Mohon tunggu...
1125yAD
1125yAD Mohon Tunggu... mahasiswa -

menulis sebagai refleksi atas kebaikan hidup

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membaca Kehadiran Mahasiswa dalam Acara Hiburan Televisi

28 Januari 2017   11:37 Diperbarui: 28 Januari 2017   12:22 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: hai-online.com

Tidak ada yang salah dengan hiburan. Merupakan suatu Hak Asasi Manusia untuk warga negara melampiaskan keinginannya untuk memenuhi sebagian ruang kehidupannya untuk menikmati hiburan. Tentunya merupakan suatu yang positif ketika kegiatan hiburan tersebut dilakukan sebagai upaya relaksasi atau mengurangi kepenatan setelah menjalani rutinitas hidup yang cukup melelahkan. Tak terkecuali dengan kehadiran mahasiwa sebagai penonton di berbagai acara hiburan yang diselelenggarakan di berbagai stasiun televisi di Indonesia.

Namun ada baiknya untuk kita, khususnya bagi kalangan mahasiswa mengkaji peristiwa tersebut sebagai bagian untuk menunjukkan identitas kita sebagai mahasiswa yang selalu kritis atas segala persoalan yang terjadi. Mahasiswa adalah suatu entitas yang mengemban doktrin suci yang bernama “Tridharma Perguruan Tinggi” yang meliputi pendidikan, penelitian, serta pengabdian masyarakat. Dimana hal ini menunjukkan tugas mahasiswa bukan hanya duduk mendengarkan materi perkuliahan lalu pulang atau yang istilahnya dikenal mahasiswa “kupu –kupu” atau kuliah-pulang. Tetapi lebih dari itu mahasiswa dituntut untuk berperan sebagai agent of change atau pelaku perubahan sosial yang dapat merekayasa suatu tatanan masyarakat menjadi sebuah- meminjam istilah AHY- sistem ruang gerak kehidupan yang lebih ideal melalui implementasi ilmu pengetahuan yang didapatkannya selama di bangku perkuliahan.

Kembali pada konteks kehadiran mahasiswa dalam acara hiburan di televisi. Merupakan suatu hal yang sah – sah saja bagi mahasiswa untuk menjadi penonton dalam acara tersebut. Toh mahasiswa juga warga negara yang dilindungi haknya untuk mengekspresikan cita rasa seninya untuk melihat acara hiburan tersebut. Namun yang perlu kita cermati ialah sebagian besar mahasiswa yang hadir dalam acara hiburan itu menggunakan jas almamater yang menunjukkan identitas kemahasiswannya. Jas almamater bagi mahasiswa bukanlah jas biasa yang bisa kita dapatkan di toko – toko pakaian, melainkan lebih dari itu yaitu untuk menunjukkan supremasi identitas mahasiswa sebagai pengemban amanah Tridharma Perguruan Tinggi dalam rangka pengejawantahan tugas sebagai agent of change.

Dimana jas almamater biasanya digunakan mahasiswa untuk acara/kegiatan yang bersifat akademis seperti kegiatan – kegiatan kerja di kampus, perlombaan ilmiah, menghadiri berbagai seminar, konferensi, dan musyawaran nasional dan sederet kegiatan yang bercorak ilmiah. Dan kita juga sering melihat jas almamater dikenakan sejumlah “aktifis” mahasiswa untuk berdemonstrasi menyuarakan aspirasi rakyat untuk melawan kebijakan pemerintah yang merugikan masyarakat. Di sini kita melihat betapa suci dan agungnya fungsi dari jas almamater bagi kebesaran dan kebanggaan mahasiswa.

Sedangkan dalam kaitannya dengan penggunaan jas almamater untuk melihat acara hiburan agaknya terkesan kurang etis bahkan bisa dikatakan menyimpang dari fungsinya yang menunjukkan identitas dalam mengemban tugas untuk mengaplikasikan Tridarma Perguruan Tinggi. Dimana kita bisa melihat sebagian besar acara hiburan tersebut tidak menampilkan corak akademis dalam kontennya dan lebih banyak menyuguhkan muatan yang hanya bersikan hiburan semata yang bersifat “tidak mendidik”. Maka patut disayangkan ketika acara tersebut disaksikan oleh jutaan pasang mata masyarakat indonesia melalui layar televisi.

Dan lebih ironis lagi ketika kehadiran mahasiswa tersebut hanya sebagai kemasan acara yang bersifat komersial dengan berorientasi pada peningkatan rating penyiaran yang mengesampingkan fungsi mahasiswa sebagai agent of change. Tentunya hal ini menimbulkan stigma buruk bagi kalangan mahasiswa dari sebagian masyarakat. Pasalnya, idealnya warga negara yang menyandang predikat mahasiswa melakukan kegiatan untuk melakukan perubahan sosial dalam tatanan kehidupan masyarakat, malahan sebaliknya hanya menjadi penonton dalam acara hiburan yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan akademis maupun fungsi Tridharma Perguruan Tinggi.

Hal ini merupakan bahan evaluasi bagi kalangan civitas akademika untuk lebih memperhatikan dan mengarahkan mahasiswa didiknya agar dalam melakukan kegiatan atau menghadiri suatu acara lebih berorientasi pada kegiatan akademis yang mengimplementasikan fungsi Tridharma Perguruan Tinggi. Dan bagi pihak stasiun televisi, untuk tidak lagi menghadirkan mahasiswa dalam acara hiburan yang diselenggarakannya, minimal melarang mahasiswa untuk menggunakan jas almamaternya dalam setiap acara yang bernuansa hiburan yang mahasiswa berperan sebagai penonton. Dan terutama bagi kalangan mahasiswa, untuk tetap menjaga kesadarannya sebagai seorang mahasiswa yang sadar akan tugas dan kewajibannya dalam mengemban amanah suci untuk merealisasikan Tridharma Perguruan Tinggi dan sebagai agent of change untuk mempercepat laju transformasi sosial demi kehidupan sosial masyarakat Indonesia yang lebih baik.

Dan menghindari menggunakan jas almamater sebagai lambang supremasi mahasiswa dalam melakukan kegiatan atau menghadiri acara yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan akademis. Besar harapan peran mahasiswa Indonesia dapat menjadi panutan dan pilar penyangga demokrasi yang mengedepankan semangat untuk melakukan perubahan sosial di dalam tatanan masyarakat sebagaimana ingatan kolektif masyarakat atas kenangan manis yang ditorehkan mahasiswa Indonesia ketika mampu menumbangkan rezim pemerintahan otoriter yang menindas dan mensengsarakan masyarakat pada lintasan sejarah yang lalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun