Mohon tunggu...
Joko Martono
Joko Martono Mohon Tunggu... Penulis - penulis lepas

belajar memahami hidup dan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Ngompasiana = Membangun Diskusi di Ruang Publik Komunitas Virtual

9 November 2013   22:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:22 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bergaul di kancah media sosial atau media warga seperti kompasiana.com lebih banyak dikarenakan ada kepentingan yang sama (like interest), yaitu sama-sama ingin membangun komunikasi dan berbagi pengetahuan antaranggotanya.

Pergaulan antarteman yang tidak mengikat dan bisa dilakukan kapan saja, di manapun berada, tanpa disekati suku – agama - ras – status sosial/ekonomi/pendidikan – kelamin - maupun antargolongan dan sejenisnya > semua boleh atau dibolehkan untuk bergabung, bahkan bisa berinteraksi setiap saat secara real-time.

Sungguh di luar kebiasaan hal ini terjadi, lantaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah menunjang manusia untuk berkomunikasi secara lebih efisien dibanding waktu-waktu sebelumnya. Pendek kata, cukup bermodalkan komputer yang terhubung jaringan internet, atau jika mobile bisa menggunakan smartphone > maka siapa saja yang berminat bisa dan boleh melangsungkan kontak sekaligus berinteraksi sosial, saling berkontribusi dalam bentuk pesan/tulisan, suara maupun gambar.

[caption id="attachment_300513" align="aligncenter" width="300" caption="kompasiana.com"][/caption]

Diskusi di Ruang Publik Komunitas Virtual

Perlu dipahami, bahwa berinteraksi dalam konteks tulisan ini yaitu terjadinya transaksi informasi dalam arti saling berbagi dan berkoneksi antarpengguna atau antarkompasianer sehingga terjalin pertukaran informasi, saling memberi pengetahuan (knowledge) melalui forum warga berupa diskusi di ruang publik komunitas virtual.

Atas dasar inilah, selanjutnya bisa dikaitkan tagline kompasiana sebagai (fasilitasi terhadap kegiatan) sharing and connecting. Dampak dari itu semua, pastinya banyak manfaat atau nilai tambah dapat dipetik dari aktivitas diskusi tersebut, di antaranya:

  • Penghubung atau relasi antarwarga

Kehadiran medium kompasiana sebagai wadah komunikasi antarwarga atau antarkompasianer telah banyak membantu. Setidaknya, jalinan atas kepentingan pertukaran informasi/data antarpengguna menjadi semakin praktis, tak terbatasi (borderless)alias mampu menembus ruang dan waktu, berupa jarak (fisik maupun psikologis) sehingga setiap anggauta komunitas dapat melakukan interplay secara fleksibel setiap saat.

Hilangnya zona proksemik ini benar-benar membawa perubahan cukup drastis, bahkan mampu mengubah kebiasaan lama dalam hubungan antarmanusia. Betapa tidak, melalui kontak virtual > misalnya seorang murid pesantren puteri bisa kontak langsung dengan seorang pendeta/pastor, mereka bisa berdiskusi panjang lebar – di mana gejala demikian sangat jarang terjadi di dunia nyata pada waktu sebelumnya. Benar-benar ini dapat dibilang sebagai peristiwa yang extra-ordinary atau unusual.

Dalam fungsi hubungan lebih luas, media sosial atau media warga (c.q. kompasiana) sering dimanfaatkan sebagai forum bersilaturahmi/mempererat tali persaudaraan, bisa juga untuk membangun relasi sebagai rekanan dalam memenuhi kepentingan tertentu, termasuk di bidang usaha.

  • Sarana pendidik atau edukasi

Seperti halnya media sosial/warga lainnya, berkompasiana atau lebih gaulnya sebut > ngompasiana juga akan dapat memetik manfaat dalam proses pertukaran informasi antarwarga menuju pemahaman bersama terhadap topik yang disampaikan lewat tulisan.

Meminjam konsep pembelajaran paradigma konstruktivisme, maka masing-masing warga yang berinteraksi dapat secara bebas menyampaikan aspirasi sekaligus pemikiran serta interpretasinya dalam memahami dan menyorot persoalan untuk kemudian berdiskusi sehingga menemukan cara pembelajaran mandiri sesuai kemampuan atau pengalaman masing-masing.

Barang tentu, keberadaan medium kompasiana sebagai sarana pendidik > bukanlah serta merta dimaksudkan untuk membawa pengaruh terhadap perubahan sikap (behavioral). Namun setidaknya, proses interaksi antarwarga akan mendorong terjadinya transfer of knowledge pada level kognitif dalam bingkai sharing dan connecting.

  • Kontrol sosial atau kritik sosial

Lazimnya media apa pun bentuk/jenisnya, dalam menjalankan fungsinya akan selalu menampung suara maupun aspirasi rakyat. Di tengah berlangsungnya penyelenggaraan pemerintahan yang menganut sistem demokrasi, suara rakyat/warga akan selalu mendapatkan tempat > untuk kemudian diserap dan diolah dalam rangka merumuskan kebijakan publik.

Tulisan-tulisan atau artikel di medium kompasiana tak kalah pentingnya perlu mendapat perhatian. Belakangan ini ditemui beberapa tulisan/artikel kritis yang ditujukan kepada para penyelenggara pemerintahan, menyangkut pelayanan, kebijakan maupun kepentingan umum lainnya > sehingga diharapkan dengan munculnya pemikiran atau aspirasi warga tersebut akan memberikan masukan yang sangat berarti demi perbaikan ke depan.

[caption id="attachment_300514" align="aligncenter" width="300" caption="Jakarta Lebih Baik (jm)"]

1384011937824365163
1384011937824365163
[/caption] Sebagai salah satu contoh, adanya microsite semacam: JAKARTA LEBIH BAIK, merupakan wadah khusus menampung ide/pemikiran serta aspirasi yang terus berkembang, termasuk kontrol/kritik sosial yang nantinya sebagai masukan bagi proses berlangsungnya perubahan kawasan Jakarta di masa depan yang lebih baik.
  • Pembentuk pendapat umum atau opini publik/komunitas

Keberadaan kompasiana sebagai salah satu media warga yang kini beranggotakan seratus ribu-an lebih kompasianer tentu tidak bisa dianggap enteng. Terlebih melihat jumlah anggautanya yang diprediksi akan terus bertambah > boleh jadi merupakan indikasi munculnya fenomena baru terhadap kesadaran kelompok yang adaptif dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, terutama dalam memanfaatkan dunia virtual.

Keleluasaan setiap anggauta/kompasianer untuk mengekspresikan pendapat, opini maupun aspirasi terkait topik tertentu misalnya menyampaikan kekesalan terhadap ketidakberesan suatu lembaga, aparatur negara atau terhadap oknum-oknum pelaku tindak pidana korupsi misalnya, maka dalam waktu relatif singkat mampu membentuk pendapat umum/opini publik yang dapat menjadi kelompok penekan – walaupun hanya berbasis komunitas.

Kelebihan lain dari kelompok ini yaitu setiap pendapat, opini maupun aspirasi yang dikemukakan lebih terakomodasi dan tersampaikan secara langsung walaupun cenderung terbumbui sikap emosional – daripada melalui mainstream media (media massa konvenvensional) yang tidak serta merta mampu menampung aspirasi rakyat secara luas.

Masih ingat kasus Prita? Kasus yang menimpa Prita Mulyasari versus RS Omni Internasional. Bukankah komunitas media sosial (facebookers) di dunia virtualternyata menunjukkan gaungnya untuk memberi tekanan terhadap tindakan sewenang-wenang atas Hak Asasi Manusia. Lebih 19.000 facebookers memberikan dukungan kepada Prita > sehingga pendapat umum atau opini publik komunitas virtual itu memiliki kekuatan luar biasa berhadapan dengan korporasi yang menjeratnya melalui UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

  • ·Penghibur atau entertainment

Pada bagian lain, kehadiran media barang tentu bukanlah hanya berkutat pada sebaran informasi yang lurus-lurus dan serius mulu. Otak manusia pastinya perlu beristirahat sejenak untuk mengurangi kepenatan. Dan untuk memenuhi kebutuhan itulah maka tak keliru bilamana di dalam bermedia, kita pun perlu berhibur diri.

By the way, informasi yang ringan dan lutcu pun (entertainment) ada kalanya layak ditampilkan, termasuk ketika berkompasiana dengan harapan tentunya > dapat meredakan ketegangan setelah suntuk berpikir lurus/serius sebelumnya.

[caption id="attachment_300516" align="aligncenter" width="300" caption="ha..ha..ha.. (jm)"]

13840120761782725688
13840120761782725688
[/caption] Demikianlah sepintas kilas seluk beluk ngompasiana yang tak akan pernah ada habisnya, kapan dan dimana pun berada (7 hari 7 malam – nonstop) kita bisa terus berinteraksi membangun diskusi di ruang publik komunitas virtual kompasiana tercinta ini.

Yang jelas, kini ada kecenderungan bahwa media sosial atau media warga sudah menjadi bagian dari kehidupan seseorang. Itu sebabnya, optimalkanlah dampak-dampak positifnya dan minimalisirlah dampak negatifnya.

Berdasarkan beberapa amatan penulis secara langsung di lapangan, tercatat kecenderungan kuat bahwa penggunaan media sosial di Indonesia masih ditemui penyimpangan oleh pihak maupun oknum tertentu. Misalnya ada kasus penistaan, penipuan, pencurian hingga penculikan, yang seringkali diawali melalui perkenalan di media sosial atau media warga. Itu semua layak diwaspadai sekaligus dihindari.

JM (9-11-2013).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun