuai dengan perintah yang dilakukan pengguna seperti membuat teks, puisi, membuat musik, menyusun esai untuk mahasiswa, dan banyak lagi.
AI ChatGPT Memanjakan Penggunanya
ChatGPT telah banyak digunakan oleh seluruh kalangan dimulai dari kalangan remaja (Gen Z) sampai kalangan diatasnya. CHATBOT artificial intelligence (AI)/ChatGPT sempat menggemparkan dunia setelah meraih 100 juta pengguna dalam dua bulan sejak dirilis pada November 2022, Dikutip dari Media Indonesia (9/9/2023). Data ini membuktikan bahwa popularitas ChatGPT terhitung sangat cepat naik semenjak awal peluncuran.
Kedatangan ChatGPT membuat seluruh masyarakat dunia ini mulai memasuki era disrupsi digital atau perubahan yang mengubah sikap masyarakat terhadap sesuatu. Disrupsi digital bisa terjadi karena masyarakat dimanjakan oleh teknologi. Para remaja kerap kali menggunakan ChatGPT untuk menyelesaikan tugas sekolah maupun tugas kuliah. Sikap manja ini mayoritas dimiliki oleh kalangan remaja baik mahasiswa maupun pelajar yang sudah bergantung pada ChatGPT. Mereka cenderung ingin memperoleh sebuah hasil dengan cara yang instan dan tidak mengandalkan kemampuan sendiri. Seharusnya, sekolah/kuliah adalah ajang bagi mereka untuk mengembangkan diri dan merubah cara berpikir menjadi lebih kritis/terbuka. Jika mereka ketergantungan pada ChatGPT ini secara terus menerus, maka mereka tidak akan bisa mengembangkan dirinya dan tentunya tidak akan siap terjun untuk menghadapi dunia kerja. Kebiasaan ini juga berpotensi menurunkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) negara.
Pengaruh ChatGPT Pada Dunia Politik
Selain mempengaruhi kualitas SDM negara, ChatGPT juga dapat mempengaruhi politik antar negara seperti membuat sebuah propaganda politik tentang suatu negara yang belum tentu benar atau hoax. Opini politik palsu yang dibuat menggunakan ChatGPT biasanya bertujuan untuk mengadu domba antar negara serta membuat situasi politik internasional memanas.
Kasus opini politik palsu yang dibuat oleh ChatGPT sudah tersebar dalam lingkup internasional, seperti media pemerintah Tiongkok menyatakan bahwa ChatGPT OpenAi adalah alat potensial bagi Amerika Serikat untuk menyebarkan informasi palsu, Dikutip dari Liputan 6 (27/2/2023).
Negara China sudah membatasi penggunaan ChatGPT di negaranya, seperti memberhentikan penawaran akses ChatGPT ini karena takut akan adanya balasan tanpa sensor untuk pertanyaan sensitif seputar politik. Tidak hanya China, Masyarakat dunia pun juga harus turut membatasi penggunaan ChatGPT dan manfaatkan seperlunya guna menghindari dampak - dampak buruk yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H